Chapter XCII (Mark's Hidden Memory No. 2)

Start from the beginning
                                        

Meski demikian, Ten yang tidak mau terlalu cepat mengambil kesimpulan dalam analisanya pun akhirnya kembali berkata.

"Karena itu kau sengaja menyembunyikan kemampuanmu?" tanya Ten, "Untuk semua ini?"

"Aku belajar darimu, Tuan Shadow," balas Mark, "Semakin banyak orang mempercayai betapa tidak bergunanya kita, semakin besar kemungkinan kita untuk mengelabuhi mereka," lanjutnya sambil menyusun kembali dokumen yang berserakan di atas meja, "Dengan begitu, kita bisa memanfaatkan kelengahan itu untuk melumpuhkan mereka semua..."

Mark lantas tersenyum miring.

"...tanpa jejak, dan tanpa drama tidak penting lainnya."

Sial.

Sial.

Sial.

Pada akhirnya Ten tidak mampu menahan tawanya yang begitu meledak mengisi ruang kerjanya, di saat usahanya untuk tidak terlalu cepat menyimpulkan tentang kejanggalan yang Ia temukan di diri Mark, justru gagal di detik berikutnya berkat seluruh perkataan yang baru saja tertangkap di telinganya itu.

Sial.

Tidak salah lagi.

Semua perilaku dari bocah di hadapannya ini terlalu nyata untuk mendesak Ten segera mengungkap hasil dari analisanya barusan.

"Apa ini?" kata Ten diiringi seringai kecil, "Alter Ego*?"

Iya.

Alter Ego.

Sebuah kasus dimana seseorang memiliki beberapa identitas di dalam dirinya, yang mana setiap identitas tersebut juga memiliki karakter yang berbeda.

Sebuah praduga yang secara mulus terlontar dari mulut Ten, hingga Mark tidak sanggup menahan kekehannya.

"Aku tahu Tuan Shadow memang orang yang paling pantas untuk menjadi guruku."

Ten lantas terbahak.

"Jadi," ucap Ten setelahnya, "Siapa yang ada di hadapanku sekarang?" lanjutnya, "Tentunya bukan Minhyung yang sedang berpura-pura kejam, bukan?"

Mark terkekeh.

"Identitas asliku? Mark? Atau Mark Jung?" balas Mark dengan nada main-main, "Yang jelas Identitas Minhyung dalam diriku tidak mungkin membobol rumah orang lain seperti ini," lanjutnya sambil memasukan kembali dokumen miliknya ke dalam map, "Minhyung terlalu manis dan lembut untuk semua itu."

"Sial," umpat Ten lagi tanpa menghentikan tawanya, "Apakah itu berarti kau sengaja menargetkanku sebagai gurumu, karena tahu kalau kita 'sama'?"

"Mungkin?" balas Mark setelahnya, "Aku dulu sempat berpikir aku gila karena memiliki kepribadian ganda*, tapi sepertinya bukan itu masalahnya," lanjutnya menjelaskan, "Aku hanya perlu berguru pada psikopat yang sangat jenius dalam mengendalikan semua Alter Ego-nya."

Mark lantas menyeringai kecil.

"Bukan begitu, Master?"

Untuk kesekian kalinya Ten tak mampu menahan kekehannya.

"Sial," umpat Ten setelahnya, "Aku tidak mengerti, apakah pilihan Jaehyun untuk menjadikanmu sebagai pewarisnya adalah keputusan yang benar, atau sangat salah?"

Sambil menempelkan punggungnya ke sandaran sofa yang Ia duduki, Mark menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Yang manapun, aku akan memanfaatkannya untuk menghukum perilaku biadab Dad kepada Appa selama ini," ucap Mark dengan ekspresi datar, "Dan mungkin juga membalaskan ketidakadilan yang Jeno dan Sungchan alami?"

ReverseWhere stories live. Discover now