✦ charade or real?

24 16 0
                                    

"Prisil mana? Belum datang?" Juan bertanya kepada Adelia, teman sebangku Prisila. Bangku kosong milik gadis itu cukup membuatnya terganggu.

Adelia menoleh ke arah Juan. "Ya, belumlah, Juan. Orangnya aja gak ada." sekilas Adelia melirik ke arah bangku Prisila yang masih kosong.

Juan gundah. Entah kemana gadis itu, padahal sepuluh menit lagi bel masuk akan terdengar ke seluruh penjuru sekolah.

"Khawatir lo, ya?" Adelia iseng-iseng bertanya. Melihat raut wajah Juan yang tak seperti biasa, seperti mencemaskan sesuatu. Tentunya sesuatu itu adalah Prisila.

Juan menggeleng dengan cepat. "Ngapain juga khawatir. Ntar lagi juga dia datang." elaknya, lalu Juan kembali berjalan menuju bangkunya.

Melihat respon Juan, Adelia tertawa kecil. Ia tahu sekali bahwa lelaki cuek itu tengah berbohong. Adelia sempat melihat ke arah telinga Juan, ternyata telinga lelaki itu memerah. Gengsi sekali memang.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ──── ⋆˚₊⋆ ๑

Jam pertama pelajaran dimulai dengan biologi. Sudah sejak lima menit yang lalu pelajaran ini dimulai, bangku milik Prisila belum berpenghuni juga. Kebetulan sekali, guru biologi mereka berhalangan untuk hadir saat ini. Jadinya, hanya memberikan tugas catatan dan beberapa soal saja yang dikirim ke grup kelas mereka.

Suara nafas terengah-engah menarik perhatian murid-murid dalam kelas tersebut. Mata Juan membola, terlihat wajah Prisila yang penuh dengan keringat. Gadis itu membungkukkan sedikit badannya, kedua tangannya memegang lutut. Mungkin saja Prisila berlari untuk datang ke kelas.

Adelia yang melihat kehadiran Prisila langsung mendatangi gadis itu ke dekat pintu kelas.

"Kenapa, Sil?" tanya Adelia cemas dengan satu tangannya yang memegang bahu sebelah kanan Prisila.

Prisila menegapkan kembali badannya. "Capek banget gue, Del." ujarnya pelan sembari mengelap keringat yang jatuh perlahan dari pelipisnya.

Melihat kondisi teman sebangkunya itu, Adelia langsung menarik tangan gadis itu menuju meja salah satu teman sekelas mereka juga, Ifsa namanya.

"Sa, bawa nih anak ke UKS buruan. Disuruh kerjain tugas biologi yang ada langsung pingsan dia." kata Adelia kepada Ifsa yang notabenenya adalah anak PMR.

"Tapi, hari ini bukan piket gue." Ifsa memberitahu.

Adelia berdecak. "Udahlah, gapapa itu. Lo sebagai anak PMR dan Prisila teman sekelas lo udah cukup kok buat jadi alasan."

"Ta ─ "

"Halah, udahlah, banyakan tapi lo." Adelia memotong ucapan Ifsa.

Ifsa menghembuskan nafasnya. Gadis berambut ikal itu berdiri dari posisi duduknya. "Ayo, Sil." ajaknya sambil menggenggam tangan Prisila.

Prisila mengangguk pelan. Pelan-pelan, gadis itu mengikuti langkah Ifsa yang masih menggandeng satu tangannya. Sementara tas Prisila sudah diletakkan di bangkunya oleh Adelia.

Dari mulai kejadian Prisila datang dengan nafas yang terengah-engah sampai Prisila keluar kelas menuju UKS bersama Ifsa, semuanya itu tak luput dari penglihatan Juan yang sedari tadi tak hentinya memikirkan Prisila.

๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ──── ⋆˚₊⋆ ๑

Sesampainya di depan ruang UKS, ternyata pintunya tertutup namun untungnya tidak dikunci. Setelah Ifsa membuka pintunya, ternyata tidak ada siapapun di dalam.

❝ finally, i found you! ❞ ✓Where stories live. Discover now