High Hopes XXVI (END)

992 84 16
                                    

"Kak?"

Dahinya mengernyit. Ada tepukan pada bahunya.

"Kak Taehyung! Bangun ih, astaga."

Suara yang terus mencoba membangunkannya, makin jelas masuk di telinganya.

"Bangun Kak Taehyung! Kakak sebentar lagi 'kan mau pertandingan, betah banget tidur di atas rumput begini. Ini aku udah pegel banget, mau langsung ke tribun aja habis ini."

Pertandingan?

Taehyung melenguh, matanya pelan-pelan terbuka. Guncangan pada bahunya makin kuat tadi dan suara tak asing yang memanggilnya pelan-pelan terdengar kesal. Sinar matahari menyengat, masuk langsung ke dalam matanya tiap kali ia paksa tiap inci kelopaknya untuk terbuka. Agak pedih, rasanya seperti terlalu lama tertutup karena tidur. Tangannya terangkat, mencoba menghalangi sinar yang makin terang. Di saat yang bersamaan, dalam buramnya pandangan dari mata yang baru terbuka setelah tertutup lama, ada siluet seseorang di depannya. Diam di sana seolah menghalangi sinar matahari untuk menerpanya lebih lanjut. Punggung Taehyung terasa sakit, ia seperti tidur lama sekali di atas permukaan yang keras. Ia bisa rasakan ada rerumputan di bawah tangan kirinya.

"Sudah bangun?"

Suara itu tidak asing.

Lantas tangan kanannya beralih mengusap mata, berusaha memperjelas matanya lalu menatap siluet di hadapannya dengan lebih jeli, hingga tampil paras wajah laki-laki yang tengah tersenyum lebar dan menatapnya dengan begitu senang. Bola matanya berbinar cerah seolah sejak tadi sudah menunggu Taehyung untuk bangun dari tidurnya.

"Nah sudah bangun!" Serunya.

Taehyung terbelalak, tiba-tiba tersedak udara yang ia hirup sampai terbatuk-batuk. Ia kontan bangkit dari tidurnya. Tubuh mereka hampir saja bertabrakan kalau saja Taehyung tidak menjauhkannya terlebih dahulu. Taehyung terkejut, ia rasakan ada getar di dalam tubuhnya kala ia rasa tangannya benar-benar nyata memegang tubuh itu. Taehyung menoleh, pada kanan tubuhnya, pada sosok yang menatapnya khawatir dengan bola matanya yang bulat. Tenggorokan Taehyung tercekat, seakan lupa cara berbicara apalagi saat anak itu meraih pipinya. Menatapnya dengan tatapan yang ia rindukan, dengan surai hitamnya yang terlihat begitu lembut, bergerak-gerak ditiup angin.

"Are you okay, Kak? Kakak mimpi buruk?"

Taehyung diam. Suaranya yang lembut, mengalun dengan intonasi yang seharusnya, masuk dengan sopan ke dalam indra pendengarannya.

"Kakak? Maaf ya aku banguninnya keterlaluan ya tadi?"

Taehyung menggeleng, ia rasakan hangat yang menguar pada telapak tangan Jungkook, sedari tadi menempel pada pipinya. Ia menatap wajah sosok yang begitu segar, cerah dan memerah. Ada senyuman yang mulai terpatri lebar, seperti mencoba menenangkan Taehyung dengan mata yang ikut tersenyum seperti bulan sabit. Terangnya cahaya matahari menimpanya, buat ia bercahaya.

Taehyung berkedip,

Ia rindu.

"...Jungkook?" Panggilnya.

"Iya Kak?"

Jantung Taehyung berdetak lebih keras. Ia gemetar.

"Jungkook."

Jungkook tertawa kecil. "Iya kenapa Kak?"

Bibir Taehyung gemetar.

Demi Tuhan, kapan terakhir ia mendengar suara ringan seperti ini lewat di telinganya? Kapan terakhir kali ia melihat senyum lebar dan tawa kecil itu di depan matanya? Kapan terakhir kali, ia bisa merasakan sentuhan seperti ini di atas pipinya?

Kapan terakhir kali ia merasa serindu ini?

"Kamu... di sini?" Suara itu lirih, lepas dari mulut Taehyung.

High HopesWhere stories live. Discover now