"..."
"Bagaimana bisa dia tidak menyadari kalau putra semata wayangnya bahkan mampu melebihi ekspekta—"
"Putra pertama."
Ten mengernyitkan keningnya seketika.
Sebuah reaksi, yang membuat sesosok bocah yang ternyata adalah Mark tersebut untuk meraih sebuah map yang sengaja dia sembunyikan di balik jaket tebalnya, sebelum meletakannya dengan pelan di atas meja yang menjadi pembatas antara dirinya dan Ten.
"Tuan Shadow."
Secara seksama Ten memandang pada Mark dan map tersebut secara bergantian.
"Aku punya alasan kuat mengapa aku harus memaksamu untuk menjadikanku sebagai muridmu."
Ten paham.
Sosok Mark yang ada di hadapannya sekarang, adalah sisi lain dari Minhyung yang tidak pernah Ia perlihatkan sebelumnya, sepanjang menghabiskan waktu bersama Haechan selama tiga tahun belakangan, dimulai sejak pertemuan mereka untuk kedua kalinya di bangku sekolah dasar.
Oleh sebab itu, Ten segera meraih map tersebut dan membukanya dengan gerakan begitu tergesa, hanya untuk berusaha sekuat tenaga agar tidak meremasnya penuh emosi, ketika maniknya telah berhasil menangkap seluruh informasi yang tercetak ke dalam lembaran dokumen tersebut.
Meski demikian, semua itu tetap saja tidak mampu menahan Ten untuk membantingnya ke meja dengan begitu kuat, diiringi dengan tangkupan kedua telapak tangannya pada wajahnya sendiri penuh dengan sirat frustasi.
"Sial."
"..."
"Ternyata kegilaan ayahmu yang bodoh itu sama sekali tidak berubah."
"..."
"Brengsek!"
Ten sontak berdiri sambil meraup napas sebanyak yang Ia bisa.
"Bisa-bisanya Alpha sialan itu—"
Ten lantas menundukkan kepalanya dalam; menghempas napas lelah.
"...pada Taeyongie."
"..."
"Sialan."
Ten lantas mendudukan dirinya kembali di sofa seraya membalas tatapan Mark yang masih memandanginya dalam diam.
"Minhyung, sejak kapan kau mengetahui semua ini?"
"Lima tahun lalu, sejak aku berumur enam tahun."
Lagi-lagi Ten mengusak wajahnya frustasi.
"Dan selama lima tahun itu kau memilih bungkam?" tanya Ten kemudian.
"Tuan Shadow, apa perlu aku menjawab pertanyaan retorik semacam itu?" balas Mark.
Sebuah balasan, yang sebenarnya juga dipahami oleh Ten, meski pada akhirnya Mark memperjelas semua itu.
"Tidak akan ada yang mau mendengarkan perkataan seorang anak kecil sepertiku tentang kebiadaban Dad," ucap Mark, "Apalagi mempercayainya, bukan?"
"..."
"Lagipula meremehkan perkataan anak kecil memang penyakit orang dewasa yang tidak bisa disembuhkan, dan berusaha mengubahnya hanya membuang-buang waktuku."
"..."
"Aku bahkan sangsi Tuan Shadow akan mempercayaiku begitu saja tanpa bukti yang telah aku kumpulkan selama lima tahun ini."
Ten akui Ia merasa tertegun dengan perkataan bocah di hadapannya tersebut. Bahkan di benaknya mulai menerka-nerka seluruh kejanggalan dari diri Mark yang ada di hadapannya saat ini, lantaran menunjukan perbedaan sifat yang begitu ekstrim dari Minhyung yang selama ini Ten kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reverse
Fanfiction"Bisakah kau berhenti membuatku semakin jatuh padamu?" "Tidak akan. Bahkan semesta telah menuntunmu agar terjatuh padaku. Untuk apa aku melawan takdir?" *** Berawal dari kesalahpahaman "panas" yang tidak sengaja tercipta di salah satu ranjang ruang...
Chapter XCII (Mark's Hidden Memory No. 2)
Mulai dari awal
