"Kurang tahu, nggak ada kabar dari Om Ando."

"Dia belum balas DM gue lagi. Caka coba lo yang DM, pasti langsung dibalas sama dia."

"Tugas lo udah? Buruan, mau gue kumpulin ke ruang guru."

"Yaelah kulkas! Gue kan tunggu lo selesai, mau sontek punya lo."

Alvarez di belakang bangku tergelak, dia melempar bukunya ke muka Bilal. "Nih! Gue udah kelar."

"Alpa memang terbaik! Thank you, Sayang." Girang Bilal seraya memberi love hand sign korea andalannya kepada Alvarez.

"Sekali lagi panggil gue sayang, gue tampol muka lo, Bil. Lihat aja." Ancam Alvarez. Semalam dia baru saja ditaksir bencong saat makan ayam kremes bersama Zea. Sejujurnya Alvarez sedikit trauma. Mengingatnya saja membuatnya merinding.

Beberapa menit kemudian Bilal disibukkan dengan menyalin tugas Alvarez, sedang Alvarez sendiri sibuk dengan ponselnya entah sedang apa.

Caka menyandarkan punggungnya, dia ikut bosan dan memilih membuka sosial media. Dan postingan Alana yang pertama kali lewat berandanya. Caka termangu, menatap postingan itu begitu lama. Tanpa menyukai, tanpa memberi komentar, dia hanya memandanginya.

Tidak bisa Caka tampik. Caka merindukan gadis itu.

"Caka," panggil seseorang membuat fokus Caka buyar. Dia mendongak dan menatap Nadir yang entah sejak kapan berdiri di samping mejanya.

"Sebentar lagi gue ikut lo kumpulin tugas anak-anak, ya?"

"Boleh," balas Caka singkat.

Bilal melirik Nadir, "Caka sama gue aja."

Nadir sedikit kecewa, dia ingin bersikeras ikut namun dia yang notabene anak baru juga tidak berani melawan ucapan Bilal. Terlebih Bilal adalah teman Caka.

"Ya udah kalau gitu," balas Nadir seraya tersenyum.

"Nggak apa-apa gue sama Nadir aja. Sekalian gue kasih tahu lingkungan sekolah. Dia murid baru, jadi nggak tahu bagian sekolah."

"Jadi lo mau selingkuh dari gue, Ka?" tanya Bilal kembali dramatis.

Caka memutar bola matanya. Drama Bilal tidak mempan untuknya yang terlalu bodo amat. Dia menatap Nadir, "Bantu gue tagih buku tugas anak-anak."

Nadir mengangguk semangat. Caka kembali melirik Bilal, "Buruan, nggak selesai dalam satu menit lo kumpulin sendiri ke ruang guru."

"Iya iyaaaa. Sabarrr!"

Caka berjalan berdampingan dengan Nadir menuju ruang guru dengan tumpukan buku. Tidak ada percakapan. Mata Caka juga menatap lurus ke depan. Nadir berkali-kali mencuri pandang ke arah Caka. "Lo emang gini, ya?" tanya Nadir.

"Gini gimana?"

"Mukanya datar, terus irit ngomong."

"Kayaknya."

Nadir tertawa. Bahkan jawaban Caka juga lebih sering singkat. "Lo ketua kelas, dan wakil OSIS? Ketua OSIS teman yang duduk di bangku belakang lo itu, kan? Gue kayak nggak asing sama dia."

Strawberry Cloud [End]Where stories live. Discover now