Chapter XCIV (Mark's Hidden Memory No. 4)

Start from the beginning
                                        

"Apa-apaan semua ini?!"

***

Segalanya menjadi sangat jelas bagi Mark sekarang.

Sejelas manik obsidian Mark yang terlihat sendu, saat mengintip siluet Haechan yang tampak berkutat begitu serius pada lembaran kertas di atas meja, dari balik jendela balkon dengan pintu kaca yang tak tertutup begitu rapat.

Ya.

Masih dalam identitasnya sebagai Azure, Mark kini telah mengetahui segalanya.

Segala kenyataan bila pada akhirnya Haechan mengetahui tentang kondisi keluarganya; Keluarga Jung, yang selama ini tak seindah kelihatannya.

Iya.

Kini Haechan mengetahui bila Mark bukanlah satu-satunya calon pewaris Keluarga Jung.

Kini Haechan mengetahui bila Sungchan adalah adik Mark—selain Jeno yang kerahasiaannya masih terjaga rapat—bahkan turut menolongnya dari niat buruk SSIA.

Kini Haechan mengetahui tentang Project X; sebuah kebiadaban yang mati-matian Mark perjuangkan untuk dimusnahkan.

Setidaknya semua itu yang telah diceritakan oleh Jungwoo maupun Lucas beberapa jam yang lalu, termasuk rencana jangka pendek Haechan yang tetap ingin melakoni sandiwara penyekapan ini, demi membawa keadilan yang selama 10 tahun belakangan Mark perjuangkan mati-matian dalam keterdiamannya untuk tidak mengambil tindakan apapun.

Iya.

Saat ini Mark sedang tersenyum.

Senyum yang sangat tipis, sebagai luapan dari rasa terima kasihnya akan kepedulian sang tunangan terhadap hidupnya, maupun rasa bersalah yang bertubi-tubi menghujam jantungnya saat ini, lantaran sempat tidak mengakui perasaan cintanya kepada Haechan selama 7 tahun penuh.

Tentu saja.

Bagaimana tidak?

Bukankah Mark sangat keterlaluan?

Bagaimana bisa Mark meragukan seluruh dirinya untuk mempercayai Haechan sejak awal, di saat tunangannya itu selalu bersikap tulus kepadanya, bahkan turut mempertaruhkan nyawa seperti saat ini demi kebahagiaan Mark semata?

Mark malu, sekaligus merasa dirinya sangat pecundang sekarang.

Sepecundang sikapnya saat ini, karena hanya bisa memandangi sosok gigih Haechan dalam usahanya untuk memberikan keadilan pada dirinya dari balik bayang kegelapan malam, yang pada akhirnya menghantarkan Haechan untuk jatuh terlelap dengan sebagian tubuh atasnya yang tertumpu pada meja di hadapannya.

Pulas sekali.

Sampai Mark memiliki keberanian untuk menyelinap masuk, semata-mata demi berlutut di samping sang tunangan diiringi sebuah senyum sendu.

"Hyuckie..."

Mark berbisik sangat pelan seraya mengelus surai Haechan begitu lembut.

"...nakal sekali sih?"

Tak hanya itu, bahkan jari telunjuk Mark kini telah beralih untuk menusuk-nusuk ringan pipi sang tunangan.

"Kau benar-benar membuatku sangat khawatir, tahu?" ungkap Mark lagi, "Bahkan gara-gara itu, aku nyaris membunuh Leo."

Mark lantas terkekeh.

"Tapi tentu saja, semua ini tetap salahku."

Secara perlahan Mark berdiri dari berlututnya.

"Bagaimana bisa aku meremehkanmu, dengan melupakan kalau kau adalah Crimson yang liar satu itu?"

Secara perlahan pula Mark mulai meraih tubuh Haechan, demi memposisikan sang tunangan agar tetap nyaman di gendongannya secara bridal seperti saat ini.

ReverseWhere stories live. Discover now