11

6.7K 1K 133
                                    

Vote dulu sebelum baca, kak 🧘🏽‍♀️

Agya sama Eriq mutusin buat nonton film di bioskop aja. Mitosnya kalo pertama kali nge-date jangan ke bioskop, tapi karna kedua pemuda berjakun itu gak nge-date, makanya mereka milih nonton film.

"Ke toilet dulu bentar, ya. Gua pengen ganti ni seragam."

Eriq menyetujui. Keduanya menuju toilet. Jahilnya si Eriq pengen ikutan juga masuk ke salah satu bilik tempat Agya ganti baju, tapi langsung didorong pelan sama Agya. Bukan nolak kesempatan enak, takutnya kalo ngecas dulu mereka bisa telat nonton film.

"Udah, nih. Yuk." Mereka lanjut jalan buat beli tiket nonton.

"Btw, kita mau nonton film apaan, Gya?"

"Hm ... bang Eriq maunya film apa?"

"Gua sih ngikut aja. Selama lu seneng gua bakal ok terus, kok." Eriq tersenyum lembut. Dia juga puk-puk pucuk kepala Agya. Ada yang aneh dari perasaan Agya, dia ngerasa jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, deg-degan.

"Horor aja kali, ya? Di negeri Konoha ini lagi naik-naiknya film genre horor." Agya manggut-manggut menyetujui omongan sendiri. Dalam waktu singkat, masing-masing dari mereka udah megang satu tiket. Agya juga udah pilih mau duduk di kursi bagian mana. Anak itu sengaja milih di bagian atas, biar tenang katanya.

"Tinggal beberapa menit lagi aja, nih, film-nya mulai. Lu gak mau beli apa-apa lagi, Gya?"

"Gak, ah. Langsung masuk aja."

"Serius? Gak mau popcorn atau soda? Gua bayarin, nih."

Agya ngehela nafas. "Kalo lu mau ya lu aja sana yang beli, bang."

"Kaga, gua cuma nawarin lu doang."

"Gua gak demen ngemil sambil nonton." Agya menarik pergelangan tangan Eriq biar mereka bisa segera masuk dan duduk tanpa banyak bacot lagi ngeributin hal yang gak penting.

"Ah~ akhirnya gua bisa nonton film di bioskop lagi." Wajah Agya terlihat damai pas pantatnya menyentuh kursi bioskop, nyaman.

"Udah lama kaga, ya?"

"Iya, bang. Tiga apa empat bulan gitu gua kaga ke bioskop. Temen-temen kalo diajakin ke sini gak mau soalnya." Agya bercerita dan tanpa sadar mulai menyandarkan kepalanya di bahu Eriq. Layar besar di depan sana masih menampilkan iklan-iklan, jadi Agya masih bisa ngobrol sama Eriq.

"Gak dingin? Kalo dingin bisa pake hoodie gua," tawar Eriq.

"Ya elah, santai aja kali bang. Baju gua masih lumayan tebel juga ini. Lagian kalo dingin gua bisa pindah ke pangkuan lu terus minta peluk, deh." Agya ngewink, nakal.

"Jangan mancing-mancing, Gya."

Agya cuma bisa ketawa kecil. Pas film di mulai, keduanya fokus nonton. Sesekali Eriq melirik Agya, nungguin tu bocah ketakutan sampai meluk lengan Eriq, tapi kayanya hal itu gak pernah terjadi. Reaksi Agya cuma kaget-kaget biasa dan kadang mengumpat pelan.

"Bang," panggil Agya di pertengahan film. Kayanya baru inget sama kehadiran Eriq.

"Apaan?"

Bukannya ngejawab Agya malah masang tampang mencurigakan. Dalam hati, Eriq menebak-nebak apa yang mau diomongin sama Agya. Ujung-ujungnya Eriq malah dibikin kaget karna tangan Agya yang tanpa izin main sentuh aja bagian selangkangan Eriq. "Tiba-tiba gua pengen ini deh, bang."

Eriq meneguk ludah kasar. Dia mau banget disepong sama Agya, tapi dengan berat hati dia harus nyingkirin tangan Agya. "Jangan sekarang, Gya. Hari ini kita khusus buat jadi temen yang no sex dulu. Inget omongan gua malem itu? Gua mau kenal lu lebih jauh bukan sebagai partner sex doang."

Tanpa Batas {BXB} (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang