Prolog

175 11 0
                                        

Tahun ke empat puluh kepemimpinan Yi Gong (King Gujong)

....

Langit benar-benar kelam, angin berebut mencabik awan tiada henti, pepohonan nyaris tidak bisa berpegang pada bumi. Alam Joseon benar-benar kacau, irama mistis dari bunyi alat musik di puncak Bukhasan tergantikan derap langkah dan teriakan memilukan dari para anggota perkumpulan Seol Dami-Shaman kepercayaan sang putra mahkota Joseon.

Darah berceceran memeluk jasad yang telah kehilangan nyawanya dan tanpa bersalah para komplotan tentara bayaran itu menginjaknya, menendang dan memindai satu persatu seakan tidak ada harganya, sepertinya mereka mencari seseorang.

"TIDAK ADA DI SINI!!" ucap pria itu kencang dan  ....

"DI SANA!" Jawaban salah seorang dari mereka yang menarik seluruh atensi dan membuat mereka kembali berlarian teratur memecah kabut malam yang setia turun walau badai tidak berhenti.

Seol Dami, dia berlari sekuat tenaga dengan tangan berdarah akibat luka sobek dari anak panah yang masih menempel di sana. Matanya kesulitan untuk berlari di hari yang kian gelap. Sebenarnya ini belum malam, tapi badai dan guntur sukses berkolaborasi dengan kabut menutup matahari dan membuat bumi lebih menakutkan daripada malam hari.

"Kenapa mereka mengejar kita? Apa kesalahan yang kita perbuat? Aku hanya melakukan apa yang Jeoha-mu pinta, Naeuri!" Dami menggerutu menatap pria yang dari tadi terus setia menarik dan menuntun langkahnya. Dia Nam Yong, pengawal pribadi putra mahkota yang juga suami Dami, dan bungkusan kecil di pelukan Yong adalah putri kecil mereka yang baru berusia 4 minggu.

Nam menghentikan larinya saat merasakan kegelisahan putrinya, gadis kecil itu merasakan ketegangan yang orang tuanya alami, Nam mencium wajahnya dengan lembut.

"Putriku, jangan khawatir, kita akan baik-baik saja," bisiknya menenangkan. Ditatapnya Dami yang kelelahan dan hatinya teriris saat melihat lengan kanan istrinya yang terus berdarah, juga keadaan wanita itu yang berantakan.

"Maafkan aku, seharusnya aku tidak membawamu ke dalam masalah ini, Seol-a. Aku tidak bisa melindungi siapapun, baik kau, Jeoha maupun putri kita. Namun aku berjanji kita tidak akan berakhir di sini, kita tidak akan mati seperti ini!" ucapnya pelan penuh dengan kesedihan pada Dami yang masih berusaha menahan kepalanya yang mulai berkedut. Wajahnya memucat, Nam mengecek mata panah yang masih tertancap itu dengan pisau peraknya, menghitam.

"Beracun!" lirihnya semakin cemas. Cepat-cepat dia bangkit dan menarik istrinya untuk mencari bantuan. Hatinya memaki keadaan yang  seharusnya tidak seburuk ini, rencananya dan tuannya tidak seperti ini, dan dia berlari dengan pertanyaan pada nasib putra mahkota yang dia tinggalkan di istana tanpa pengawalan.

Di istana

Derap langkah menakutkan juga menghantui kediaman Yi Dan, dan dia tidak bisa berkutik saat di hadapkan pada titah raja untuk menadatangi petisi yang sama dengan membunuh Nam, teman sekaligus pengawalnya. Dia memegang janji bahwa tidak ada yang terluka atas permohonannya itu tapi sekarang dialah yang akan membuat pria itu dan keluarga kecilnya mati. Dan mendesah penuh kegalauan, karena menolak sama dengan membunuh dirinya sendiri juga putra dan istrinya.

"Jeoha! Kau harus memilih! Setujui bahwa Shaman itu adalah sampah yang harus diberantas atau kau yang akan tersingkir karena berkomplot dengan mereka?!"

Red ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang