Ketika memeriksa ke dalam, mereka menemukan banyak sekali mayat yang bergelimpangan di mana-mana. Namun, sepertinya apa yang mereka cari tidak ditemukan.

Mereka pun memotong beberapa kepala dari mayat-mayat itu. Tidak semua, hanya beberapa saja. Kemungkinan mereka (yang kepalanya diambil) adalah assassin yang memiliki harga kepala yang lumayan tinggi.

Mereka menemukan lubang lorong panjang di ruang bawah tanah. "Sepertinya mereka melarikan diri lewat lubang di bawah tanah."

Para pekerja bengkel (yang sedang libur, tapi melewati tempat itu) yang merupakan karyawannya Neissya terkejut melihat perusahaan tempat mereka bekerja terbakar. Mereka juga memergoki pria-pria berjas itu memotong kepala mayat di lantai satu.

Menyadari ada sesuatu yang tidak beres, mereka pun mengeroyok pria-pria berjas itu sehingga terjadilah keributan.

Bahkan polisi pun datang ke tempat kejadian untuk mengamankan mereka semua.

Para assassin itu tidak bisa melawan karena mereka tidak boleh melanggar kode etik, yaitu melukai warga sipil yang bukan target mereka.

Sementara dua mobil hitam terparkir di tempat yang tidak jauh dari kantor Neissya. Di dalamnya ada beberapa orang berpakaian APD serba hitam. Ya, mereka datang untuk membersihkan TKP, tapi tidak ada yang keluar.

"Jadi, kita harus bagaimana?" tanya salah satu dari mereka yang merupakan pemula.

"Hanya diam dan melihat. Tugas kita membersihkan tempat yang diobrak-abrik assassin, bukan membuat keributan."

☽༓☾

Di sebuah gubuk di dekat pantai.

Di dalam gubuk tersebut terlihat Farenza, Neissya, dan Rouvin yang sibuk mempersiapkan senjata mereka.

Gubuk itu adalah tempat persembunyian Neissya yang sudah lama tidak digunakan. Lubang lorong di bawah tanah bangunan kantor bengkel juga sengaja dibangun oleh Neissya untuk kemungkinan buruk yang terjadi.

Neissya melihat luka di dada dan pinggang Farenza. Luka tersebut disebabkan oleh perkelahiannya dengan pria berambut pirang di tempat Sam.

Neissya mengeluarkan obat dari kopernya lalu menghampiri suaminya itu.

"Buka bajumu," suruh Neissya.

Farenza malah merentangkan tangannya. Ia ingin Neissya yang membukakan bajunya.

Rouvin yang sedang menyiapkan peluru menyempatkan diri menoleh ke arah mereka berdua.

Neissya mengambil pisau membuat Farenza panik dan berhenti merentangkan tangannya. "Kenapa kau membawa pisau? Apa yang akan kau lakukan?"

Ternyata Neissya merobek kaos yang dipakai Farenza menggunakan pisau tersebut. Ia pun mengobati luka-luka di tubuh Farenza.

Farenza mendelik ke arah Rouvin yang kembali sibuk dengan senjatanya. "Sayang, dia siapa?"

Neissya menjawab, "Teman lama."

"Teman? Kau dan dia berkolaborasi menjadi duo assassin?" tanya Farenza penuh selidik.

"Kami teman lama di tempat pelatihan. Kami saling mengenal sejak pertama kali menginjakkan kaki di 'pintu neraka'," sahut Neissya.

Farenza sedikit sensitif saat mendengar kata 'kami' sebagai kata ganti untuk aku dan dia (Neissya dan Rouvin).

Farenza beralih pada Rouvin. "Bagaimana bisa kau menemui istriku lagi? Kau melanggar kode etik assassin. Meski kau dan istriku saling mengenal di tempat pelatihan assassin, seharusnya kau tidak menemuinya setelah menjadi assassin profesional."

"Aku menemuinya sebagai teman lama, bukan sebagai assassin," ujar Rouvin.

"Sayang, bagaimana bisa kau menemuinya tanpa sepengetahuanku?" Farenza kembali beralih pada istrinya.

"Bukan aku yang menemuinya, dia yang menemuiku," sanggah Neissya. Ia melanjutkan, "Selain itu, tadinya aku juga tidak akan jujur padamu tentang jati diriku di masa lalu."

Farenza mendelik ke arah Rouvin. "Sayang, bagaimana jika dia sebenarnya dalang di balik semua ini? Dia sengaja menjadi pihak ketiga untuk mendapatkan kepala kita? Namaku di peringkat satu dan namamu di peringkat dua."

Neissya telah selesai mengobati luka di dada Farenza. "Dia bukan orang yang seperti itu. Aku mengenalnya dengan baik."

Rouvin tersenyum senang mendengar jawaban Neissya.

"Kau mempercayainya?" Farenza mendongkak menatap Neissya yang berlalu meletakkan obatnya kembali ke dalam koper.

Farenza kembali bersuara, "Sayang, coba kau pikirkan, bagaimana bisa dia mengetahui tentang kerja sama antar assassin yang ingin mengambil kepala kita? Dia mungkin tahu karena dia salah satu dari mereka."

"Dia tahu rencana assassin lain karena dia juga assassin yang kepalanya terdaftar di urutan ketiga dan paling diincar," sahut Neissya sambil mengambil kaos dari dalam koper dan memberikannya pada Farenza.

"Apa? Dia masih berstatus sebagai assassin?" Farenza terkejut dan menatap Rouvin dengan tatapan waspada. 

"Ya, aku mengetahui berita ter-update di dunia gelap, karena aku masih berstatus assassin. Aku bisa melihat halaman beranda dan berita terkini assassin bermunculan. Itulah sebabnya aku mengetahuinya. Kalian sudah pensiun, jadi meski kalian punya akun assassin, halaman beranda kalian tidak bisa diperbaharui sejak kalian keluar dari assassin. Kalian hanya bisa melihat pembaharuan daftar kepala yang diincar dan harganya," jelas Rouvin.

Farenza mencerna ucapan Rouvin yang masuk akal.

"Obatnya sudah kering. Sekarang pakai bajumu, kau bisa masuk angin," kata Neissya pada Farenza.

Farenza menuruti perkataan istrinya.

"Aku memberitahu Neissya tentang hal ini, karena aku ingin melindunginya," ucap Rouvin.

Farenza menautkan alisnya. "Apa kau menyukai istriku?"

"Iya, memangnya kenapa?"

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

14.23 | 1 Desember 2021
By Ucu Irna Marhamah

AMOREVOLOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang