Ya, tujuannya agar tidak terlalu asin atau hambar. Setidaknya itu membuat Neissya menjadi lebih yakin dengan masakan yang ia buat untuk suaminya.

☽༓☾

Suatu hari, Farenza membawa Neissya ke suatu tempat. Kedua mata Neissya ditutup dengan kain putih. Sementara Farenza fokus menyetir.

"Sebenarnya apa rencanamu, Sayang? Kenapa mataku ditutup seperti ini?" tanya Neissya penasaran.

Farenza menoleh sebentar pada istrinya. "Namanya juga kejutan, jadi matamu harus ditutup."

"Hmm." Neissya mengedikkan bahunya.

Mobil Farenza berhenti di suatu tempat.

"Kita sudah sampai?" tanya Neissya.

"Iya, kita sudah sampai, Sayang." Farenza membawa Neissya keluar dari mobil. "Hati-hati dengan langkahmu."

Farenza membuka kain yang menutupi mata Neissya. Perlahan Neissya membuka matanya. Ia melihat bangunan bertingkat dua dan bercat putih di depannya. Kaca-kaca tebal mendominasi bangunan tersebut. Terlihat ada banyak bunga dari berbagai jenis di luar dan juga dalam bangunan.

"Sayang, apakah ini toko bunga?" Neissya terkagum-kagum.

"Iya, ini toko bunga yang aku hangun untukmu," kata Farenza.

Neissya tersenyum haru. "Kau membangunnya untukku?"

Farenza mengangguk. "Kau bilang, kau ingin punya kesibukan, kan?"

"Terima kasih." Neissya memeluk suaminya.

Farenza tersenyum sembari membelai lembut rambut istrinya.

Toko bunga itu diberi nama Arfhena Flowers. Neissya mulai mempekerjakan karyawan setelah dua bulan toko kecilnya itu berkembang pesat.

☽༓☾

Farenza dan Neissya tengah makan malam di sebuah restoran. Farenza tidak sengaja mencipratkan saus ke jas abu-abu muda yang ia kenakan saat dirinya menuangkan saus ke makanannya.

"Oh! Jas kesayanganku." Farenza panik.

Neissya menyodorkan tisu basah pada suaminya. "Aku benci jas itu."

Farenza membersihkan jasnya menggunakan tisu basah yang diberikan istrinya. Farenza memperhatikan Neissya yang sedang menyantap makanannya dengan tenang.

"Apakah kau masih tidak bisa merasakan rasa dari makananmu?" tanya Farenza.

Neissya mengangguk. "Ya, begitulah."

"Bagaimana kalau kita berkonsultasi dengan dokter? Mereka pasti punya banyak cara untuk membuat lidahmu bisa mengecap rasa," usul Farenza.

Neissya menggeleng. "Tidak perlu, ini bukanlah sesuatu yang bisa diobati atau dioperasi. Aku sudah terbiasa dengan ini."

Farenza merasa prihatin. Ia menggenggam erat tangan istrinya.

☽༓☾

Farenza sedang memakai dasi sembari bercermin. Setelah dasinya dirasa sudah rapi, ia pun memakai jas hitam favorit istrinya.

Terdengar suara pintu kamar mandi dibuka. Neissya yang mengenakan jubah mandi keluar sambil tersenyum senang.

"Aku punya kejutan." Neissya memeluk Farenza dari belakang.

"Kejutan apa?" Farenza membelai dagu istrinya.

Neissya menunjukkan testpack di tangannya pada Farenza.

Farenza pun mengambilnya. Ia terbelalak saat melihat ada dua garis positif di alat tes kehamilan tersebut.

"Sayang, katakan ini bukan mimpi." Air mata Farenza mulai menggenang.

Neissya tertawa kecil. "Ini bukan mimpi."

"Tampar aku, Sayang!" pinta Farenza.

Neissya mencubit kedua pipi suaminya. "Ini bukan mimpi."

Farenza berbalik dan memeluk istrinya. "Sayang, kemarilah! Aku sudah tua, aku akan menjadi seorang ayah."

Neissya berguman, "Kau saja yang tua, aku belum mau tua. Aku mau jadi mama muda."

"Terima kasih, Sayang." Farenza menciumi wajah istrinya dengan penuh cinta.

"Sayang, jangan menangis." Neissya mengusap air mata Farenza yang mulai jatuh ke pipinya.

"Aku tidak bisa menahan perasaan bahagia ini, Sayang."

Neissya menangkup wajah suaminya. "Jadilah ayah yang baik, jangan manja, jangan menggodaku terus. Mungkin ke depannya mood-ku akan berubah-ubah. Aku harap kau mengerti."

Farenza menjawab, "Aku akan menjadi suami dan ayah yang baik, tapi poin kedua dan ketiga... aku akan tetap manja dan menggodamu terus. Itu adalah bagian dari hidupku. Mengenai mood-mu, aku tidak masalah."

Neissya membuang napas kasar. "Terserah."

Farenza mengusap lembut pipi istrinya. "Mulai sekarang, jangan ada lagi yang kau sembunyikan. Aku akan selalu mendengarkan dan mencoba memahamimu. Apa pun itu, aku akan menerimamu apa adanya. Aku mencintaimu, Neissya."

"Aku juga, aku mencintaimu juga, Farenza."

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

14.26 | 1 Desember 2021
By Ucu Irna Marhamah

AMOREVOLOUSWhere stories live. Discover now