13

5.2K 783 109
                                    

Vote dulu sebelum baca, yh🐐

Flashback

Segerombolan cowo yang keliatan urak-urakan duduk gak jauh dari letak toilet sekolah. Ntah apa tujuan mereka duduk di sana, tapi sekarang cowo-cowo itu lagi sibuk ngetawain seseorang. Salah satu cowo bernametag Theo dari gerombolan itu berdiri dan jalan ngedeketin bahan ketawaan mereka dari tadi.

"Udah hampir seminggu masuk sekolah, lu masih gak tau mana toilet cowo mana toilet cewe? Yang lu masukin barusan toilet cewe atau jangan-jangan lu sebenernya cewe, ya?!"

Pemuda mungil yang baru aja resmi jadi siswa SMP ini sukses malu brutal gara-gara teguran dari Theo barusan. "Cowo kok, Bang. Aku belum pernah ke toilet sekolah sebelumnya jadi gak tau."

Theo cuma bisa geleng-geleng kepala sambil menuturkan senyuman manis. "Lain kali jangan sampai salah masuk lagi, ya, Agya." Sejenak dia melirik nametag yang ada di seragam.

"I-iya, Bang. Makasih udah diingetin, aku pergi dulu." Agya gak tahan lagi berlama-lama di sana. Dia auto puter badan terus lari secepat mungkin.

Beberapa temen Theo nyamperin dan ngerangkul Theo. Mata anak itu masih terpaku menatap punggung Agya muda yang berlari menjauh.

"Tumben lu kaya gitu ke adek kelas? Biasanya aja gampang banget jailin orang lain."

"Mukanya lucu, emang lu pada tega ngejailinnya?"

Temen Theo mengernyit. Kejadian ini bener-bener aneh. Theo yang mereka kenal tuh bisa jail ke siapa aja tanpa mandang status atau fisik sekalipun. Tapi apa yang salah kali ini? Agya ngeluluhin Theo? Atau justru Theo yang mau menguasai Agya? Cuma waktu yang bisa ngejawab.
.

.

.

.

.

"Nih, buat lu." Baru aja masuk kelas dan mengambil tempat di samping Agya, Theo udah langsung menyodorkan mangkok kecil berisi tiga buah cireng dan dua telur gulung.

"Aku bawa bekal sendiri kok, Bang, tapi makasih udah nawarin."

Theo ngeroll eyes terus ngeliat isi bekalnya Agya, bener-bener dipenuhi sayur dan beberapa makanan sehat lainnya. Gak kelupaan, Agya juga bawa susu buat minum. "Lu gak bosen tiap hari makan beginian mulu? Gua aja yang tiap hari ke kelas lu jadi bosen ngeliat lu makan bekal yang itu-itu aja."

"Kalo bosen ... jangan diliatin, lah. Ini malah ke sini mulu, aku juga bosen liat muka Bang Theo." Agya ngedumel dengan suara yang cukup kecil. Dia sebenernya segan banget sama Theo makanya gak berani macem-macem. Meski Theo ini dikenal berandal sekolah, tapi dia baik sama Agya. Bahkan waktu Agya banyak diabisin buat bareng Theo.

"Sekali-kali cobain makan gorengan. Nikmat duniawi jangan ditolak!" Theo ngambil satu telur gulung. Dia memiting leher Agya dan mulai menyodorkan telur gulung tadi ke mulut Agya.

"Aku gak mau! Hmph!" Agya menutup mulutnya rapat-rapat. Di mata orang-orang kelakuan mereka ini cukup brutal tapi bagi keduanya udah biasa. Theo bilang cara main cowo emang agak kasar dan Agya percaya-percaya aja selama yang ngomong itu Theo.

~''~

Bener aja, waktu akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Agya sama Theo makin deket. Sifat nakal Theo juga nyentrum ke Agya. Setelah Theo lulus SMP, Agya sampai dijuluki Theo kedua. Theo berhasil menguasai Agya tapi Agya juga berhasil ngeluluhin Theo, pemuda itu siap ngebantu Agya dalam keadaan apapun. Mereka berdua saling mengikat satu sama lain.

"Agya!"

Agya berbalik badan dan menoleh kesana-kemari mencari sumber suara. Dia baru aja mau menaiki motornya buat pulang tapi udah keduluan ada yang manggil. "Eh, Bang Theo? Udah pulang sekolah? Bukannya jam lima, ya? Ini baru jam tiga."

Tanpa Batas {BXB} (Completed)Where stories live. Discover now