Bab 11

546 73 23
                                    

Walau kedatangan Putra Mahkota terbilang mendadak, bukan berarti Hyuuga Hiashi tidak memiliki sesuatu yang dapat disuguhkan. Sebagai bangsawan kelas atas negeri ini, jelas segala yang dibutuhkan telah ada dalam mansion mewahnya, termasuk segala jenis makanan dan minuman terbaik.

Pelayan mendorong trolley di mana di atasnya terdapat rak bersusun tinggi. Hidangan pembuka adalah pie berisi daging yang disandingkan dengan bir peterseli yang dapat menghangatkan tubuh. Lalu iga sapi panggang dikombinasi dengan kentang dan kacang polong. Selanjutnya berbagai kudapan manis seperti kue-kue, juga buah-buahan sebagai penutup.

Melihat meja panjang dalam ruang perjamuan telah dipenuhi berbagai makanan dan minuman lezat, Hiashi jadi lebih leluasa membusungkan dadanya. Makanan-makanan ini membuatnya lebih percaya diri untuk menatap sepasang mata milik sang calon menantu.

Hiashi pikir setelahnya bakal berjalan lancar. Ketika Sasuke mengambil sendok di sisi kanan piring, Hiashi yang memang sudah lapar turut memotong pie daging, lantas mengunyahnya. Pria paruh baya itu nyaris memuntahkan pie tersebut lantaran tiba-tiba Sasuke bertanya perihal Hinata.

"Pasti putri sangat terkejut saat mendengar dia terpilih sebagai calon permaisuri. Itu hal yang wajar, hahaha. Ayah, apa aku boleh menemuinya?"

Ohokkk

Hiashi tersedak.

Dia menepuk-nepuk dada, membuat pelayan di ruang itu seketika panik dan hendak menghampirinya—sebelum tangannya memberikan instruksi tanda agar tetap diam di tempat.

"A-Ayah?" Sasuke pun tak kalah gelagapan. Gerak cepatnya berdiri menghampiri Hiashi, lalu memberikan segelas air putih—refleks yang sangat jarang ditunjukkan oleh seorang bangsawan, terlebih itu putra raja.

"Sa-saya baik-baik saja, Pangeran."

"Oh, kupikir terjadi sesuatu."

"A-Anda ingin menemui putriku?" Hiashi tak habis berpikir. Mungkinkah Hinata kabur dari istana?

"Ya, aku ingin membicarakan sesuatu dengannya terkait pemilihan calon permaisuri. Setelah pengumuman, Putri Hinata langsung menghilang dari kastel tempat para kandidat tinggal sementara. Saat itu kami mencarinya, dan seorang prajurit melihat putri keluar dari kastel menunggangi kuda. Kupikir dia pulang ke rumah. Apa Putri Hinata tidak pulang malam itu?"

Salah menjawab bisa jadi menggali kuburan sendiri. Mungkinkah kedatangan Putra Mahkota tak lain hendak memastikan apa Hinata benar-benar di rumah?

Seorang perempuan, apalagi berlabel bangsawan selalu ditekankan memiliki kepribadian yang baik. Apa jadinya jika ini menjadi gosip, 'calon permaisuri putra mahkota adalah seorang pembangkang yang bakan keluar tanpa izin dari rumah calon suaminya'.

Jari-jemari Hiashi mengepal. Berandal kecil itu, kebodohan apalagi yang dia perbuat?! Haruskah ia berbohong pada putra mahkota dengan mengatakan putrinya ada di rumah tapi tidak bisa ditemui?

"Ayah?" Sasuke memanggil Hiashi karena pria tersebut terlihat melamun untuk beberapa saat.

Tampak sekali Hiashi yang gelisah, bahkan yang keluar dari mulutnya terdengar terbata-bata. Padahal selama ini dia terkenal dengan sosoknya yang tegas.

"Ah, itu—"

"Putri Hinata benar tidak pulang ke rumah?" potong Sasuke.

.

.

Beberapa menit sebelumnya,

Saat Hinata hampir tiba di kediamannya, dari tikungan ia melihat rombongan kereta istana memasuki gerbang mansion keluarga Hyuuga. Mereka terdiri dari satu kereta kuda yang Hinata yakini ditumpangi pangeran, dan di belakangnya ada beberapa prajurit yang mengawal.

The Wheel of FortuneWhere stories live. Discover now