Prolog

453 87 11
                                    

||0.2 Prolog||
||Kehidupan Sehari-hari||

"Yuu...bangun, aku lapar" (M/n) mengguncang pelan tubuh yang ada di pelukannya. Menatap dengan mengantuk, berbeda dengan perutnya yang sudah berdemo meminta di isi.

"Hmmm..."

"Jangan hanya berdehem, bangun" Kesal, akhirnya (M/n) menggunakan cara biasa yang dia gunakan untuk membangunkan Yuuken.

Chop!

"Aduh!" Netra gelap itu terbuka lebar. Kerutan samar terlihat di dahinya. Kesal dengan si naga yang seenaknya menggigit lehernya.

"Sudah berapa kali aku bilang. Jangan menggigit leherku. Bekas yang sebelumnya saja belum hilang, memangnya tidak ada cara lain huh?" Menggerutu dengan sebal. Yuuken memutar tubuhnya menghadap (M/n).

"Salahmu, aku lapar cepat buatkan makanan" Tidak peduli dengan protes Yuuken. (M/n) menatap dengan wajah yang polos dan memelas. Kontras sekali dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"Huuh, aku pemilik rumah ini. Kenapa jadi kau yang memerintah ku" Menghela nafas kesal, remaja penyuka Kendo itu memegang tangan yang memeluk pinggangnya erat.

"Aku yang membayarmu Yuu" (M/n) menjawab seadanya. Menguap kecil, dan kembali menenggelamkan wajahnya di dada Yuuken.

Nah itu tidak salah. Setelah menceritakan semuanya, ya (M/n) sama sekali tidak menutupi hal apapun. Dia mengatakannya kepada Yuuken, kalau dia di tugaskan untuk menjaganya dan sebagainya. Setelah menceritakan semuanya, Yuuken langsung mengijinkan (M/n) tinggal di rumah ini. Lagipula, dia memang di rumah sendiri.

Cukup lama mereka menjadi teman sekamar. Kalau di hitung, sudah ada lebih dari 4 bulan mereka menjadi teman. Awalnya, Yuuken cukup kesulitan mengatur keuangannya. Tapi dengan mudahnya itu semua di selesaikan oleh (M/n) dengan sihirnya. Pria bersurai pirang itu membuat uang dengan sihirnya.

Akhirnya, Yuuken yang notabenya masih siswa SMP kelas 3. Harus mengurus naga pemalas yang suka menghabiskan isi kulkasnya hanya dalam hitungan jam. Beruntung, dia bisa membuat uang tanpa batas. Tapi repot juga dia harus membeli bahan makanan setiap pulang sekolah. Sepertinya naga memang memiliki perut dengan kapasitas besar.

Tapi dia juga tidak akan mengira. Kalau selain malas, naga ini juga akan begitu lengket. Hampir setiap hari saat dia duduk, tidur, atau pun sedang memasak. (M/n) akan memeluk nya dari belakang. Menjadikan dirinya sebagai penghangat atau pun bantal. Bahkan menjadi korban gigitan dari gigi-gigi yang begitu tajam.

Ini keuntungan atau kesialan?

"Kalau kau lapar, lepaskan aku. Aku akan memasak sekarang" Geli, itu yang Yuuken rasakan sekarang. Menatap ke bawah, melihat laki-laki dengan surai pirang itu memeluknya erat. Nah, jangan bilang...

"Bangun kau pemalas, walaupun hari ini aku libur. Aku harus berbelanja juga untuk makan siang nanti" Mengusap surai pirang di hadapannya. Yuuken menepuk pelan kedua tangan yang masih memeluknya erat.

"Hmm" Hanya itu jawabannya. (M/n) dengan enggan melepaskan bantal manusia sekaligus penghangat otomatis nya. Menguap, (M/n) dengan lemas duduk di atas Futon. Membiarkan Yuuken pergi ke dapur untuk memasak.

"Tunggu di sini, aku akan membuat sarapan" Dengan itu, Yuuken memakai jaket hitamnya. Menutupi kaos merah yang dia pakai.

Meh, memangnya semudah itu melepaskan kadal raksasa yang lengket?

~×Dapur×~

"...kau tau, aku tidak bisa bergerak bebas jika begini" Yuuken menghela nafas lelah. Sesekali menepuk gumpalan rambut emas yang bertengger di bahunya. Bahkan lengan yang sama masih memeluk pinggangnya erat dari belakang.

Bukannya tidak mau. Yah, pada awalnya dia memang mengeluh. Tapi setelah berbulan-bulan, dia tidak mengutarakan komentarnya lagi. Entah apa, tapi naga ini memang lengket. Seperti saat ini, dia sedang memesak dengan tubuh besar yang menutupinya dari belakang. Dengan lengan yang kokoh memeluknya erat. Dan kepala yang dengan nyaman bersandar di bahunya.

"Kau tidak pegal menunduk begitu?" Dia, Yuuken, tentu saja tinggi untuk usianya. Tapi (M/n) jelas lebih tinggi. Memeluknya seperti ini, memangnya tidak pegal?

"Tidak" Jawaban singkat seperti biasanya. Mengangkat bahunya acuh. Yuuken kembali fokus kepada masakannya.

Sederhana saja, dia selalu malas jika di suruh memasak pagi buta seperti ini. Ini masih jam 4 pagi, tapi raksasa di belakangnya itu sudah merengek minta makan. Melihat di lemari pendingin hanya ada beberapa butir telur, sayur, dan tomat. Yuuken memutuskan untuk membuat tumis sayur dan telur tomat orak arik.

"Masih lama?" (M/n) sedikit mengintip. Menatap sayur yang berkilau karena minyak dan bumbu tumisan. Nah, dia lapar. Salahkan saja perut naga yang mengumpulkan mana ini.

4 bulan sudah berlalu. Luka luarnya sudah sembuh. Luka di dalam dirinya juga sembuh secara perlahan. Dia hanya butuh mengumpulkan mananya sampai penuh. Sayang sekali, ini bukan dunia Harry Potter yang di penuhi dengan sihir. Ini hanya dunia biasa. Dia hanya bisa menyerap mana dengan jumlah tertentu, salah satunya dengan cara makan.

"Sebentar lagi, kenapa kau tidak menata meja makan. Aku rasa itu akan lebih membantu" Dengan senyum kesal, Yuuken mencubit gemas pipi (M/n) yang masih bersandar di bahunya.

Entahlah, dia seperti seorang istri yang merawat suami kaya penuh uang. Tapi sayangnya, suaminya itu pemalas yang berhak mendapatkan piala penghargaan atas kemalasan nya itu. Beruntung, (M/n) memiliki penampilan halus yang mengenakkan mata. Walaupun perkataan tajamnya sering membuat orang emosi. Apalagi tatapan mata yang seolah sedang menjuliti orang yang dia tatap.

"Hmm, baiklah" Dengan malas. (M/n) berjalan ke arah rak yang di penuhi dengan alat makan. Mengambil beberapa piring dan peralatan makan. (M/n) mulai dengan cepat menatanya di atas meja.

"Yuu, apa kau akan ke supermarket nanti?" (M/n) yang tengah menatap telur orak arik melirik ke arah Yuuken yang mematikan kompor.

"Hmm, iya aku akan ke supermarket nanti. Bahan makanan sudah habis dan juga sepertinya kau butub baju tambahan" Membawa teflon ke arah meja. Yuuken membalas pertanyaan (M/n) sambil menata sayur

"Kenapa kau bertanya, ingin ikut?" Tentu saja itu candaan. Yuuken tidak pernah membawa (M/n) keluar dari rumahnya. Mengingat betapa mencoloknya penampilan naga itu.

"Aku mau ikut" Yuuken mengerjab kecil. Ingin menolak, tapi mengingat (M/n) juga membutuhkan kebebasan nya. Yuuken menghela nafas kecil dan mengiyakan. Tapi...

"Kenapa hanya ada satu mangkuk nasi. Kau tidak ingin makan?" Menatap hanya ada satu mangkuk nasi di atas meja. Yuuken menatap (M/n) dengan bingung.

"Tidak, tentu saja aku makan. Aku yang kelaparan di sini" Menghela nafas, (M/n) menjawab dengan malas.

"Lalu, kenapa hanya ada satu mangkok. Kau ingin makan sendiri?" Menggerutu, Yuuken menatap (M/n) dengan kesal.

"Tidak, aku ingin di suapi olehmu" (M/n) menjawab sambil mendorong mangkok nasi ke arah Yuuken.

"....(M/n) kau bukan bayi" Menatap dengan datar, Yuuken hanya bisa menghela nafas kecil. Dia naga, tapi kenapa begitu kekanakan. Bukannya naga itu penuh wibawa.

"Benar, aku bukan bayi, tapi aku bayi besarmu. Jadi, ayo suapi aku, aku tidak menerima penolakan" (M/n) menunjukkan senyum kecil. Yang tentunya membuat Yuuken kesal.

"Tidak-"

"Satu suapan 1.000 yen"

"Ehem, maksudku aku juga tidak akan menolak. Kemari kau bayi besar, biarkan aku menyuapimu"

||0.2 Prolog||
||Kehidupan Sehari-hari||
||End||

Little Goldy (Twisted Wonderland x M.Reader) حيث تعيش القصص. اكتشف الآن