Chapter 49

1.3K 130 26
                                    

Tidak mungkin, tidak mungkin Zio sebodoh itu dibodohi, ingin rasanya Bagas tertawa terbahak-bahak, typing mama Dira tidak seperti itu, bahkan bahasanya tidak sealay itu, "percaya kan, mama Lo itu memilih gue!" Bagas mencengkram kedua tangan adiknya, "Mama!" Candra menangis di ikuti Aita, "Setelah ini kalian tidak akan pernah bertemu dengan mama kalian." Zio mencemooh, merasa dirinya berada diatas angin.

"Hola Zio!" Sapaan seseorang itu membuat tubuh Zio kaku, Bagas memiringkan kepalanya, seorang pria bertubuh jangkung berdiri di ambang pintu, perutnya yang buncit membuat jas yang dipakainya terlihat sesak, tangan kanannya membawa sebuah tongkat berwarna emas mengkilap.

"El Ramo--" kali ini Bagas ingin tertawa, tadinya Zio berapi-api kali ini seperti anak kecil yang ketahuan mencuri.

"Apa kabar? Kenapa ada anak-anak kecil di sini?" Bagas menduga pria yang bernama El Ramo bukan dari Indonesia.

"Kenapa juga mereka terikat? Saya tidak ada meminta kamu menyiapkan anak-anak dibawa umur! Lepaskan mereka!" Bukan hanya Zio yang ketakutan, Bagas juga merasakan itu, aura pria tua itu sangat berbeda, bahkan dari jauh sudah terlihat aura kekejamannya.

"Tapi El Ramo," cicit Zio, "Tidak ada tapi-tapian! Bawa mereka keluar!" El Ramo pergi dari gubuk, membuat Zio menggeram, matanya melotot menatap Bagas, "setelah urusanku dan El Ramo selesai, kalian akan habis di tanganku!"

"Toto bebaskan mereka!" Ucap Zio lalu pergi keluar. "Om kenal dengan bapak tua tadi?" Toto menggelengkan kepala, "Toto aja mereka keluar!" Teriakan Zio terdengar, Toto membantu melepaskan ikatan ketiga anak remaja itu.

"Udah, kalian ikut om aja." Ketiga menganggukan kepala, mengikuti langkah Toto keluar. Aita menarik lengan Bagas, menyembunyikan tubuhnya di balik bahu adiknya itu.

"Papa--" gumam Candra, sesaat setelah melihat bayangan seseorang di balik pohon di sebelah kanannya.

"Lo lihat juga Gas?" Tanyanya, Bagas mengangguk singkat, "jangan keras-keras." Candra menganggukan kepalanya, jadi inilah rencana Uncle Lary.

"Zio, kemarilah." Bagas mengintip dari balik punggung Toto, Zio digiring El Ramo untuk berdiri di atas jebakan yang mereka buat. "Tunggu dulu," seruan El Ramo, membuat trio ABC berdecak, padahal sedikit lagi Zio bakalan terjatuh.

"Padahal sedikit lagi," ucap Toto, Yanto dan Septo berjalan ke arah mereka. "Pengawal bapak itu bikin gue takut, mereka bawa senjata Laras panjang," ucap Yanto, Bagas dan Candra terkikik, "Yaelah om, gitu aja takut," seru Aita, ia masih bersembunyi dibalik punggung Bagas.

"Takutlah, gue belum nikah tapi mati duluan, nanti pacar gue jadi janda." ABC tertawa,hal itu membuat Zio menatap ke arah mereka.

"Zio, fokus dengan saya! Keluarkan semua senjata kamu!" Teriak El Ramo, membuat ABC terdiam, Yanto malah mundur kebelakang Septo.

"Saya tidak ada membawa senjata apapun," jawab Zio dengan yakin, namun wajahnya yang memerah malah membuat El Ramo tertawa, "Jangan bohongi saya, atau adikmu akan menerima sasarannya." Zio menggeram, lalu mengeluarkan belati dan pistol Revolver dari balik punggung.

"Hanya itu saja?" El Ramo bertanya lagi, Zio mengangguk pasti, El Ramo tersenyum, " Desert Eagle?" El Ramo menyebutkan salah satu senjata api yang pernah ia hadiahkan ke Zio,Desert Eagle ini memiliki kemampuan daya tembak yang luar biasa. Dimana jika pistol pada umumnya hanya bisa menembus sasaran, namun berbeda dengan pistol ini.

Desert Eagle mampu menembus target sekaligus membuat target hancur seketika.

"Senjata api itu aku titipkan ke Tio," kata Zio, El Ramo tertawa, "Lucas, periksa dia!" Pria yang bernama Lucas menghampiri Zio, awalnya Zio memberontak, dengan sigap Lucas melumpuhkan Zio, Bagas takjub dengan kesigapan Lucas.

Florist ABC Where stories live. Discover now