🎐 : s e m b i l a n

1.2K 78 23
                                    

$~ Kika ~$
.
.
.

Akhirnya hari ini tiba, pertemuan yang Joy perintahkan.

Diatas kursi rodanya, Jeka terlihat tampan dengan setelan Jas berwarna navy. Meski wajahnya agak sedikit aneh, Jeka tetap tampan. Jika biasanya ia wangi bayi, malam ini ia menggunakan wangi lelaki mahal. Rambutnya ditata rapi, dan sedikit berkilau karena gel.

Perkembangannya, tangan Jeka sekarang tidak terlalu menekuk, sehingga bisa diletakkan diatas pahanya. Dan bibir seksinya mulai bisa sedikit digerakkan meski belum bisa bicara selain meraung dan melenguh.

Kira dengan image istri idaman, setia mendampingi Jeka. Tubuh moleknya dibungkus gaun panjang dibawah lutut berwarna navy, supaya terlihat sebagai sepasang suami istri. Rambutnya yang hampir setengah punggung, diikat satu, meninggalkan helai pendek di dekat telinganya.

Niatnya untuk memakai gaun seksi dan mahal gagal, setelah tuan Jeka Collins menangis sampai muntah digaun mahalnya (saat itu Kira sudah memakainya).

Kira menatap penampilannya didepan cermin besar. Gaun berwarna hitam itu nampak pas sekali ditubuh seksinya. Gaun tanpa lengan dengan belahan dada rendah dan mencetak jelas aset kembarnya. Panjang gaun yang hanya setengah paha menampakkan kulit mulus pahanya. Belum lagi punggung bersihnya pun terlihat. Sungguh, menawan.

Tapi, lain bagi Jeka. Ia masih memakai kaus, belum memakai jasnya. Dimata Jeka, Kira sekarang memang sangat cantik, tapi untuk ke acara itu? Apa istrinya itu berniat menjual diri??

Tidak bisa dibiarkan!

Jeka menarik nafasnya dalam, dan memulai aksinya.

"Hei, ada apa lagi Jek?"

Kira bingung dengan bayi Colins di depannya ini. Entah apalagi yang salah, sampai menangis kejer begini.

"Jangan menangis okey, kita akan keluar hari ini, bukan kah kau rindu ibumu?" Kira berupaya menenangkan Jeka, memeluk Jeka, menggesekkan payudaranya. Biasanya cara ini cepat bekerja.

Uhukh... Koekh...

"JEKA COLINS!"

Kira berteriak frustasi saat Jeka muntah dibaju mahal dan seksinya. Sementara Jeka tertawa setan di hatinya, berhasil!

~ Kika ~

Wangi must memasuki Indra penciuman Kira, sebuah wangi yang mahal. Dihadapan Jeka, seorang pria tampan berdiri gagah. Balutan jas mahalnya membuat mata Kira terpana.

Mata bermanik biru itu menatap Kira dengan pendar menggoda. Membuat Jeka yang melihatnya merasa muak.

"Halo Brother," sapa lelaki jangkung itu, sedikit menundukan tubuhnya agar bisa berpandangan dengan Jeka.

"Boleh aku pinjam istrimu? Dia cantik sekali malam ini?!"

Mata Jeka hampir keluar dari kelopaknya, apa-apaan ini?!

Jeff tertawa, matanya agak menyipit, menambah ketampanannya.

"Aku hanya bercanda, tapi kau boleh menganggapnya serius." Ujar Jeff dengan senyuman mautnya.

"Hai kakak ipar, aku Jeff Collins," Jeff mengulurkan tangan kanannya, dan langsung disambut tangan Kira. Seperti tangan Jeka, tangan Jeff begitu besar untuk tangan Kira yang kecil.

"Kira Hamada," balas Kira dengan senyum tipis. Entah kenapa ia tidak terlalu berselera dengan lelaki mahal didepannya. Biasanya ia selalu menyukai hal yang mahal dan indah.

Jeff menarik tangan Kira, menciumnya sambil mengedipkan matanya.

Kira tersenyum canggung, risih dengan perlakuan Jeff. Segera Kira mengambil tangannya, menggosokkannya pada baju mahalnya. Basah!!!

Yaampun lelaki itu sepertinya menjilati tangannya!

Jeka di tempatnya memandang Jeff penuh permusuhan. Mata yang sama, tapi dengan binar berbeda. Itulah mata Jeff dan Jeka. Mereka sama-sama mewarisi mata indah nyonya Collins.

Meski dalam kondisi fisik jauh berbeda dari saat masih sehat, Jeka Collins tetap memesona.

Tak lama, datang 2 orang bertubuh kekar. Mereka memberi hormat pada Kira dan Jeka, lalu meminta izin untuk membawa mereka ke ruangan yang lebih privat.

Tidak, bukan karena mereka istimewa. Tapi karena nyonya Collins tidak mau kecacatan keluarga Collins diketahui banyak orang.

Bagaimana Kira bisa berpikir begitu? Karena di ruangan itu hanya ada mereka berdua, tidak ada orang lain. Bahkan bodyguard tadi diam di depan pintu, melarang Kira keluar bersama Jeka.

"Maaf nona, Nyonya melarang Tuan muda keluar." Ucap pria dengan kumis lele itu sambil menunduk dan menyuruh Kira dan Jeka tetap di ruangan itu.

Dari ruangan itu mereka berdua bisa melihat orang-orang di luar sana, tapi kaca hitam itu hanya satu arah. Orang dari luar tidak akan tahu apa yang ada di baliknya.

Dari tempatnya Jeka tersenyum pedih dalam hati, harusnya hari ini dia memperkenalkan cabang baru perusahaannya. Tapi karena keadaannya, Jeff Collins lah yang melakukannya.

Kerja kerasnya selama ini malah dinikmati Jeff. Jeka tahu, ia seharusnya tidak boleh iri, tapi itu kerja kerasnya!!! Bahkan untuk proyek itu, Jeka menjadi seperti sekarang. Tidak berguna.

"Tenang Ka, meski kita terkurung, banyak makanan disini ..." Bisik Kira dengan senyumnya yang menyebalkan.

Lipstik Kira sudah pudar, wanita itu telah menghabiskan 3 jenis makanan dan 2 gelas minuman.

Dasar wanita rakus!

Ditengah keasikannya menikmati tiramisu, seseorang mengetuk pintu ruangan itu. Kira melihat ke arah pintu, seseorang berdiri disana. Mata sipitnya membesar, dengan keterkejutan.

"Halo Kira?" ucapnya dengan senyum miring.

~ Kika ~

Kira lari ke ujung ruangan, pandangannya membeku. Didepannya, kursi roda Jeka terbalik. Sedang tuannya, tidak ada. Apa ia kerasukan? Sehingga tiba-tiba bisa berjalan??

"JEKA!!!"

Rasa panik menguasai Kira, tidak bisa tenang seperti biasanya. Kira berlari ke balkon, mengikuti jejak air yang menggenang dari kursi roda.

Kira memandang nanar kebawah, diatas rumput, darah tumpah bersimbah. Tanpa sadar air mata Kira telah meluruh.

"JEKA!"

Rasanya seperti nyawanya di cabut paksa. Kira berlari mencari jalan untuk turun, kakinya terasa melayang, menepis semua kemungkinan buruk di pikirannya.

Para bodyguard mengangkat tubuh Jeka, membawanya ke dalam mobil untuk di larikan ke rumah sakit. Sementara di dalam, pesta masih berjalan dengan meriah --meski disisi lain ada Jeka yang sekarat.

Nyonya Collins yang mengetahui itu, hanya menyuruh bawahnya untuk membawa Jeka ke rumah sakit. Wajah cantik nya tetap memasang senyum pada para koleganya, seolah kejadian Jeka bukan lah sesuatu yang penting. Atau Jeka memang sudah tidak lagi penting?

"Jangan sekarang Ka, ini terlalu cepat!" ucap Kira sambil mengusap tangan besar Jeka yang dingin, mata tajam Jeka setengah tertutup. Manik biru itu menatap Kira dengan sisa penglihatannya.

"Eungh..." Jeka melanguh, dia ingin bicara pada Kira. Tapi tidak bisa.

Sakit Ra, lebih sakit dari yang sudah Ra... Dia berkhianat...

"Jeka Collins jaga kesadaranmu! Jangan tidur!" Teriak Kira saat mata Jeka sepenuhnya menutup.

"CAPATTT, TEROBOS SAJA LAMPU MERAH SIALAN ITU!!!" Teriak Kira sambil menghapus air matanya.

"Jeka sialan kau membuatku menangis lagi!" Lirih Kira sambil mengeratkan pegangannya pada tangan Jeka. Kira menangis tergugu. Lelaki ini membuatnya menangis, lagi.

.
.
.
$~ Kika ~$

Maaf membuat kalian lama menunggu, semoga suka🌹

12 Juni 2023

Kika {End}Where stories live. Discover now