5. Si Ayah

185 34 3
                                    


Tolong baca chap sebelumnya, ya~ Ada beberapa perubahan~

_______________

Kadang Taufan berpikir apakah ada yang namanya mesin waktu?

Kalau ada Taufan ingin menuju ke latar 17 tahun lalu untuk sekedar mengingatkan ibunya agar tidak menikahi Beliung secara terpaksa karena akibatnya bukan hanya pada keluarga, tapi seluruh kota.

Lagipula Beliung dan ibunya tidak saling mencintai saat itu.

Ternyata ada dan temannya yang menggunakannya.

Sekilas Solar memberitahu bahwa mesin waktu itu adalah benda ciptaan ayahnya.

Terlalu terlambat untuk pergi lagi ke 17 tahun lalu, dirinya di masa depan sudah mati dan Halilintar, Gempa dan Solar di masa sekarang juga mokad- digantikan oleh mereka yang datang dari masa depan.

Alur ini agak sulit untuk Taufan pahami, ia mengakuinya.

Entah benar atau tidak, Taufan tidak ingin tahu.

Satu kata, malas.

Anyway, kini mereka tengah melarikan diri. Halilintar menitahkan mereka mengungsi ke tempat lain mengingat rumah yang tadi akan dibom oleh Qually yang mengabdikan hidupnya pada Beliung.

Sembari itu juga mereka merampok berkas penting milik para pendiri kota di salah satu rumah kosong. Perampasan kali ini terasa lebih singkat dengan jumlah mereka yang terbilang cukup banyak.

Halilintar mengernyit. Ia membuka sebuah loker penting tapi tiada apapun di sana. Seharusnya loker itu berisi berkas kode khusus untuk membuka pusat kota.

 Jikalau kode itu hilang, bagaimana mereka akan mengambil alih pusat?

Bzzt... zzttt...

Bunyi radio seperti hampir rusak menghampiri indera pendengarannya mengakibatkan si pemilik netra merah ruby itu teralihkan dari pikirannya yang abstrak.

Didengarkannya suara radio yang menyamai bunyi listrik berembes tersebut secara saksama. Sekitar 5 detik kemudian barulah ia menyadari apa yang terjadi.

Panik, Halilintar mendatangi kawan-kawannya yang ikut merapat.

"Guys, aku mendengar radio hidup dan itu sama sekali gak wajar," ujar Gempa seakan otot wajahnya tidak berniat lagi memaparkan riak ramah.

Thorn menyela, "Bentar. Yang suara bzzt zztt itu kan? Thorn juga dengar!"

"Energi gerak benda mati?" Solar bertanya mengabsen sekiranya energi apa yang sanggup menghidupkan radio usang itu.

"Hampir tidak ada." Ice menjawab seakan menjadi asisten profesor Solar.

"Energi cahaya?"

"Juga tidak ada karena listrik mati. Penerangan kita satu-satunya hanya cahaya matahari dan senter kalau ada."

"Apa mungkin saluran radio bereaksi karena cahaya matahari yang panas sekali hari ini?" Blaze menyela dengan pernyataan yang tiba-tiba nyangkut di otaknya.

Kalau tidak salah Blaze belajar mengenai jenis-jenis energi dan benda yang memengaruhinya di kelas 5 SD. Ternyata masih ada beberapa yang ia ingat.

Kiranya fungsi sekolah sia-sia.

Taufan tidak dapat menyangkal, hari ini memang terasa lebih panas dari kemarin. "Kalo emang gitu, harusnya radionya bunyi dari tadi, bukan sekarang."

Ia melirik jendela dimana sang cakrawala menyurutkan sinar jingga kemerahan pertanda sebentar lagi malam akan menyelimuti.

The TimeTravel [✔]Where stories live. Discover now