Megan mengeluarkan pisau yang terselip di bagian belakang roknya lalu mengarahkannya ke wajah Farenza. Namun, Farenza bergerak lebih cepat dengan menendang tangan Megan.

Terjadilah perkelahian antara Farenza dengan Megan. Meskipun Megan seorang wanita berpakaian formal yang ketat dan cukup terbuka, nyatanya ia bisa melawan Farenza tanpa kesulitan sama sekali.

Pisau di tangan Megan memiliki bentuk yang berbeda dari pisau kebanyakan. Bentuknya seperti empat sisi mata pisau yang agak spiral dan ujungnya sangat tajam.

Farenza menyikut kotak kaca di dinding yang isinya ada kapak. Dengan kapak tersebut, Farenza melawan Megan.

Perkelahian itu membuat ruangan Farenza berantakan dan kacau. Barang-barang rusak dan berserakan di mana-mana.

Farenza melemparkan kapaknya ke arah Megan, tapi Megan berhasil menghindar. Megan melemparkan pisaunya ke arah Farenza.

Farenza segera mengambil komputer tablet dan pisau itu pun menancap di komputer tablet tersebut. Ujung tajamnya hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajah Farenza. Ia mencabut pisau dari tablet tersebut.

Megan membuka jasnya. Terdapat banyak jenis pisau di saku yang memenuhi bagian dalam jasnya. Wanita itu menyerang Farenza dan menghujaninya dengan pisau-pisau tersebut.

Farenza menghindar dan berguling di lantai lalu bertiarap menuju ke meja kerjanya. Ia membuka laci dan mengambil pistol dari dalam sana. Dengan cekatan, Farenza memasukkan peluru dan memasang silencer.

Tiba-tiba mata pedang menancap dan menembus meja. Beruntung tidak mengenai Farenza.

Dari mana dia mendapatkan pedang? Batin Farenza.

Ia pun menendang meja hingga berguling lalu menembak ke arah Megan.

Sebagai pembunuh bayaran yang terlatih, tentu Megan bisa menghindari tembakan tersebut. Ia berguling dan bersembunyi di balik rak buku.

"Aku harus mendapatkan kepalamu," kata Megan sambil mengeluarkan pistolnya dan memasang silencer.

Farenza mendengarnya. Ia tidak peduli dan duduk santai di kursinya.

Jadi, itulah sebabnya Megan membawa pedang dan semua pisau-pisau yang mematikan itu untuk memenggal kepala Farenza.

Sementara itu di pos security, terlihat seorang security berbadan gempal yang sedang bertugas. Ia keluar dari posnya dan mendongkak menatap ke lantai gedung yang merupakan ruangan Farenza. Lampunya masih menyala dan security itu melihat ada percikan senjata api.

"Sepertinya ada baku tembak di ruangan Tuan Hadrian," gumam security. Ia pun segera menelepon polisi, tapi teleponnya tidak bisa tersambung.

Karena mengkhawatirkan keselamatan Farenza, security itu pun nekat memasuki gedung sambil membawa tongkat besi. Ia berniat menyelamatkan Farenza sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Sesampainya di depan ruangan Farenza, security pun terdiam sejenak. Ia khawatir dan juga takut. Namun, saat mendengar suara benda jatuh dari dalam ruangan, ia segera membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan sembari menodongkan tongkat besinya ke segala arah.

Kedua matanya terbelalak saat melihat seonggok mayat yang terkapar di lantai dengan darah yang menggenang di sekitarnya dan juga kapak yang berlumuran darah di samping mayat tersebut. Ya, itu adalah mayat Megan.

Security menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Tiba-tiba Farenza muncul di belakang security dan memukul titik kesadarannya. Security pun terkulai dan tak sadarkan diri.

Farenza membuang napas kasar. Ada bercak darah di jas, kemeja, dan sebagian menodai wajahnya. Ia mengeluarkan ponselnya lalu menelepon seseorang.

Tak lama kemudian, datang dua mobil hitam ke gedung Hadrian Corporation. Beberapa orang berpakaian khusus (mirip APD Covid-19) berwarna serba hitam keluar dari mobil tersebut. Mereka memasuki gedung dan membersihkan ruangan Farenza, termasuk mayat Megan.

Salah satu dari mereka menyuntikkan sesuatu ke leher security yang masih tak sadarkan diri itu.

Farenza membiarkan orang-orang misterius itu mengerjakan tugasnya, sementara dirinya menelepon Neissya.

"Sayang, maaf aku sedikit terlambat. Ada masalah di kantor," kata Farenza.

Di seberang sana, Neissya merespon, "Iya, tidak apa-apa, Sayang."

"Tunggulah di dalam kantor, aku akan segera menjemputmu."

"Baiklah."

Panggilan pun berakhir.

Sementara di kantornya, Neissya tampak khawatir. Ia meletakkan ponselnya ke meja. Seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

15.36 | 1 Desember 2021
By Ucu Irna Marhamah

AMOREVOLOUSWhere stories live. Discover now