Chapter XCI (Mark's Hidden Memory No. 1)

Start from the beginning
                                        

"Apa maksudmu kau akan menikahi Sungchan?!"

DEG!

"Kau pikir setelah aku nyaris kehilanganmu gara-gara perilaku biadab Dad, aku akan membiarkanmu jatuh ke pelukan laki-laki lain?!"

DEG!

DEG!

DEG!

"Ma-Mark—"

"Haechan! Kau—!"

Sekuat tenaga Mark menahan seluruh kemurkaannya yang terpendam agar tidak terlampiaskan pada Haechan yang terlihat begitu ketakutan, hingga tanpa sadar topeng royal yang masih tergenggam di tangan kirinya itu perlahan mulai retak, saking kuatnya rematan jemarinya pada topeng tersebut. Apalagi setelah melihat bagaimana bergetarnya tubuh Haechan yang kini sama sekali tidak mampu mengucap satu patah kata pun, oleh karena Mark yang tidak menghentikan perilaku intimidasinya pada sang tunangan.

Iya.

Entah jika itu Mark adalah Mark.

Entah jika itu Mark adalah Minhyung.

Entah jika itu Mark adalah Azure.

Mark murka.

Sangat.

Dengan segala keputusan yang Haechan buat selama ini untuknya, bahkan nyaris memberikan pernyataan final kepada Jaehyun yang bagi Mark terdengar sangat bodoh.

Bodoh sekali.

Sampai Mark tidak sanggup untuk menghentikan tatapan tajamnya pada Haechan yang terlihat nyaris menangis itu, masih dengan aura intimidasi yang semakin kuat menguar dari tubuhnya.

"Kau tahu amarah adalah hal yang sangat aku benci ketika emosi itu untukmu?"

Saking tidak sanggupnya melihat gurat kemurkaan bercampur kecewa yang begitu menghiasi wajah Mark, Haechan hanya bisa terdiam tanpa mampu mengendalikan reaksi tubuhnya yang semakin ekstrim saat membiaskan ketakutannya yang begitu kuat.

"Berhenti menguji kesabaranku lebih dari ini, Seo Haechan."

Mati-matian Haechan menahan air matanya yang nyaris terburai dalam tangis itu.

"Diam di tempatmu. Jangan berpikir kau bisa kabur setelah semua ini."

Diiringi keterdiaman Haechan yang terbias dari tundukan kepala dalam, di tengah gigitan kuat pada bibirnya sendiri untuk menahan isaknya, Mark segera melangkahkan kaki menuju kepada Jaehyun yang terduduk diam bersandar pada kaki meja yang menopang tubuhnya.

Bisu.

Tanpa ekspresi.

Lumpuh.

Karena peluru beracun hasil kolaborasi Xiaojun dan Jungwoo yang ditembakan dua kali oleh Mark kepada Jaehyun tersebut, telah bekerja dengan sangat baik untuk membuat Sang Pemimpin SSIA itu tidak berkutik, tidak bisa berkata, tidak bisa bergerak, dan hanya bisa mendengar dan menyaksikan apa yang tengah terjadi.

"Dad."

Mark memanggil dengan nada datar.

"Dua jam dalam kelumpuhanmu itu akan kugunakan untuk berbicara empat mata denganmu, secara singkat."

"..."

"Aku tidak akan berbasa-basi."

"..."

"Sudah cukup dengan kegilaan yang kau lakukan pada Appa, pada para adikku, pada para sahabatku, dan pada tunanganku yang sedang tidak waras satu itu."

"..."

"Musnahkan Project X."

"..."

"Kembalikan ingatan Appa."

ReverseWhere stories live. Discover now