📷 chapter t w e l v e

Comincia dall'inizio
                                    

"Ng-nggak papa, kok," si gadis kembali menjawab dengan takut-takut.

Melihat hal itu, sebuah senyum miring pun segera terbit di bibir Radya. Menarik sekali, pikir laki-laki itu. Kemungkinan besar sang gadis telah menyadari bahwa ia telah salah melempar tuduhan hingga membuatnya enggan untuk berhadapan dengan Radya sekarang. Namun, Radya tidak menyangka bahwa ia benar-benar tak seberani itu sampai-sampai menggunakan Jeremy untuk menutupi dirinya, sangat bertolak belakang dengan sikap yang ditunjukkannya saat di kafe kemarin.

Radya pun berdeham sejenak, kemudian dengan santainya ia berkata, "Mungkin temen lo itu takut sama gue kali, Jer, soalnya ada orang yang pernah ngira kalau gue itu penguntit."

"Oh?" Kania tanpa diduga terperangah usai mendengarnya. Setelahnya ia kembali beralih pada gadis yang sejak tadi dipanggil "Sa" itu. "Dia orangnya, Sa?" tanya Kania yang tampaknya tahu soal apa yang terjadi kemarin. Dan sepertinya ia pun baru menyadari mengapa temannya itu bersikap demikian.

"Lo sama Alsa ngomongin apa sih, sebenernya, Kan?" Jeremy merupakan satu-satunya orang yang sama sekali tak memiliki ide atas apa yang sesungguhnya terjadi di sana.

"Duh, lo mending diem dulu deh, Jer."

"Lah? Emang ada apa, sih?"

"Dibilangin lo mending diem dulu, masih aja nanya."

"Lo ngomong kayak begitu justru bikin gue makin penasaran, lah, Kan."

"Ini kenapa malah jadi lo berdua yang ribut, dah?" Radya jadi terheran sendiri melihat sepasang manusia itu. Laki-laki itu kemudian beralih pada Jeremy, "Lo kalau penasaran mending tanya langsung sama temen lo yang lagi ngumpet, tuh. Gue mau balik aja, udah sore. Duluan, guys."

"Loh, mau langsung pulang, Bang?" Kania lekas mencegat Radya yang hendak beranjak pergi. "Tapi urusan lo sama Alsa, kan, belum selesai."

Sejenak Radya pun terdiam. Kemudian ujung matanya menangkap gadis yang rupanya bernama Alsa itu mengintip dari balik tubuh Jeremy, membuat Radya langsung menarik sedikit salah satu sudut bibirnya. "Dia sendiri aja nggak mau ngomong sama gue sekarang," tukas laki-laki itu kemudian yang sebenernya ia gunakan hanya untuk memancing Alsa.

Tidak menerima balasan apa pun dari Kania dan Jeremy yang saling berbalas pandang, Radya pun memutuskan untuk beranjak. Dan, tepat pada saat itulah, trik yang Radya gunakan pun akhirnya membuahkan hasil.

"Tu-tunggu dulu, Bang."

Radya pun lekas saja menghentikan langkah lalu berbalik, dan hal pertama yang ia dapati adalah Alsa yang sudah tak lagi bersembunyi meski masih menatapnya dengan takut-takut.

Seolah mengerti dengan situasi di sana, Kania langsung berinisiatif mengajak Jeremy pergi agar Radya dan Alsa bisa berbicara empat mata. Jeremy awalnya tampak enggan meninggalkan kedua manusia itu berdua saja sampai Kania akhirnya menggunakan jurus terakhir dengan menarik kuat tangan laki-laki itu dan menyeretnya pergi dari sana.

Kini hanya ada Radya dan Alsa yang berdiri berhadapan meski dalam jarak yang tak bisa disebut dekat.

Radya tak mengatakan apa pun, tetapi sepasang netranya tertuju lurus pada Alsa yang tertunduk sambil sesekali meliriknya ragu-ragu. Diam-diam laki-laki itu meneliti wajah sang gadis hingga ia menyadari bahwa sosok nyatanya justru jauh lebih menarik ketimbang yang ada dalam foto. Di satu sisi, Radya tentu senang karena pada akhirnya, ia dapat bertemu dengannya secara langsung. Namun, di sisi lain, Radya masih merasa dongkol akibat kejadian di kafe kemarin hingga berhasil mengaburkan perasaannya yang sesungguhnya.

Hah, andai saja pertemuan pertama mereka berjalan sesuai dengan apa yang Radya harapkan, ia cukup yakin kalau saat ini alur ceritanya pasti akan berbeda sekali.

Through the Lens [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora