Broken

44 11 0
                                    

Seperti janjinya, Caca memberi tahu kepada teman-teman Rey tentang kondisi Rey di rumah sakit, dan meminta untuk teman-teman Rey menjenguknya di rumah sakit yang telah ia informasikan. Jam pulang sekolah, sekitaran pukul 15:23 teman-teman Rey menjenguk Rey di rumah sakit dan mulai berbicara ria. Ya, kalian tahu kan jika kita bahagia rasa sakit akan mulai berkurang dan itu yang dirasakan Rey saat mengobrol dengan teman-teman nya.

"Kok lo bisa dah berduaan sama tuh cewe?" Tanya Satya kepada Rey. Rey hanya menjawab "gatau, emang di takdirin kali". Satya dan Azka hanya menggeleng karena jawabannya Rey selalu seperti itu. Padahal mereka berdua sudah tau bahwa Rey bisa meramal sesuatu hal. Tapi mereka tidak tahu bahwa Rey tidak bisa mengatakan jujur tentang ramalan yang ia punya itu. "Gua gatau, setiap hari apa yang muncul di pikiran gua cuma tuh cewe, apa yang dia lakuin selal-" ucapan Rey selalu terpotong dan suaranya selalu serak setelah itu. Rey bingung untuk mengungkapkan apa yang terjadi padanya dan Caca kepada teman-temannya. "Setiap lo ngomong gini, lo selalu gagap dan serak, apa emang lo ga bisa ngungkapin apa yang lo ramalin?" Tanya azka, dan Rey hanya mengangguk karena tenggorokannya masih sakit.

Kondisi Rey tiap jam semakin baik, malamnya Rey dinyatakan sembuh dan di perbolehkan untuk pulang. Azka dan Satya pastinya mengantar teman nya itu pergi pulang ke rumah. Tapi seperti biasa, muka yang Rey pasang selalu tidak enak, sudah terlihat bahwa dia malas bertemu orang tuanya. Setelah mendengar cerita tentang orang tua Rey, Azka dan Satya benar benar tidak bisa berkata-kata lagi, karena orang tua Rey sangat jahat kepadanya. Mengingat Rehan atau kerap disebut Han, saudara kembar Rey yang hilang saat berumur 9 tahun saat bermain dengan Rey di sekitaran pantai. Tragedi itu membuahkan hasil kebencian orang tua Rey terhadap Rey. Mereka cap Rey adalah seorang kakak yang bodoh dan tidak bisa menjaga Han sama sekali. Padahal memang saat itu Rey tidak ada di tepi pantai, dia bahkan masih mengganti bajunya. Mungkin cukup itu saja kisah tentang Han dan Rey, selebihnya akan di ceritakan di chapt lain.

Pulang ke rumah Rey hanya diam, dan sudah tertebak orang tuanya tidak akan menanyai dari mana saja Rey, karena mereka tidak akan pernah peduli dengan Rey. Membuka pintu kamar nya yang masih tertutup rapi tanpa cela sedikitpun, merasakan zona aman terbaik yang ada di dalam rumahnya. Papa Rey masuk ke dalam kamar dan menyenderkan badannya ke sebelah pintu kamar Rey. "Saya kira kamu tidak akan pulang, padahal saya mau menyiapkan kamar ini untuk di jadikan gudang". Ya kamu tahu, mendengar perkataan seperti menggores hati, tapi percayalah Rey sudah terbiasa dengan kalimat kalimat seperti itu. "Saya akan kembali ke sini, saya tidak akan pernah pergi" ucap Rey sambil menaruh jaketnya ke gantungan bajunya. Benar, fasilitas yang Rey pakai selama ini adalah dari orang tuanya, bukan sebagai tanda kasih sayang, tapi sebagai tanda bahwa Rey adalah Han. Rey memang mendapat hal hal yang berharga, tapi percayalah semua itu adalah niat orang tuanya pada Han bukan pada Rey.

Apa yang terjadi pada Rey terasa hambar, terasa biasa saja dan tidak sesakit itu, mati rasa yang ia rasakan. Tidak pernah ada niat darinya untuk bunuh diri karena dia berusaha menikmati hidupnya.

Paginya...

Ia kembali masuk sekolah karena sudah pulih dari sakit yang kemarin ia rasakan. Kamu tahu dia sangat sangat kepo dan ingin mencari tahu tentang siapa sebenarnya Caca itu. Dia belum begitu mengenal Caca, maka dari itu dia berusaha mencari cara untuk menanyakan tentang "siapa itu Caca". Saat jam istirahat pertama, dia melihat Caca di depan kantin dan Rey sangat sangat ingin menyapa Caca tapi merasa malu, dia berfikir "yakali cowo sekeren gue nyapa duluan". Ya, seperti biasa, gengsi yang besarrrrrr. Tetapi..

"REY!!!"

Yes, ini yang Rey mau.
Rey menoleh ke arah suara itu, benar saja Caca melambai kepadanya sambil tersenyum, dia merasa senang, senang sekali!

Hold You Tight. Where stories live. Discover now