Fatal sekali.
Karena Haechan sudah pergi bahkan sejak lusa, yangmana itu berarti Mark sudah sangat terlambat untuk menyusulnya demi menyelamatkan sang tunangan dari kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi selama menyusup ke SSIA.
Dan benar saja...
DRRRT! DRRRT
...suara dari getaran ponsel milik Jungwoo yang tergeletak pasrah di atas meja itu pun, seakan menjadi momok yang berhasil memancing kecemasan Mark menuju tingkat tertinggi, apalagi saat ekor matanya menangkap sebuah nama yang sangat Ia kenali tertera begitu gamblangnya dari sana.
Bahkan jantung Mark semakin berdebar tidak karuan saat melihat Jungwoo mengangkat panggilan tersebut, disertai mikroekspresi yang membuat perasaannya was-was seketika. Apalagi setelah panggilan tersebut selesai, Jungwoo langsung menatapnya dengan sendu.
"Tuan Muda Jung."
Jungwoo memanggil dengan lirih.
"Pihakmu sudah berhasil menemukan Tuan Muda Seo yang disekap."
Di saat itulah, Mark merasa semestanya hancur berkeping-keping.
***
"Siapa...?"
Dari tangis Jaemin maupun Renjun yang terdengar begitu pilu pun, Mark sadar dirinya terlalu kelu untuk membawa langkahnya masuk menuju ke ruang rawat dimana Haechan berada. Terlebih saat telinganya mendengar suara lemah penuh nada kebingungan dari sang tunangan di dalam sana.
Iya.
Pada akhirnya, setelah sebulan penuh Haechan dinyatakan menghilang karena disekap. SSIA yang berlaku bagaikan hero pun menyatakan bahwa mereka berhasil menemukan Haechan sedang dikurung dalam sebuah ruangan, dalam kondisi psikisnya yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Tak hanya itu, pihak SSIA juga mengemukakan kebohongan lain, bagaimana pihaknya juga berhasil menangkap dua orang terduga pelaku—padahal tumbal—sebagai kompensasi dari keberadaan para dalang yang belum berhasil mereka tangkap; Si Nomor Tiga, Si Nomor Dua, maupun Si Nomor Satu.
Iya.
Fitnah semacam itu... memang sudah biasa dilakukan bagi siapapun kelompok manusia yang memiliki power.
Mark sangat memahaminya, dan terlampau membencinya.
Tapi Mark tahu, saat ini Ia tidak memiliki waktu untuk meladeni drama memuakan seperti itu. Sebab Taeyong yang berada di sisinya, maupun Jaehyun yang kini menyembunyikan seluruh kebiadabannya dalam topeng kepura-puraan dirinya untuk bersimpati, telah mengajaknya membuka pintu rawat Haechan dan masuk ke dalamnya.
Obsidian bertemu hazel.
Dalam keterpakuan Mark maupun Haechan yang saling memandang satu sama lain itu, dunia seakan berhenti berputar, oleh karena bias obsidian Mark yang menyiratkan kehancuran begitu mutlak, akan bias kekosongan dari hazel Haechan yang tertuju pada dirinya.
Tanpa emosi, dan seakan tanpa nyawa.
"Hyuckie...?"
Mark tahu, refleks tubuhnya untuk mendekat pada Haechan, seraya memanggil nama tunangannya tersebut adalah bukti dari bagaimana perasaan bersalah begitu menghujam jantungnya, ketika informasi yang diberikan padanya tentang kondisi Haechan yang kehilangan ingatannya pasca penyekapan adalah realita yang harus Ia hadapi saat ini.
Sebuah realita, yang semakin menghancurkannya saat secara mendadak Haechan mencengkram kepalanya sendiri begitu brutal, disertai tangis histeris maupun suara teriakan yang sangat memilukan.
"ARGHHH!"
"Hyuckie!"
"ARGHHHHH!!! HENTIKAN!!! HAH! AHAHH!!! HYUNG—ARGHHHH!!!
YOU ARE READING
Reverse
Fanfiction"Bisakah kau berhenti membuatku semakin jatuh padamu?" "Tidak akan. Bahkan semesta telah menuntunmu agar terjatuh padaku. Untuk apa aku melawan takdir?" *** Berawal dari kesalahpahaman "panas" yang tidak sengaja tercipta di salah satu ranjang ruang...
Chapter XCV (Mark's Hidden Memory No. 5)
Start from the beginning
