"Emang dari awal dia udah milih buat pergi, bukan menetap selamanya. Karena pada hakikatnya, manusia itu hanya bersifat sementara." Ucapannya begitu jelas terekam di benak Clarissa Agatta Smith.
Sebuah notifikasi pengingat otomatis muncul di beranda ponselnya, "Nah, kan galau mulu. Lo sih kebaperan! Berharap! Padahal dia ga ngasih harapan ke elo. Emangnya lo tau dia loveback elo?! Ga, kan?! Ingat! Masa depan Lo tuh masih panjang Clarissa!"
"No! No! Gue gakuat masang notif beginian mulu! Lama kelamaan bisa mati rohani gue! Udahlah Sa, jangan baperan!" Omelnya pada diri sendiri.
Boro-boro ngilangin baper, dikit dipanggil 'adek' aja langsung salbrut!
"Clarissa!!" Seru seorang gadis sebayanya dari luar kamar Clarissa--Nastya Abella, gadis berperawakan mirip dengan Clarissa, hanya beda-beda tipis.
Abel segera duduk di pinggir tempat tidur Clarissa, memandangi temannya yang tengah gundah gulana tersebut dan mengambil ponselnya, menyimpannya di dalam laci meja belajar, kemudian balik menghadap Clarissa yang masih saja terjebak dalam perasaannya.
"Lo lagi ada problem apa sih, Sa? Lo masih mikirin dia?" Tanya Abel, yang ditanyai hanya manggut-manggut dengan wajah kusutnya.
"Apa Yang bikin lo tertarik buat deketin dia?" Kini Abel mulai menginterogasi Clarissa dengan tatapan seriusnya.
"Dia itu baik banget lho, Bel." Jawab Clarissa sembari memainkan jari-jarinya.
"Selain itu?" Tanya Abel lagi.
"Gantengnya, bad-nya, semuanya lah. Kalo gue tanya, kenapa lo suka sama Kala?" Clarissa balik menanyai Abel.
Abel terdiam tak berkutik dan hanya menggaruk belakang tengkuknya di sertai cengiran.
"Sama kan. Suka itu datangnya tiba-tiba, bahkan tanpa alasan sekalipun." Ucap Clarissa.
Abel hanya mencermati setiap ucapan yang dilontarkan oleh Clarissa.
"Gue kan, Bel. Udah berkali-kali suka sama cowo yang berbeda-beda. Sekalinya suka, gue langsung nge-stalk. Ujung-ujungnya gue juga yang sakit, bertepuk sebelah tangan." Clarissa mengulas senyum, "makanya, buat sekarang ini gue berharap ga bertepuk sebelah tangan lagi. Gue udah capek, Bel. Bangkit, jatuh lagi. Kenapa di hidup itu ada kata 'cinta'? Bahkan ga bikin gue jera ampek sekarang yang dimana gue pengen banget deket sama Geo. Cowo incaran gue selama ini."
Abel menatap kedua bola mata coklat Clarissa, terdapat banyak cerita yang tersembunyi dibalik dirinya, ia pun mengangguk.
Clarissa melanjutkan ucapannya, "Tapi di lain sisi... Gue juga pengen nyerah. Gue ngerasa ga pantes buat ngejar dia duluan. Udah berkali-kali gue sakit gara-gara cinta. Gue murahan banget." Clarissa berhenti sejenak lalu melanjutkan ucapannya kembali, "yang bikin gue makin ga mundur buat ngejar dia, ya... Kayak jawaban gue barusan. Serasa di sana tuh kayak ada celah buat gue masuk."
"Lo jangan berharap penuh sama Geo, Sa..." Ucap Abel.
"Susah buat move on, Bel. Berkali-kali gue nyoba buat move on dari dia, but still terngiang-ngiang." Sela Clarissa.
"Sebenernya lo tuh udah disadarin sama lingkungan, tapi kenapa lo masih juga bertahan?"
"Iya. Tapi..."
"Tapi apa? Diyi biyik... Serah lo aja deh. Semua keputusan itu ada di tangan lo kok." Pasrah Abel, gadis itu tak tau lagi cara untuk menasehati sang temannya ini.
"Gimana sih Bel. Gue sama dia itu udah lama deket, sering ketemuan lagi. Dia tau ga sih kalo gue itu suka banget sama dia? Gue capek digantungin terus. Masa kalo dia tau gue suka tapi malah di diemin."
Abel balik bertanya, "Emang lo tau kalo Alvino suka sama lo udah dari dulu?"
Seketika darah yang mengalir di tubuh Clarissa mulai menghangat bahkan mendebarkan jantung gadis tersebut.
"Kami sebatas sahabatan, Bel. Ga lebih. Gue gamau persahabatan kami hancur cuma gara-gara-"
Abel langsung menyela ucapan Clarissa, "hancur cuma karena dari sahabatan berubah menjadi cinta? Sebelumnya maaf, ya Sa. Bukan gue mau berpihak sama Alvino, tapi... Lo paham ga sih posisinya Alvino?"
JLEB!
"Setiap lo suka sama seseorang, lo pasti curhat sama dia. Cari solusi, lo ngadu, lo nangis juga, karena lo sakit hati. Dan Alvino? Pernah ga sih dia curhat tentang orang yang dia suka ke lo? Nih, bayangin aja ya, Sa. Lo punya crush yang selalu curhatin semua tentang orang yang dia suka ke elo. Always tell with you, but you still love him. Sebegitu sayangnya Alvino sama lo, Sa."
Begitu panjang penjelasan dari Nastya Abella yang mampu membuat Clarissa termangu dalam diamnya.
﹆•:◦✩◦:•﹆
♡ㅤ ❍ㅤ ⎙ㅤ ⌲
ˡⁱᵏᵉ ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ ˢᵃᵛᵉ ˢʰᵃʳᵉ
﹆﹆ Moga sukaaa ﹆﹆
YOU ARE READING
I Know I'm Not The Only One
Teen FictionDi tengah malam yang hening dengan hembusan angin sepoi-sepoi di balkon kamar, Alvino menyanyikan sebuah lagu yang akhir-akhir ini sering ia dengarkan. 𝘠𝘰𝘶 𝘴𝘢𝘺 𝘐'𝘮 𝘤𝘳𝘢𝘻𝘺 '𝘊𝘢𝘶𝘴𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘥𝘰𝘯'𝘵 𝘵𝘩𝘪𝘯𝘬 𝘐 𝘬𝘯𝘰𝘸 𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘺...
