Mayat dalam Gudang

54 15 7
                                    


Seperti biasa, tugas Rizal sebagai ketua kelas adalah menyerahkan daftar kehadiran kelas ke meja piket. Salah seorang temannya, Seva, tidak hadir tanpa keterangan 'lagi'. Itu sudah menjadi hal yang biasa terjadi.

Kalau dari keterangan Roy -teman dekat Seva- dia lagi staycation sama pacarnya walaupun ini bukan hari libur. Pastinya hal ini hanya Rizal dan Roy yang tau. Kalau sampai wali kelas mereka tau, Seva sudah pasti diseret Bu Titin ke sekolah sekarang juga.

"Ini bu, daftar hadir kelas XII IPA I," ujar sang ketua kelas kepada guru piket.

"Si Seva kaga masuk lagi? Buset nih anak, doyan amat bolos," jawab guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan aksen Betawinya yang kental.

"Udah kan bu? Saya pamit ke kelas."

Guru tersebut menepuk lengan Rizal, jarinya menunjuk ke sebuah kipas angin yang terlihat usang.

"Tolong taroin kipas ke gudang dong, tong. Gua bakal dapet kipas baru, nih. Yang ntu udah kaga bisa muter," pintanya.

"Gudang yang mana dah, bu?"

"Yeh, emang gudang yang mana lagi? Lu tiga tahun sekolah di sini gudang aja kaga tau. Alesan lu." Pemuda tersebut memamerkan cengirannya, lalu bergerak mengangkat kipas itu untuk dibawa ke gudang.

Rizal sudah berada di ujung halaman belakang sekolah, tepatnya letak gudang berada. Pintu gudang dalam keadaan tertutup, jadi dia harus menurunkan kipas tersebut lebih dahulu sebelum membuka pintu.

Cklek.

Pintu terbuka, pandangannya otomatis tertuju pada isi gudang.

Tubuhnya kaku seketika, tangannya yang berada di knop pintu gemetar.

Rizal menutup hidungnya refleks kala bau busuk menerobos indra penciumannya. Pandangannya mengedar ke sekitar. Tidak ada orang selain dia.

Dilepasnya gagang pintu tersebut, kemudian mengambil beberapa langkah mundur sebelum berlari terbirit-birit ke kelas.

+++


Terdengar dobrakan pintu di kelas XII IPA I dan pelakunya seketika menjadi pusat perhatian seisi ruangan.

Rizal menerobos masuk dengan sedikit terhuyung, bajunya dibasahi keringat.

Bu Titin yang sedang bersolek bangkit dan berkacak pinggang. Raut wajahnya merah padam dengan garis hitam coretan eyeliner hingga pelipisnya yang malang.

"HEH RIZAL! Apa apaan kamu? Masuk itu salam, jangan malah ngagetin orang!"

"Ma..aaff bu. Saya lihat itu si Seva, teman kita bu, dia tewas penuh darah!" Rizal menjawab terbata-bata, napasnya memburu.

Jawabannya sontak membuat penghuni kelas terperanjat.

"Jangan bercanda lu, Zal!" Teriak salah satu dari mereka, Roy. Ekspresinya begitu terkejut mendengar kondisi sahabat karibnya yang tragis.

"Gua serius! Lu bisa lihat sendiri, Roy!"

Tanpa aba-aba Roy berlari keluar kelas, diikuti Bu Titin dan teman-temannya yang lain menuju tempat kejadian perkara.

Roy sudah lebih dulu berada di gudang, berjongkok meratapi kematian sahabatnya tepat di samping jenazah.
Bu Titin mendekat dan mengusap bahu Roy agar tetap tabah, turut menyampaikan rasa duka citanya.

Semua orang menutup mulutnya terkejut, mematung di depan pintu tanpa bernyali untuk masuk.

Banyak darah kering membekas di lantai. Seragam yang sepertinya dirobek dengan benda tajam hingga menembus kulit memperlihatkan tubuhnya yang mulai membusuk. Luka lebam serta mata bengkaknya merusak ketampanannya.

Rizal menghampiri wali kelasnya dan menepuk bahunya pelan. "Maaf bu, Saya mau bicara sebentar di depan." Bu Titin menoleh seraya mengangguk.

Ibu dan anak itu keluar dari gudang, menjauhi kerumunan orang yang satu persatu berdatangan. Mereka dihebohkan dengan kabar yang mendadak menggemparkan sekolah mereka.

Dengan sedikit cemas dan ragu, Rizal mendekati telinga gurunya. Kemudian berbisik, "saya tau siapa pembunuhnya, bu."

Mereka saling bertatapan. Bu Titin mengangguk paham dengan apa yang Rizal maksud. Diambilnya ponsel dari saku, kemudian mendial nomor polisi di ponselnya.

𝐄𝐍𝐃

▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀

Halooo, apa kabar?

Gimana pendapat kalian soal riddle di atas? Kira-kira apa yang janggal, ya? Jangan lupa komen jawaban atau dugaan kalian di kolom komentar.

Seperti biasa, kalau ada kekurangan, silahkan komen. Kalo kalian suka, jangan lupa vote, share ke teman-teman kalian dan spam komen dengan emot '🤯' sebanyak-banyaknya.

Thankies, reader! 😋

- @penaelysian di Instagram.

Sort of RiddleOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz