Maka dari itu, bukanlah hal yang mengejutkan jika pada akhirnya Mark mengambil jalan begitu ekstrim dengan langsung menikahi Haechan, setelah sebulan lamanya Ia menurut pula pada Ten untuk "menahan diri" agar tidak menemui sang pudu.
Bukan tanpa alasan, Mark memang sengaja melakukan semua itu demi memberikan pelajaran pada Haechan, agar berhenti secara total dari segala obsesinya untuk "membahagiakan" Mark, dengan cara yang bisa saja membahayakan nyawanya sendiri sama seperti dulu.
"Tunggu, Mark!"
Suara Haechan yang secara mendadak kembali terdengar itu pun, berhasil membuat Mark tersadar dari pemikirannya, hingga secara refleks menoleh pada sang pudu yang kini tampak terbelalak lebar.
"Jadi kita benar-benar kawin lari?!"
Sebuah seruan dari Haechan setelahnya, hingga membuat Mark mengernyitkan kening heran.
"Pudu, bu—"
"Mark! Serius!" potong Haechan tanpa sengaja saking paniknya, "Kalau Dad sampai tahu tentang hal ini, dia pasti akan membunuhmu!"
"Pudu—"
"Nana dan Injunie juga!" sela Haechan lagi sambil mengusak surainya frustasi, "Mereka pasti akan membantaimu!"
"Pud—"
"Lele juga! Dery hyung juga! Sial! Semuanya pasti akan mengamuk!"
"Pu—"
"Mark! Bagaimana ini?! Mereka pas—mmphhh!"
Pada akhirnya Haechan pun tidak berhasil menuntaskan seluruh kekhawatiran yang membelenggunya, di saat Mark langsung naik ke atas ranjang mereka untuk mencium bibirnya secepat kilat.
Iya.
Pergerakan Mark untuk membungkam Haechan dengan ciumannya memang secepat kilat, tapi tidak dengan ciuman itu sendiri.
Sebab, secara refleks Haechan sampai meremat piyama biru dongker milik Mark pada bagian dada, kala merasa lumayan kewalahan menghadapi serangan tak terduga dari singa kesayangannya satu itu, yang kini malah semakin meliar dengan turut menyesap bibirnya dalam.
"Mmhh...!"
Tak hanya sebatas menyesap, Haechan bisa merasakan bagaimana lihainya bibir Mark kala melumat belahan bibirnya secara bergantian, hingga erangan terdengar lolos begitu saja dari bibir Haechan yang kini terasa basah. Terlebih saat Haechan merasakan bagaimana lidah Mark turut menyusup masuk melewati celah bibirnya, hanya untuk mempertemukan lidah mereka ke dalam singgungan hangat yang semakin tak terhindarkan.
"Mmhh... Ma-Markhhh!"
Meski Haechan tidak memungkiri bila Ia menikmati ciuman Mark kali ini, namun tetap saja pergerakan dari Mark yang semakin menjadi-jadi dengan tangan yang menyusup begitu lancang ke dalam piyama merah marun yang dikenakannya pun, tak ayal membuat Haechan berusaha untuk memprotes semampu yang Ia bisa. Tentu saja. Apalagi saat merasakan jemari Mark semakin berani menggodai tubuhnya, dengan mengelus pinggang rampingnya begitu lembut disertai remasan pelan.
"Unghh..."
Yang sepertinya tidak akan terhenti semudah bayangan Haechan, oleh karena ciuman Mark yang semakin memanas, dengan turut memagut belahan bibir dan lidahnya secara bergantian, di sela-sela jemari Mark yang semakin berani merabai punggung Haechan dengan gerakan sangat menggoda.
"Mnhh..."
Baru ketika manik hazel Haechan menyayu akan ciuman intens yang mereka bagi, diiringi rematan jemarinya pada piyama Mark yang sedikit melonggar, di saat itulah Mark yang menyadari bila dirinya telah berhasil menjinakan Haechan pun, secara perlahan melepaskan tautan bibir mereka.
VOUS LISEZ
Reverse
Fanfiction"Bisakah kau berhenti membuatku semakin jatuh padamu?" "Tidak akan. Bahkan semesta telah menuntunmu agar terjatuh padaku. Untuk apa aku melawan takdir?" *** Berawal dari kesalahpahaman "panas" yang tidak sengaja tercipta di salah satu ranjang ruang...
Chapter CII (When Mark Meets Haechan in Their Universe: Psyche)
Depuis le début
