Bab 16

14.3K 1.7K 61
                                    

Yudistira mematung seperti orang bodoh ketika mendapati Kinan berada di dapur. Lama Yudis bergeming di tempat, mengamati Kinan bergerak cekatan di depan meja konter, lalu bergeser ke depan kompor. Mengocok telur, mengiris bawang bombay, menggoreng sosis, lalu ganti menggoreng telur. Butuh beberapa detik bagi Yudis untuk menyadari bahwa Kinan sedang menyiapkan sarapan.

Yudis berdeham canggung untuk memberitahu kehadirannya. Astaga, mengapa ia harus gugup tidak jelas begini? Ini rumahnya dan tidak ada alasan untuk terintimidasi oleh wanita muda yang sudah ia kenal hampir seumur hidupnya.

Kinan menoleh dan memberi senyum selamat pagi. "Maaf aku lancang, Mas. Kinan lapar, jadi sekalian aja siapin sarapan."

Yudis meletakkan tas kerja di salah satu kursi makan. "Apa ada bahan makanan? Aku nggak pernah masak. Paling-paling cuma ada telur dan mi instan. Bumbu masak m pun aku nggak punya." Jangan harap bisa menemukan terasi, kemiri, ketumbar, jintan, apalagi kayu manis di dapur ini. Yudis lebih percaya pada bumbu instan siap pakai daripada kemampuan memasaknya. Jadi ia agak bingung memikirkan dari mana asal bawang bombay yang diiris Kinan. Mungkin Ratih yang membelinya.

"Ada sosis di freezer dan ada bawang bombay. Kinan lihat ada roti tawar. Kinan mau bikin sandwich telur dadar. Mas Yudis mau? Atau mau telur rebus aja?"

Sandwich tentu mengandung lebih banyak kalori daripada dua butir telur rebus yang biasa Yudis konsumsi setiap pagi. Namun, sandwich pasti lebih enak. "Sandwich juga boleh."

Yudis membuka lemari kitchen set bagian atas dan mengeluarkan kopi hitam sachet, lalu menyeduhnya dengan air panas. "Kamu mau kopi?" tawarnya pada Kinan seraya menambahkan sedikit gula jagung. Dua tahun yang lalu, Rahayu diketahui mengidap diabetes dan Yudis segera mengganti gula pasir dengan gula jangung. Untuk berjaga-jaga karena konon penyakit diabetes bisa menurun.

"Nggak usah, Mas. Nola biasanya sarapan apa?"

"Nola biasa makan sereal Koko Krunch. Nanti setelah Ratih datang, biasanya dia makan lagi, beli lewat aplikasi, atau beli di warung tetangga. Atau nyemil roti. Biasanya ada tukang roti keliling."

Ah, pantas saja anak itu kegirangan ketika dimasakkan sesuatu, pikir Kinan sendu. Kehidupan Yudis dan putrinya, entah mengapa, terlihat menyedihkan dalam kacamata Kinan.

"Kamu ke RCA jam berapa?"

"Pagi, Mas. Nanti aku naik Gojek. Hari ini cuma registrasi ulang dan perkenalan saja."

Yudis mengangguk. Ia lalu duduk di kursi makan bersamaan dengan pintu kamar Nola terbuka. Putrinya keluar dari kamar, baru saja bangun tidur, masih mengucek-ucek matanya. Hidung anak itu secara refleks mengendus aroma makanan dari dapur.

"Hmmm... baunya enak. Tante masak apa?" tanya anak itu saat menghidu aroma bawang bombay ditumis.

"Sandwich. Nola mau?"

"Sandwich itu apa?"

"Roti tawar dioles margarin, lalu dimasak sebentar di atas teflon. Terus, diisi telur dan sosis, dikasih saus tomat atau saus sambal," terang Kinan sembari menata telur dadar dan tumisan bawang bombay pada roti tawar yang sudah dioles saus. "Sebenarnya lebih enak kalau ditambahin sayuran, seperti selada, mentimun, dan tomat. Tapi di kulkas lagi nggak ada sayuran."

"Aku mau, Tante. Tapi punyaku jangan pedes ya." Nola lalu melesat ke kamar mandi untuk pipis dan cuci tangan.

Kinan meletakkan sandwich bagian Yudis di hadapan pria itu, lalu kembali ke meja konter untuk menyiapkan bagian Nola.

Yudis memotong sandwich-nya dan menyuapkan ke mulut. Enak, dan Kinan benar. Makanan ini akan lebih nikmat jika dilengkapi dengan isian sayuran.  Seketika Yudis pun teringat rencana Kinan dan Nola untuk membuat pancake. Segera ia meraih dompet di saku celana dan mengeluarkan sejumlah uang.

Cinta Tak TergantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang