1.

15.5K 534 7
                                    

Author POV

Tett!! Tett!!

Bel masuk sudah berbunyi, pintu gerbang SMA Negeri 08 sudah mulai ditutup. Murid-murid yang masih ada diluar pun berlarian masuk ke dalam. Tapi tidak dengan perempuan yang satu ini, dia malah asyik memakan lolipopnya dan berjalan dengan sangat santai. Tak peduli jika gerbang sekolahnya akan tertutup. Dia hanya terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat siswa lainnya berlarian.

"Kenapa semua orang suka sekali membuang energinya. Bukankah itu melelahkan.." ujarnya.

Pagar itu sudah tertutup sekarang, tetapi bukannya berjalan cepat ke sana, memohon-mohon pada penjaga sekolah untuk membukakannya, dia malah berlalu melewatinya. Dia terus berjalan sampai ke belakang sekolahnya. Tak ada kata mengemis dalam kamusnya. Lebih baik menggunakan cara kotor daripada harus menjatuhkan harga dirinya. Seperti yang akan dilakukannya sekarang. Melompati pagar untuk bisa masuk. Setelah memastikan situasi aman, dia melempar tasnya dan memanjat pagar yang cukup tinggi itu.

Hup!

"Pendaratan yang sempurna!" ucapnya penuh kemenangan. Dia mencium pagar pembatas sekolahnya itu lalu mengambil tasnya yang ia lempar tadi. Sebelum masuk ke kelas, ia ke toilet terlebih dahulu untuk mengganti celana trainingnya dengan rok seragam sekolahnya. Sesungguhnya ia tidak terlalu suka menggunakan rok, jika bisa memilih, dia akan memilih celana sebagai seragamnya. Dia merapikan ikatan rambutnya dan juga membersihkan debu yang ada di kemejanya. Setelah itu, ia kembali berjalan dengan santai pada koridor sekolah yang sudah sangat sepi, karena semua murid sedang belajar sekarang. Terlihat di ujung koridor tempatnya berjalan, seorang wanita paruh baya sedang berdiri sambil melihat arlojinya.

"Terlambat lagi, Vanya?" tanya wanita itu yang merupakan guru bahasa inggrisnya.

"Panggil gue Bell, Miss Tanti.." jawabnya dengan melipat kedua tangannya di dada. Menatap penuh tantang pada salah satu guru terkiller di sekolahnya.

"Bicaralah dengan sopan, Bellvanya Aeryllin Hanne! Sekarang masuk ke kelas sebelum miss berubah pikiran!" perempuan bernama Bellvanya itu pun mengedipkan sebelah matanya pada gurunya.

"Memang Miss yang terbaik. Tapi lain kali, kagak usah pake marah-marah kali, Miss. Nanti bisa cepat tua loh.." jawabnya dengan nada sedikit mengejek dan berlalu masuk ke dalam kelas.

"Dasar murid tidak sopan. Selalu saja membuat ulah!" gumam gurunya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Baru kali ini ia menemukan perempuan sekeras dan pembangkang seperti Bell.

-50 menit-

Tett! Tett!

"Baiklah pelajaran hari imi Miss akhiri sampai disini. Sampai bertemu hari sabtu.." ucap Mrs. Tanti sebelum akhirnya meninggalkan kelas. Tanpa basa basi, teman - teman Bell segera menghampirinya yang sedang sibuk dengan gedget. Bell memiliki 3 sahabat terdekat di sekolah dan mereka semua laki-laki.

"Lo manjat lagi hari ini?" tanyanya.

"Iyalah, itukan rutinitas gue. Kayak kagak tau aja lu, Yo.." jawab Bell santai tetap fokus pada layar gedgetnya. Laki-laki bernama lengkap Romeo itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia adalah salah satu teman terdekat Bell. Mereka sudah berteman hampir 10 tahun lamanya. Romeo merupakan kapten tim futsal di sekolah. Dia sering kali dikira blasteran karena kulit putih dan perawakannya yang tinggi besar. Padahal, ia tidak memiliki darah luar sama sekali. Benar-benar asli Indonesia.

Sedari SMP, Romeo hapal betul bagaimana tingkah sahabatnya itu. Bell memang sering memanjat pagar sekolah jika ia datang terlambat atau hampir terlambat. Di tasnya selalu ada celana training yang dipakainya untuk olahraga setiap pagi sebelum ia ke sekolah. Itulah sebabnya mengapa ia sering terlambat saat datang ke sekolah. Terlebih lagi, Bell tidak pernah mau diantar oleh orang tuanya. Bahkan, walau ia sudah diberi izin untuk mengendarai kendaraan ke sekolah, tetap saja Bell menolak. Romeo pun tak tau apa yang mendasari sahabatnya ini menolak fasilitas yang disediakan oleh orang tuanya. Yang jelas, Bell pernah berkata padanya, kalau ia ingin menikmati hidup dengan gayanya sendiri.

Cold, Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang