Saat aku sekolah dasar, teman pertamaku adalah Liam. Entah kenapa aku mau berteman dengan anak laki-laki pendiam yang hanya duduk sendirian di kelas di saat semua anak sedang mencari teman pada saat itu. Aku menghampirinya, mengajaknya bicara, sampai akhirnya aku menjadi satu-satunya orang yang ia ajak bicara tanpa terpaksa sampai sekarang.


Louis masih duduk di mejaku sampai guru kami masuk sehingga Louis langsung menuju tempatnya sendiri. Di belakang Mr. Corden, seorang perempuan dengan tatapan aneh berdiri. Matanya melihat ke seluruh sudut dan ketika ia menatapku, ia buru-buru mengalihkan pandangannya.


"Tanpa basa-basi, ini Sheila," kata Mr. Corden dan langsung menyuruh Sheila duduk di belakang Louis, yang artinya di samping Liam. Liam langsung memutar matanya. Ia tidak pernah suka duduk di dekat seseorang, kecuali aku. Buktinya tempat di sebelah Liam itu sudah lama dibiarkan kosong, walaupun banyak orang juga yang tertarik dengan Liam, mereka tidak berani mendekatinya.


Aku memutar tubuhku ke arah Sheila ketika Mr. Corden menjelaskan sesuatu yang tidak ingin aku ketahui, dan langsung saja Sheila menatap ke arahku dengan tatapan anehnya. Aku tersenyum, Liam memperhatikanku, sedangkan Sheila hanya mengangguk. Di situ aku baru menyadari kalau Sheila hampir sama dengan Liam. Tidak suka di ganggu, tidak suka menjadi pusat perhatian, tidak suka di kerumunan, dan tidak suka bergaul. Mungkin mereka akan berteman suatu saat nanti?


Istirahat tiba, Louis langsung menarik tanganku keluar kelas. Dia meletakkan tangannya di bahuku, membuat semua mata menatap ke arah kami. Sudah biasa terjadi, tetapi aku tetap masih terganggu oleh tatapan mata mereka.


"Kau mau membawaku ke mana?" tanyaku, mendongak menatap Louis yang lebih tinggi dariku. "Kalau harus menemanimu meladeni penggemarmu, aku tidak mau."


"Ayolah, aku traktir," cengirnya.


"Baik, itu pengecualian."


Louis membawaku duduk di bawah pohon setelah membelikanku banyak makanan. Lama kelamaan, perempuan-perempuan maniak Louis Tomlinson langsung mengelilingi Louis membuatku duduk menjauh darinya. Aku tidak mengerti apa yang membuat Louis suka dengan semua penggemarnya. Katanya, tanpa mereka, ia tidak akan menjadi seperti ini. Seperti apa? Louis tidak terkenal sampai ke seluruh negara, ia hanya terkenal di lingkungan ini. Kata Liam, itu caranya membuang-buang waktu.


Teringat Liam, pun aku melarikan diri dari Louis dan kembali ke kelas. Sudah ku duga aku hanya mendapati Liam dan Sheila di dalam kelas. Sheila pindah dari posisi sebelumnya ke dekat jendela, kemungkinan diminta oleh Liam. Kulihat Liam sedang membaca buku entah milik siapa, dan ketika melihatku ia langsung menutup bukunya.


"Aku menunggumu, sebenarnya," ucapnya, kemudian berdiri. "Aku mau pulang."


"Yah, kau tau aku tidak mau ikut," balasku, mengangkat alis. "Kau mau makan dulu? Aku punya banyak."


Liam menggeleng, menatapku, "sampai jumpa."


"Aku mau mengantarmu." Aku berjalan bersama Liam melewati beberapa kelas sampai Liam menyuruhku kembali karena beberapa mata terus memandang kami. Yang perlu diketahui, sifat Liam yang cuek, dingin, dan pintar membuat penggemarnya juga tidak kalah banyak dari Louis. Bedanya, penggemar Liam lebih mengagumi sembunyi-sembunyi, dan itu lebih baik bagiku. Itu resiko yang sangat aku benci berada di tengah-tengah dua orang terkenal.

LILOWhere stories live. Discover now