Bab 49

8.7K 1.5K 146
                                    

"Chef Raymond, wait, please. Tunggu!" 

Langkah Raymond terhenti saat Nuri yang berlari sambil setengah menyeret Kinan, memanggil namanya. Mereka baru saja menyelesaikan kelas baking terakhir hari ini. 

"Ya, Nuri. Ada apa?" tanya Raymond sedikit cemas. "Apa kamu sakit? Atau Kinan yang sakit?"

"Itu, Chef. Anu… mau minta bocoran," sahut Nuri

"Bocoran?"

"Iya, Chef. Apa nggak bisa spill sedikit gitu? Besok materi lombanya seperti apa?"

Raymond menggeleng-gelengkan kepala, tetapi tetap tersenyum menawan. "Jadi, Nuri, kamu menyeret-nyeret Kinan hanya untuk ini? Tomorrow I will be one of the judges and you ask me to cheat?"

"Hehehe," Nuri tertawa garing sambil menggaruk tengkuknya. "Namanya juga usaha, Chef. Siapa tahu Chef khilaf."

Cooking competition yang akan diadakan besok memang tidak memberikan clue tentang olahan apa yang harus dimasak oleh peserta. Yang jelas pertandingan besok akan berat karena akan memakan waktu seharian. Raymond pernah berkata bahwa profesi chef memang diperuntukkan bagi mereka yang kuat secara fisik. Bekerja di restoran yang ramai di depan kompor panas membutuhkan tubuh yang kuat dan cekatan, tidak gampang ambruk.

Kinan menyikut pelan perut Nuri. "Khilaf. Kamu pikir Chef Raymond cowok yang kepergok selingkuh."

Perkataan itu dimaksudkan sebagai bisikan tetapi sepertinya Kinan mengucapkannya sedikit terlalu keras, sehingga terdengar oleh Raymond. Pria itu tertawa lalu berdeham untuk menghentikan tawa. "Apa itu yang terjadi pada pacarmu? Apa dia selingkuh?" tanya Raymond.

Mata Kinan sedikit membelalak. Pertanyaan Raymond begitu tak terduga. Aneh saja mendengar pertanyaan sekelas kekepoan ciwi-ciwi bisa terlontar dari lisan Raymond. "Enggak kok, Chef. Dia nggak selingkuh."

"Tapi kalian sudah putus kan?" Raymond berdeham lagi. "I mean, sudah lama saya nggak melihat dia menjemputmu. Jadi saya berasumsi kalau hubungan kalian sedang tidak baik. Correct me if I'm wrong."

"Kinan mah udah single lagi, Chef. Dia sekarang pacarannya sama mixer dan oven," sela Nuri dengan nada bergurau. "Jadi, tips buat besok apa, Chef?"

"Tidur nyenyak malam ini," jawab Raymond lugas.

"Udah itu doang, Chef?" kejar Nuri lagi.

"Tidur itu tips terpenting. Kalau malam ini kalian tidak tidur nyenyak, besok kalian akan mengantuk dan lesu. Mana mungkin menang."

"Iya juga, ya." Nuri terkikik. Gadis itu menjulurkan leher dan melihat ke arah pelataran parkir. "Eh, aku cabut duluan, Kin. Udah dijemput. Mari, Chef."

Nuri melambaikan tangan pada Kinan dan Raymond. Kinan membalasnya dan memandang kepergian Nuri sambil tersenyum. 

"Kamu mau pulang, Kin? Ayo, saya antar."

"Nggak perlu, Chef. Saya dijemput saudara."

Raymond mengangkat alisnya, bertanya tanpa suara.

"Keponakan saya minta ditemani lepas balut di rumah sakit. Chef ingat kan, waktu saya beli chocolate cake di bakery-nya Chef Kana untuk keponakan saya," ujar Kinan menjelaskan.

"Ya, ya, I remember." Raymond mengangguk. "Keponakanmu sakit apa ya, waktu itu?"

"Dia jatuh, Chef. Lalu tulang bahunya retak. Sekarang sudah saatnya buka balut. Nanti dia dan ayahnya akan jemput saya, lalu kami langsung ke rumah sakit."

Cinta Tak TergantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang