Lihatlah betapa kejamnya ganjaran yang didapatkan olehnya hingga membuat tubuhnya kurus kering seperti itu.

Tidak hanya disiksa dan digilir, Leo juga tidak pernah diberi makan dan minum sedikitpun. Selama ini dia hanya memakan sper** dari orang-orang yang menggilirnya.

Srak

Andrea menarik rambut Leo dengan kencang membuat pria itu meringis sakit akibat tarikan dirambutnya.

"Kau belum diizinkan mati jika adikku belum bangun dari tidurnya". Ucapnya dengan penuh penekanan dan langsung menghempaskan tubuh kurus itu kelantai dengan kasar.

"Cuih, itulah yang kau dapatkan jika berurusan dengan keluarga Dreakson".

Andrea menendang punggung Leo dan berlalu dari sana menuju seorang gadis yang sudah kehilangan kaki kiri dan tangan kanannya diikuti Leon dibelakangnya.

"Lihatlah siapa ini?", Ucapnya saat sampai disamping Syela.

Syela yang mendengar suara yang ia kenali langsung mendongakkan kepalanya dan melihat Andrea dan juga Leon yang menatap dirinya.

"Apa yang kalian mau?", Ucapnya lirih.

"Hmm tidak ada, hanya ingin melihat kondisimu yang sangat memprihatinkan ini". Jawab Leon sembari mengitari kursi yang diduduki oleh Syela.

Gadis itu tidak dapat berdiri maupun bergerak sedikitpun karena Sean memaku kedua pahanya dikursi yang ia tempati.

Jika kalian penasaran bagaimana dengan kondisi dari ayah Syela yaitu Yordant. Maka jawabannya adalah ia sudah mati.

Yah mati, karena kehabisan darah dan juga karena jantung pria itu sudah gio hancurkan dengan sekali cengkraman.

Sungguh keluarga yang sangat mengerikan.

"Tidak bisakah kalian langsung membunuhku?". Ucapnya setelah lama terdiam.

"Membunuhmu? Ah!, Apa segitu inginnnya kau mati?. Hmm baiklah! Aku akan mewujudkannya. Kau ingin mati dengan cara apa?". Ucapnya Leon dengan senyum menawannya.

Syela menatap Leon sejenak sebelum kembali menundukkan kepalanya enggan untuk menjawab pertanyaan Leon.

Leon yang diabaikan tentu kesal. Ia dengan kasar langsung menarik rambut gadis itu yang telah tercukur setengahnya.

"Jawab aku sialan! Kau ingin mati dengan cara apa? Apa cara yang sama seperti apa yang dilakukan bang gio pada ayahmu? Atau kau juga ingin digilir seperti si Leo itu?".

Syela menggeleng lemah dengan derai air mata yang berlomba-lomba turun melewati pipi tirusnya.

"Maka kematian seperti apa yang kau inginkan SIALAN!!", Leon menendang tubuh Syela hingga gadis itu terjatuh menghantam lantai.

Leon begitu murka saat Syela tidak menanggapi ucapnnya. Ia dengan kalap langsung menendang tubuh gadis itu bertubi-tubi tanpa ampun walaupun Syela sudah terkapar tak bernyawa.

Bugh

Bugh

Bugh

Tendangan demi tendangan Leon lepaskan pada tubuh Syela, bahkan kursi yang melekat pada syela pun ikut hancur akibat kerasnya tendangan yang diberikan Leon.

"Hei sudahlah! Gadis itu sudah mati". Ucap Andrea sembari menyesap putung rokoknya yang entah ia dapat dari mana.

"Hah~".

Leon menghembuskan nafasnya sembari menghalau asap rokok yang di sesap oleh sepupunya itu.

"Berhenti merokok diahadanku sialan!". Ucapnya marah.

Huff~

Andrea dengan sengaja menghembuskan asap rokoknya didepan wajah Leon membuat remaja itu langsung menonjok perutnya.

Bugh

"Keparat".

Hahahhahahha

Leon menatap aneh Andrea yang baru saja tertawa saat menerima pukulannya. Sial sepertinya dia memiliki sepupu yang sudah gila.

Drrrt drrt drrt

Bunyi handphone dari saku Leon membuat tawa Andrea terhenti seketika. Leon langsung mengangkat telfon itu saat melihat nama ayahnya yang tertera disana.

"Hello Dad? What happened?", Tanyanya.

.......

"Really?, Daddy tidak berbohongkan?". Tanyanya memastikan.

......

"A aku, aku akan segera kesana!", Ucapnya dan langsung berlari keluar meninggalkan Andrea yang kebingungan.

"Woy bangsat! Jangan ninggalin gue anjing!", Teriaknya setelah sadar dari acara bingungnya.






(⁠✿⁠^⁠‿⁠^⁠)






"Uhhhh~ tangannya disuntik-suntik Ian ndak suka ini". Rengekan yang selama ini mereka rindukan kini kembali mereka dengar.

Rengekan yang selama dua bulan tak mereka dengar kini telah kembali, apalagi saat melihat mata indah yang selama ini tertutup telah kembali terbuka membuat perasaan bahagia mereka semakin membuncah.

Felix sangat senang saat ia mendapatkan kabar dari Diana bahwa permatanya telah bangun dari tidurnya. Ia bahkan langsung melesat ke rumah sakit meninggalkan rapat penting perusahaan yang seharusnya dilakukan setahun sekali itu, hingga membuat sang sekretaris hampir dikena serangan jantung.

Saat Felix Sampai kerumah sakit, ia langsung disambut dengan tawa riang yang berasal dari permatanya.

'Daddy! Daddy kyaaa~ Ian kangen sekali~ hahaha'.

Saat itu Felix hampir saja pingsan saking bahagianya saat mendengar sambutan yang dilakuakan oleh putranya itu, tapi setelah dipikir kembali...akan sangat tidak etis jika seorang ketua mafia pingsan iya kan?.

Jadi, dengan semangat enam sembilan Felix langsung membawa tubuh kecil itu dalam pelukan hangatnya dan membubuhi wajah yang sedikit kehilangan muatan nya itu dengan kecupan bertubi-tubi.

"Daddy buka ini boleh? Satu saja~ yah?", Felix menatap wajah bulat itu lembut dan menggeleng.

"Uhh~ kenapa ndak boleh?", Tanyanya dengan nada sedih, bahkan bibir mungil itu sudah mencebik.

"No~, baby masih membutuhkan ini", jawabnya.

"Eihhh anak mommy tidak boleh bersedih". Diana datang dengan membawa nampan berisi bubur dan sebotol air hangat beserta botol susu Ardian.

Dia duduk disebelah suaminya dan mengecup singkat kening sempit Ardian

"Kesayangan mommy dan Daddy harus makan sekarang agar cepat sehat dan infusnya bisa dilepas", ucapnya sembari tersenyum.

"Eumh tapi nanti dilepas kan?", Tanyanya lagi memastikan dan dibalas anggukan oleh Mommy dan Daddy nya.

Setelah itu,Ian memakan buburnya dengan nikmat. Rasa bubur yang dibawa oleh Diana tidak terlalu buruk Ian menyukainya.

BRAK!!!

"Astaga!!"























T

B

C
















Kamu nanya?

Become Baby Boy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang