10. Dilema

268 58 2
                                    

Mendadak Naka merasa makanan yang dimasak umi malam ini sama sekali tidak menarik minatnya. Padahal biasanya, Naka paling lahap kalau soal masakan umi Hanin. Pikiran Naka melayang teringat percakapannya dengan April kemarin malam, saat mereka night ride.

"Kak Martin nembak gue. Dia mau gue jadi pacarnya."

Saat itu Naka hanya diam, tidak berniat membuka suara setelah mendengar ucapan April. Kenapa tiba-tiba rasanya sesak? Kenapa dia merasa tidak terima?

"Na..." Suara April kembali memasuki pendengaran Naka. "Menurut lo, gue harus gimana?"

Ingin sekali Naka berteriak agar April menolak Martin. Naka tidak ingin ada yang berubah diantara mereka. Naka ingin selalu seperti ini. Ia dan April yang tidak terikat oleh siapapun. Namun, lagi-lagi lain di hati, lain pula yang keluar di mulut.

"Kak Martin itu baik. Gue sering ketemu dia di tongkrongan. Orangnya humble, loyal, walaupun ngomongnya suka belepotan. Gak ada alasan buat lo nolak orang sebaik dia, Mei."

Naka bodoh, rutuknya sendiri dalam hati. Bisa-bisanya dia malah mendukung, alih-alih menentang.

"Oh gitu yaa." April terdiam setelahnya. Entah benar atau tidak, Naka seperti merasa April tidak terlalu mengharapkan jawabannya tadi. Cewe itu terlihat kecewa.

"Ahh bodoh banget!" Naka melemparkan rubik yang sedari tadi dimainkannya. Naka mengacak rambut frustasi. Wajah kecewa April terbayang-bayang di pelupuk matanya.

"Lo kenapa sih, bang?" Tanya Haikal bingung.

Si kembar tiga memang sudah ada di rumah Naka setelah makan malam tadi. Rencananya mereka mau nobar Piala Dunia.

Naka menghela napas berat, mulai memperbaiki posisi duduknya dengan bersila diatas kasur. "Twins, kesini!" Ucapnya.

Si kembar tiga yang awalnya asyik goleran di karpet bulu-bulu kamar Naka saling pandang bingung. Tanpa protes, ketiganya patuh mendekati Naka.

"Kenapa, bang?" Tanya Hazriel.

Sebenarnya Naka agak ragu untuk membuka suara. Tapi, rasa sesak di dadanya benar-benar sudah tidak nyaman. Baiklah, Naka menarik napas. Mulai menatap si kembar satu persatu. Hazriel yang setia menunggu, Harsakha asyik mengemut lollipop, dan Haikal menghitung jumlah jari kakinya.

"Gini, gue mau minta pendapat kalian." Naka membuka suara dan langsung didengarkan seksama oleh si kembar.

"Ini cerita temen gue ya. Jadi, temen gue itu punya teman dekat, cewe. Mereka udah temenan lama banget. Terus si cewe ini tiba-tiba bilang kalau ada yang nembak dia. Si cewe itu minta pendapat sahabat cowonya itu, tapi gobloknya temen gue yang sahabat cowonya itu malah mendukung. Sekarang temen gue itu nyesel." Jelas Naka panjang lebar.

"Ceritain diri sendiri ye, bang?" Celetuk Haikal sambil menahan senyum.

"Eh? Kok kalian tau?" Naka menepuk bibirnya, duhh keceplosan.

Ketiga kembar tertawa. Saking ngakaknya, Harsakha sampai terjungkal dari kasur.

"Aduhh perut gue sakit." Hazriel guling-guling ketawa. Gede juga congor anak ini, ketawanya menggelegar.

"Kita mah udah tau lama, bang Nana suka sama kak April." Ucap Haikal mengusap air matanya gara-gara ketawa.

Naka mencebikan bibir cemberut. Bagian mananya yang lucu sih?!

"Gimana bang? Gak enak ya jilat ludah sendiri?" Goda Harsakha sengaja untuk memanasi Naka.

"Tapi gue gak suka sama April." Sergah Naka tidak terima. Seingatnya tadi, dia tidak ada menyebutkan kalimat 'menyukai sahabat cewe'.

Friend to Love || Jaemrina ✓Where stories live. Discover now