13 - Keluar di Toilet

Start from the beginning
                                    

"Sialan lo, anaknya lagi masuk kampus juga masih aja diomongin. Gue rasa si Malik lagi kelas dan kupingnya merah kayak jamur ketumpahan marjan," celetuk si Hana sembari tertawa menampilkan giginya yang super rapi.

Brot!

Kue kering mendadak benar-benar mengeringkan tenggorokan. Ruangan tiba-tiba diselimuti gas beracun menyengat yang mematikan, kue kering yang semula enak mendadak berganti bau busuk hingga ingin muntah.

Bau busuk bukan sembarang bau busuk, itu bau busuk kentut beraroma telur rebus, dan parahnya pelaku gas kematian itu melewat di depan aku dan si Hana lalu masuk ke dalam toilet. Aku merasa seperti berada dalam ruang pembunuhan berencana, karena baunya amat menyiksa. Dia memakan seratus telur rebus kah sampai kepalaku pening begini.

Si Wahyu lari terbirit dari dalam kamarnya yang terbuka menuju toilet seraya memegang pantat. Iya laki-laki itu hari ini sedang mengalami masalah pencernaan. Kenapa dia tidak kumpul denganku dan si Hana di ruang biasa karena tadi dia sudah kentut pelan satu kali saja sudah menyiksa, makanya kami menyuruh untuk menjauh sebentar. Si Wahyu bukannya dikeluarkan sedikit-sedikit di kamar malah menabung gas dalam perutnya sampai lubang itu meledakkan gas beracunnya ke seisi lantai dua.

"Wahyu babi! Bau banget anjir!" Keluh si Hana muntah-muntah udara.

"Lu makan bangke apa Wahyu? Baunya nauzubilah banget."

Tidak berselang lama dari ditutupnya pintu toilet, terdengar bunyi Bek! Bek! Bek! dari dalam toilet disertai bau yang menguar ke luar semakin menjadi-jadi. Kurasa isi perut si Wahyu keluar sama usus-ususnya sampai terdengar keras begitu.

Aku dan si Hana menjerit sembari berdiri untuk pergi.

"Wahyu dongo, tolol. Gak gue kasih kue lagi!"

"Lu jangan temuin kita sebelum semua tai-tai lo keluar!"

***

Benar kata si Hana, kebanyakan makan kue kering malah bikin boring. Sudah gitu tidak ada yang menarik di Hp, grup warung kopi juga sepi karena Om Diyat lagi-lagi ada urusan keluar kota bertemu orang sok rahasia-rahasia, apa dia mau bertemu temannya yang ngasih headset tanpa kabel itu ya? Bagus deh kalau dia punya pengganti Tante Marni yang sudah bahagia sama suami tentaranya.

Si Rian juga tampaknya tengah jalan-jalan bersama teman laki-lakinya yang lain karena status Whatsappnya menunjukkan gambar warung dan motor. Enaknya punya kendaraan pribadi bisa pergi ke manapun sesuka hati, tidak terjebak dengan kosan ini bersama bau kentut si Wahyu.

Ngomong-ngomong soal si Wahyu, "Ini udah tiga jam dari dia muntah berak. Kok dia enggak turun ya?"

"Belum beres kali, Sti. Beraknya masih pada parkir di usus," jawab si Hana asal.

"Serius, Han. Kalau anak orang mati habis berak gimana?"

"Belum pernah tuh gue denger. Paling burung juga pingsan karena lemes ngelahirin berak-beraknya itu."

"Ish, lu ngomongin berak sambil makan kue kering apa kagak pengin muntah?"

"Pengin sih, tapi kalau mulut gue berenti gue bakal muntah karena kejadian tadi. Ini jam berapa sih?" Si Hana mengecek ponselnya yang ternyata mati kehabisan daya.

"Jam dua sore."

"Dua jam lagi si Ica pasti balik, nitip makanan ke dia gitu kek atau apa. Bisa mabok kering gue makan ginian mulu, pesen yang pedes-pedes supaya rancun kentut si Wahyu di tenggorokan gue hilang."

"Katanya gak punya duit."

"Daripada gue masuk rumah sakit? Ada lo tenang aja, kalau kurang lu tambahin."

KOSAN CERIAWhere stories live. Discover now