Part 8 - Misery

367 27 18
                                    

Tak lama setelah itu, Aint keluar dari kamarku. Sekarang hanya aku sendiri sedang menatap jendela luar rumah, salju-salju masih belum berhenti turun dari langit. Untung saja aku sudah berada di rumah, kalau tidak mungkin aku bisa saja menjadi absen 1 minggu karena penyakit-penyakit dingin seperti pilek dan sebagainya.

Aku menatap keluar jendela bukan untuk menikmati pemandangan, tetapi aku sedang menunggu kedatangan pria itu, pria yang sekarang menurutku memang brengsek, walaupun aku mengoloknya seperti itu sebenarnya yang bodoh adalah aku. Kenapa aku masih tidak bisa move on darinya padahal sudah lebih dari 5 tahun ini.

Aku masih memikirkan tentang apa sebenarnya yang terjadi saat aku melihat Alex dengan wanita pirang itu, wanita yang bagiku sangat menyebalkan sekarang ini. Dan sepertinya bukan wanita itu yang salah karena aku mendengarkan sesuatu yang dapat menjadi bukti kuat. Aku mendengarkan Alex mengatakan kalimat "Yeah, i love you too."

"ARRGHH!!!" geramku sambil mengacak-ngacak rambutku dan hasilnya sekarang rambutku seperti singa jantan.

"Sudahlah Allie, untuk kali ini kita tunggu Alex saja. Sebaiknya kamu menikmati coklat panas di hari ini yang sangat dingin." aku turun dari tangga kemudian menuju ke dapur. Aku mengambil sebuah gelas yang ukurannya lumayan besar karena tinggi kemudian mengambil beberapa bahan seperti gula pasir, bubuk coklat, coklat batang, susu dan sebagainya.

Kemudian aku menaburkan 1 sendok teh bubuk coklat kemudian melarutkannya dengan air panas sebelum memasukkan 1 sendok makan gula pasir, coklat batang yang sudah dipotong-potong serta susu kental manis. Eh, kok jadi iklan cara buat coklat panas.

Aku membawa gelas yang sudah setengah isinya terisi dengan coklat panas kemudian jalan ke ruang tamu. Meneguk sedikit sambil melihat ke depan rumah apakah Alex sudah sampai. Emosiku sudah mulai tenang saat ini, dan kurasa akan hancur lagi ketika melihat orang itu tiba. Aku menyalakan TV dengan remote, memutar saluran Nickelodeon. Ya, aku tahu... aku memang sudah tau tapi tetap saja aku suka sama kartun-kartun.

Kedua keponakan kecilku mungkin sudah tertidur karena aku sudah tidak melihatnya sekarang. Hanya aunt Miriam yang sibuk membuat adonan kue kering dan uncle Douglass yang sibuk mengurus pekerjaan kantornya. Aint datang dari ruang belakang dan membawa beberapa botol minuman kaleng dan duduk di sampingku.

"Dasar bocah." sahut Aint tanpa menatap wajahku, dia hanya menikmati acara TV saat ini sambil meminum bir untuk menghangatkan tubuhnya. Mungkin hari ini sangat dingin sehingga Aint mendapatkan ijin meminum alkohol soalnya biasanya paman tidak suka melihat anaknya minum alkohol untuk sekadar senang-senang saja.

"Bocah? Terus kenapa ikutan nonton?" sindirku.

"Gak ada kerjaan lain. Boleh ganti saluran? The Big Bang Theory diputar ulang kemarin dan hari ini episode ke 5 dan itu adalah episode terakhir. Aku tidak mau ketinggalan walau sebenarnya aku sudah nonton berkali-kali."

"Memangnya acara apa itu?"

"Hah? Yang benar saja? Kamu gak tau? Itu acara comedy terkenal yang sudah mendunia. Dasar gaptek." ledek Aint.

"Sudahlah berdebat denganmu tidak ada gunanya. Nih remotenya."

"Okay, let's set into 4."

Tak lama kemudian aku mendengar suara mobil dari luar, dan kurasa itu Alex karena mana mungkin ada orang gila yang akan keluar dari rumah pada saat salju lebat seperti ini. Aku langsung melapisi tubuhku yang sedikit terbuka dengan mantel tebal milik Aint dan mengenakan sepatu boots tinggi.

Mobil audi milik Alex yang berwarna putih terpakir di depan rumah paman. Tak lama kemudian aku membukakan gerbang agar mobil Alex dapat masuk. Setelah memarkirkan mobilnya dengan benar, sesosok pria tinggi dengan pakaian pilihanku siang tadi berjalan menuju diriku. Alex mengenakan semua pakaian dan atribut lainnya yang telah kupilih tadi siang.

First Love Flavor : Meeting Again [Discontinued]Where stories live. Discover now