Chapter XCI (Mark's Hidden Memory No. 1)

Mulai dari awal
                                        

"..."

"Atau kau lebih memilih anak kesayanganmu ini menghancurkan Keluarga Jung dan SSIA?"

"..."

"Dad tahu sendiri kan semengerikan apa Master Shadow jika sudah membalas dendam?"

"..."

"Sebagai satu-satunya murid yang mewarisi seluruh kegilaannya, apa menurut Dad aku tidak mampu melakukan semua itu?"

Diiringi senyuman miring yang menghiasi wajahnya, Mark perlahan melangkahkan kaki pergi menjauh dari Jaehyun.

"Pagi nanti, ketika Appa telah terbangun dari efek biusnya, Dad harus mempertanggungjawabkan semua kekacauan ini, seorang diri."

Mark lantas menghampiri Haechan yang terlihat begitu tegang masih dalam kondisi memunggunginya.

"Karena aku butuh meluruskan segala kepalsuan yang telah terjadi antara aku dan tunanganku ini."

Mark lantas mengubah senyum miringnya menjadi senyum tipis, ketika tubuh Haechan yang masih bergetar itu, sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda penolakan, saat kedua tangannya telah secara sempurna menggendong tubuh sang matahari secara bridal, untuk segera membawanya pergi dari Kediaman Jung.

Tentu saja.

Meski efek lumpuh dari minuman yang diberikan Chenle kepada Haechan di mobil waktu lalu, tidaklah secepat peluru yang bersarang di tubuh Jaehyun. Namun setidaknya semua itu mampu membuat Haechan sama sekali tidak berkutik, terlebih saat reaksi syok yang dialami Haechan masih saja membelenggu kondisi psikisnya yang berkecamuk.

Begitu hebatnya.

Hingga membuat Haechan tak mampu lagi menahan segala air mata yang tumpah membasahi wajahnya, di tengah maniknya yang terus membias penuh rasa takut pada Mark.

Sebuah kondisi, yang pada akhirnya membuat amarah Mark kepada Haechan mulai luruh secara perlahan, dengan mendudukan Haechan senyaman mungkin di sebuah bangku taman yang menghiasi halaman depan Kediaman Jung.

Mark tahu.

Haechan syok.

Haechan ketakutan.

Haechan cemas.

Haechan kebingungan.

Haechan tidak sepenuhnya memahami apa yang sedang terjadi.

Dan Mark pun tahu.

Ia tidak bisa menyalahkan segala keputusan Haechan yang berkorban terlalu jauh demi kebahagiaannya, kebahagian yang Jaehyun pikir juga sama halnya akan dirasakan oleh Mark, sebagai bentuk cinta dan kasih sayang mereka terhadapnya.

Sebab sejak awal...

...sejak kisah ini dimulai...

...semuanya...

...adalah salah Mark.

"Sial."

Bertepatan dengan manik obsidiannya yang memandang pada wajah kacau Haechan, Mark terkekeh kecil.

"Hyuckie."

"..."

"Donghyuck."

"..."

"Haechan."

"..."

"Crimson?"

Di sela jemarinya yang menyeka linangan air mata pada wajah Haechan yang masih bergetar itu, lagi-lagi Mark terkekeh.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang