16. Hampa

228 47 0
                                    

Akhir-akhir ini popularitas Naka naik drastis, yaa walaupun emang dia populer sih. Tapi kali ini tuh bener-bener kaya bom banget. Penyebabnya adalah siapa lagi kalau bukan si juara paralel Julia lagi ngejar-ngejar Naka. Satu sekolah heboh. Jelaslah, Julia itu selain menjadi primadona, dia juga termasuk kategori cewe mahal yang susah digapai.

"Nakama."

Naka menghela napas berat, sudah tidak asing dengan suara yang memanggilnya itu. Seminggu terakhir Julia terus-terusan ngintilin Naka kemana-mana sampai Naka sendiri jengah.

April yang kebetulan main ke kelas Naka mendelik tidak suka. Bukannya apa ya, April tuh risih banget liat Julia mendekati Naka terang-terangan begini.

"Apa lagi sih?!" Seru Naka ketus. Bener-bener jengah dengan Julia yang merecoki hidupnya.

"Ayo makan bareng, gue udah bikinin nasi goreng buat lo." Kata Julia sama sekali tidak terpengaruh dengan wajah sebal Naka. Dia malah menarik kursi dan duduk di depan Naka. Tangan lentiknya dengan telaten membuka rantang yang ia bawa.

Merasa keberadaannya tidak di dalam waktu yang tepat, April segera berdiri. "Na, gue balik kelas dulu. Bukunya gue pinjam ya."

Sebenarnya Naka ingin menahan April biar dia tidak berduaan dengan Julia, tapi cewe itu sudah buru-buru ngacir. Naka menghela napas, menatap Julia yang tersenyum penuh kepuasan. Jujur Naka merasa aneh dengan keberadaan Julia yang tiba-tiba menyatakan suka padanya. Bahkan cara Julia mendekatinya terlihat sangat aneh, terlalu tiba-tiba dan agresif. Naka hanya tidak mau mengulangi kesalahannya dulu.

Julia menyodorkan bekal nasi goreng buatannya pada Naka. Senyum manisnya terukir lebar. Belum pernah seorang Julia Anderen Kris tersenyum selebar itu.

"Tunggu apalagi? Ayo cobain!" Ucap Julia penuh harap.

Namun, Naka tidak langsung menyendok nasi goreng tersebut. Ia malah menatap Julia seksama. Berusaha mencari celah-celah kebohongan dalam diri gadis itu.

"Kenapa lo bisa suka sama gue?" Tanya Naka.

Wajah Julia memerah, tidak menyangka akan diserang dengan pertanyaan itu. "Lo beneran gak ingat sama gue?" Ucapnya lirih.

Naka mengernyit bingung, bahkan ia baru tahu Julia beberapa waktu lalu. Memangnya mereka dulu saling kenal?

Julia tersenyum tipis, mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Julia menunjukkan sebuah satu tangan putih bersih pada Naka.

"Ini." Julia menatap Naka dalam. "Mungkin lo lupa dengan sapu tangan ini, bahkan cerita dibaliknya."

"Gue pernah ketemu lo sepuluh tahun yang lalu," ceritanya. "Di rumah sakit, waktu itu gue salah satu pasien mama lo. Hari itu gue divonis kelainan jantung. Vonis yang mematahkan semua impian gue di umur tujuh tahun. Gue nangis, gue marah sama diri gue sendiri. Gara-gara gue, mama sama papa repot. Gue nyalahin diri sendiri, tapi gak bisa berbuat apa-apa." Mata Julia menerawang mengingat masa lalu kelamnya. "Tapi hari itu lo datang. Narik tangan gue agar berhenti mukulin diri sendiri. Lo ngelap airmata gue dengan sapu tangan ini. Gue masih ingat kata-kata lo waktu itu, 'apapun yang kamu jalani, jangan pernah menyalakan diri sendiri. Gak ada yang salah, semuanya berjalan sesuai takdir'."

Naka agak takjub sih, dia gak ingat sama sekali kejadian itu tapi Julia mengingatnya dengan baik.

"Sejak saat itu gue mulai bangkit, meski harus berkali-kali terkapar di rumah sakit. Kata-kata lo hari itu menjadi pahatan janji dalam diri gue. Bertahun-tahun kemudian, gue akhirnya ketemu sama lo. Kita satu SMA. Mungkin lo gak ngerasa, tapi gue selalu merhatiin lo dari kejauhan. Gue bahagia liat lo ketawa. Gue sedih liat lo murung. Sampai akhirnya gue putuskan hari itu di lapangan bola, gue bakal ungkapin semua. Lo harus tau gue suka sama lo. Lo harus tau, kalo lo udah nyelametin nyawa seseorang dari ambang keputusaan."

Julia menyeka matanya yang berkaca-kaca. "Gak masalah lo suka sama orang lain. Tapi gue mohon jangan larang gue berada di dekat lo."

Naka terdiam. Entah hatinya melunak setelah mendengar cerita Julia. Matanya lurus menatap gadis cantik itu, lantas mengangguk. Naka tersenyum. Sementara itu, di balik pintu kelas, April menggigit bibir. Hatinya bergemuruh luar biasa. Kenapa dia cemburu mendengar semua cerita Julia? Kenapa ia tidak suka ada orang yang menyukai Naka sedalam itu? Kenapa rasanya tidak nyaman?

"April, lo ngapain disini?" Tiba-tiba Jek muncul membuyarkan lamunan April.

"Eh?" April tersentak, buru-buru menggeleng. "Titip buku ke Naka ya, gue balik dulu."

💌

Pukul setengah dua malam, mata April masih terbuka lebar. Di kasur satunya, Cecil tidur dengan gaya absurdnya menendang-nendang tembok, membuat suara gaduh. Tapi April sama sekali tidak terganggu. Pikirannya melayang-layang kemana-mana. Senyumnya merekah kala melihat notifikasi chat dari Martin.

Kak Martin<3

Jangan begadang
Mimpi indah, cantik❤️

Sejenak April kembali menerawang hubungannya dengan Martin. Hubungan mereka sudah berjalan satu bulan. Selama itu pula April merasa ada sesuatu yang hilang. Martin selalu memperlakukannya dengan baik, selayaknya seorang putri. Tapi, April merasa hampa.

Lantas, ingatan tentang Naka di kelas bersama Julia tadi kembali membayang. Kenapa ia merasa biasa saja saat Martin bersama dengan cewe lain? Tapi kenapa saat Naka bersama Julia, dirinya dipenuhi rasa sesak luar biasa?

April membuka room chatnya dengan Naka. Terakhir mereka chatan itu tiga hari yang lalu, itupun cuma Naka bilang Napoleon ada di rumahnya. Semenjak April jadian dengan Martin, Naka memang terlihat sedikit demi sedikit menjauh. April sadar itu. April pikir, meski ia berpacaran dengan Martin, Naka dengan dirinya akan tetap seperti biasa. Sayangnya, semua terasa berbeda. Disaat April ingin bersama Naka, ada Martin menunggu, begitu pula sebaliknya.

Asyik dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba April dikejutkan dengan suara bantingan nyaring. Buru-buru ia bangkit mengecek keluar. Namun, suara itu bukan berasal dari rumahnya, melainkan rumah sebelah. April menyibak gorden jendela yang menghadap rumah Naka. Salah satu jendela di lantai dua rumah tersebut menyala terang, itu kamar Naka. Tak lama kemudian, suara bantingan tersebut mereda, berganti dengan suara pertengkaran laki-laki dan perempuan. April menoleh saat ponselnya menyala, ada orang menelpon.

📞PANGGILAN SUARA WHATSAPP

Nunu Nana🐰

PANGGILAN MASUK

^
^
^
📞

"Mei, gue takut..."

💌

To be continued...

Friend to Love || Jaemrina ✓Where stories live. Discover now