Bab 132

146 18 0
                                    


“Ugh..”

Aku memelintir diriku dengan erangan. Pada pandangan pertama, saya mengangkat satu mata dan melihat ke luar, dan matahari berada di tengah.

Saya pikir saya pasti tertidur tadi malam, tapi ini sudah siang hari.

Aku nyaris tidak mengangkat punggungku.

Ketika saya melihat ke belakang, Sylvester tidak ada di sana. Mungkin aku bangun terlambat dan dia meninggalkanku.

'Betapa kejamnya.'

Dia menggertakku seperti itu kemarin dan kabur seperti ini.

Dia pasti melarikan diri karena dia pikir aku akan mengatakan sesuatu ketika aku bangun.

Saya benar-benar perlu mengatakan sepatah kata pun malam ini.

Saya berpikir begitu dan menekan punggung kaku saya.

Saya pikir Sylvester adalah, seperti, orang yang sangat rasional dan berhati dingin, tetapi dia berbeda ketika berhadapan dengan saya.

Saya selalu terjebak di dalamnya karena dia menunjukkan sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya.

Saya akan mengatakan itu tidak sebanyak kemarin..!

Fiuh.

Karena Sylvester benar-benar tidak bisa menahannya.

Aku mengangkat diriku, menutupi pipi merahku. Lalu aku menarik talinya. Aku duduk di sofa menunggu Irene datang.

“Kalau dipikir-pikir…”

Kemarin, Sylvester mengatakan itu.

Akan ada perjamuan untuk merayakan kembalinya Largo.

"Dia bilang dia ingin aku hadir?"

Aku menyipitkan mataku.

Largo, tidak mungkin dia mengatakan hal seperti itu. Saya yakin dia memanggil saya karena dia memiliki motif tersembunyi.

Lalu apa itu?

Apa yang dia pikirkan..?

Tidak ada jawaban yang keluar bahkan setelah aku memikirkannya.

Di saat seperti ini, ada apa?

'Ambil banteng dengan tanduknya.'
(T/n : artinya seperti tipe orang yang memecahkan kesulitan atau masalah dengan menghadapinya secara langsung, tanpa menghindari atau membatasinya.)

Tidak peduli apa rencananya, aku bisa menerobosnya, jadi tidak buruk untuk melawannya dengan bangga.

Jadi saya membuka pintu dan berkata kepada Irene, yang masuk.

“Bawakan saya katalog musim ini. di beberapa toko kostum.”

"Ya?"

Irene membuka matanya lebar-lebar.

"Apakah kamu akan mendapatkan gaun baru?"

"Ya. Akan segera ada Imperial Ball.”

“Ya, baiklah.”

Irene tersenyum dan merona.

Dia menyukaiku seperti itu tidak peduli apa yang aku katakan.

Anak itu selalu sama.

Saya berpikir dan tersenyum.

"Bagaimana dengan Sylvester?"

"Dia pergi keluar."

"Keluar?"

Saya pikir dia di kantor, tapi kemana lagi dia pergi? Aku menyipitkan mataku.

"Di mana?"

[END]✓Honey, Why Can't We Get a Divorce?Where stories live. Discover now