"Makanlah, mie-nya keburu dingin," kata Neissya.

Farenza pun memakan mie-nya. Tidak lupa juga ia menyuapi istrinya. Neissya pun menerima suapan suaminya.

"Kau habiskan sendiri. Mulai besok aku harus diet," Neissya menolak suapan berikutnya.

Farenza memundurkan wajahnya. "Kenapa kau harus diet? Apakah ada yang salah dengan tubuhmu? Kau tidak berubah sama sekali, kau tetap seksi di mataku. Meski berat badanmu bertambah, aku tidak peduli."

Neissya menatap Farenza dengan tatapan serius. "Kau akan tetap mencintaiku meski aku gendut?"

"Tentu saja," jawab Farenza cepat.

Neissya tersenyum kecil. Ia menyentuh perutnya yang rata. "Aku harap aku bisa memiliki bayi tahun ini."

Farenza meletakkan mangkuk yang sudah kosong itu ke meja. "Kita akan memilikinya, makanya kita harus bekerja lebih keras lagi, Sayang."

Neissya memutar bola matanya. "Memang itu yang kau inginkan."

Farenza tampak berpikir. "Bagaimana kalau kita menambah jadwalnya?"

"Huh?" Neissya mengernyitkan dahi.

"Tidak hanya malam, kita juga harus melakukannya di siang hari untuk mempercepat prosesnya," ucap Farenza dengan serius, tapi memasang ekspresi innocent.

"Mana bisa seperti itu? Kita sama-sama bekerja di siang hari dan di tempat yang berbeda," gerutu Neissya.

Farenza kembali menyahut, "Aku bisa datang ke kantormu kapan saja dan...."

Neissya memotong ucapan suaminya, "Ah, bagaimana dengan pandangan karyawanku nanti saat melihatmu datang ke perusahaanku? Ah, memalukan."

"Memangnya kenapa? Apa salahnya suamimu ini datang ke kantormu?" ketus Farenza.

"Ya, tidak ada yang salah, tapi tujuanmu datang ke kantorku yang ingin...." Neissya berhenti bicara.

Farenza menunggu Neissya melanjutkan kata-katanya.

Namun, tampaknya Neissya tidak berniat menyambung kalimatnya. "Aku mau tidur lagi."

Farenza menatap punggung Neissya yang berlalu pergi menaiki tangga menuju ke kamar. Ia tersenyum kecil. Perdebatan manis itu memang selalu menemani mereka berdua selama berumah tangga.

Baik Farenza mau pun Neissya tidak menganggapnya sebagai pertengkaran yang serius. Mereka menganggapnya sebagai perdebatan kecil atau cara menggoda satu sama lain.

Farenza suka sekali menggoda Neissya dan membuatnya kesal. Ia suka melihat semburat merah di pipi istrinya itu saat malu padanya, suaminya sendiri.

Sementara Neissya yang malu-malu dengan sikap dan ucapan Farenza. Ia kadang kesal dan gemas dengan sikap kekanakan dari suaminya itu yang jelas-jelas lebih tua darinya.

"Sayaaaaang." Farenza menyusul istrinya ke kamar. Ia melihat Neissya tertidur di ranjang.

Farenza tahu kalau Neissya tidak benar-benar tidur. Wanita itu hanya pura-pura tidur. Dengan jahil, Farenza menyentuh pinggang istrinya itu.

Neissya langsung bergerak menghindari tangan suaminya. "Jangan sentuh di bagian sana, geli tahu."

Tentu Farenza tahu titik-titik kelemahan istrinya. Ia senang sekali membuat Neissya kesal.

"Jadi, bagian mana yang boleh aku sentuh?" Farenza menepuk bokongnya istrinya.

Neissya menarik tangan suaminya agar memeluk perutnya, bukan menyentuh bokongnya. Farenza tersenyum kecil. Ia pun melelapkan tubuhnya dan menuruti keinginan istrinya itu dengan memeluk perutnya.

"Kau sudah mengantuk?" bisik Farenza lirih di telinga Neissya.

"Apakah perlu kujawab? Aku tidak yakin jawabanku akan menghentikanmu," ujar Neissya.

"Kau bilang, kau ingin punya bayi, kan? Bayi tidak jatuh dari langit, Sayang. Kita yang harus membuatnya. Biar Tuhan yang mengurus sisanya." Farenza mengecup cuping telinga Neissya. Tangannya bergerak menarik tali jubah tidur istrinya itu.

Neissya berbalik menatap suaminya. "Baiklah, ayo, kita buat bayinya. Aku mau bayi kembar yang lucu."

"Tentu." Farenza mengecup bibir Neissya dengan lembut. Neissya menyambutnya. Keduanya berciuman dengan mesra.

Farenza menyingkirkan jubah tidur dari tubuh Neissya. Kini terlihat jelas tubuh indah istrinya yang mulus. Farenza menindih tubuh Neissya tanpa melepaskan ciumannya. Neissya membelai lembut rambut suaminya yang berada di atasnya. Farenza mengusap paha istrinya.

Ciuman Farenza turun ke leher dan dada Neissya. Ia meninggalkan jejak-jejak kemerahan di sana.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

23.42 | 1 Desember 2021
By Ucu Irna Marhamah

AMOREVOLOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang