Bab 20

14.2K 1.8K 62
                                    

"Mbak Kinan, barusan Pak Yudis telepon. Katanya, hari ini Bapak pulang malam, mau lembur."

Ratih, pengasuh Nola, berkata pada Kinan yang sedang menyiapkan makan malam. Karena Nola terus merengek, akhirnya Yudis membiarkan Kinan menyiapkan makanan untuk mereka setiap harinya dan menu malam ini adalah ayam kecap dengan brokoli.

"Oh, gitu." Kinan mengangguk, artinya ia hanya akan makan malam berdua dengan Nola.

"Saya boleh pulang, nggak?" tanya Ratih. "Kerjaan sudah selesai sih. Setrikaan udah beres," katanya lagi. Ratih biasanya pulang begitu Yudis tiba di rumah. Yudis jarang lembur, tapi jika terpaksa harus lembur, Yudis akan memberi uang lebih pada Ratih sebagai ongkos lelah karena harus menemani Nola lebih lama.  Tapi sekarang ada Kinan di rumah Yudistira, Ratih tidak wajib tinggal sampai sang majikan pulang.

"Pulang juga nggak apa-apa, Mbak. Biar Nola sama saya," jawab Kinan.

Ratih lalu beberes dan pamit. Kinan membungkus sedikit ayam kecap buatannya dengan seporsi nasi hangat untuk dibawa pulang oleh Ratih. Setelah itu, ia mengajak Nola makan.

"Papa pulang jam berapa, Tante?" tanya anak itu sambil menikmati makanannya.

"Tante kurang tahu, Sayang. Tadi Papa telepon Mbak Ratih, bukan Tante. Kenapa sih? Nola udah kangen sama Papa ya?"

"Tapi sejak ada Tante Kinan, aku seneng banget. Nggak sepi lagi di rumah. Biasanya Papa pulang tu udah capek. Terus, pas bacain cerita sebelum tidur buat aku, Papa sering ketiduran."

"Nola pijitin Papa dong kalau Papa capek."

"Nola nggak bisa mijit. Nanti Tante aja yang pijitin Papa ya?"

Wajah Kinan kontan memerah, begitu mendengar ucapan Nola. Untung saja Nola tidak paham alasan mengapa Kinan tersipu malu. Mana boleh Kinan memijit Yudis. Bisa-bisa Yudis kebakaran jenggot. 

"Lho, brokolinya kok nggak dimakan?" Kinan menunjuk dengan sendok pada potongan brokoli yang disisihkan Nola ke tepi piring.

"Aku kan nggak suka sayuran, Tante," sahut Nola enteng.

Kinan baru ingat, kemarin Nola juga tidak menyantap wortel dan kentang saat dimasakkan sup daging. Anak-anak memang sering tidak menyukai sayuran, tetapi Kinan ingin agar Nola makan sayuran. Bagaimanapun juga, sayuran merupakan sumber vitamin yang penting. Lebih baik mendapatkan vitamin dari sumber alami daripada dari suplemen yang dibeli di apotek. Kinan pun memutar otak.

"Hmmm... Habis makan, Nola mau main dandan-dandanan sama Tante, nggak?"

"Main dandan-dandanan itu gimana, Tante?"

"Wajah Nola didandanin, pakai bedak, lipstik."

"Mau, Tante. Nanti aku jadi cantik kayak princess ya?"

"Yup. Tapi syaratnya, harus makan brokoli sampai habis."

Semangat Nola sedikit menurun. "Satu aja ya, Tante?" Ia mencoba menawar.

"Nggak bisa. Harus dihabisin semua yang ada di piring Nola."

Nola menunduk dan menghitung potongan brokoli yang ada di piringnya. Ada lima.

"Rasanya enak, Sayang. Kan Tante Kinan yang masak," bujuk Kinan. "Ayo, dimakan."

Nola menusuk brokoli dengan garpu lalu membawanya ke depan mulut. Pelan-pelan mulut kecilnya membuka dan brokoli itu pun masuk. Kinan memperhatikan Nola mengunyah kemudian menelan. Terus begitu sampai semua brokoli di piring tandas.

"Nah, pintar. Gitu dong, sayuran itu harus dimakan, Sayang." Kinan tersenyum puas.

Nola nyengir. Ia harus mengakui rasa brokoli tidak terlalu buruk.

Cinta Tak TergantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang