Guin menggenggam erat jemari Airlangga, ia merasa suaminya sedang sangat marah. Ia berusaha meredamnya dengan perhatian kecil.

"Terimakasih bapak Alexander, bapak Airlangga. Saya sangat menyesal." Pak Safii duduk di kursi sebelah Kaisar. Ia merasa sangat kecil duduk diantara orang-orang ini. Lalu dia mulai berpikir.
Siapa sebenarnya Guin. Gadis itu bahkan duduk disamping Airlangga dan Alexander dengan sangat tenang.

"Silahkan dinikmati hidangannya Pak Safii. Bapak tidak perlu sungkan dengan saya juga bukan, karena saya adalah mahasiswi anda pak" Guin mempersilahkan Pak Safii, ia melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

"Terimakasih Guin"

__________________________________

Keesokan harinya, tersebar berita penurunan dekan fakultas pertanian. Beberapa fakta terkuak kebenarannya termasuk berita tentang kenakalan jajaran dekanat yang diam-diam memiliki sugar baby. Nama Nana Amanda juga langsung menjadi santer karena menjadi salah satu sugar baby para petinggi fakultas itu.

"Bobrok banget sih pimpinan kita" Salah seorang mahasiswi duduk di seberang Guin sambil membuka tutup botol air mineral dengan kasar. Dia adalah Sarah, gadis yang kemarin membantu Nana menguncinya di toilet.

"Yee, Hujat dulu temen Lo tuh yang mau-maunya jadi peliharaan jin tomang. Najes"Melly menyahut sewot, membuat Sarah yang berjarak 3 kursi darinya langsung menengok ke arah Melly.

"Udah Mel, ngapain sih ngurusin. Mending kita ikut hal-hal yang positif aja. Ikutan BEM dong kayak Guin" Rani mengompori, ia melirik -lirik Guin.

"Kalian kira Guin sebaik itu, huh. Gue pernah mergokin Guin jalan sama om-om. Coba gue tanya Guin. Tadi malem Lo ke plaza kan sama om-om genit?" Sarah menatap puas ke arah Guin. 

Guin mengangguk, tidak ada raut kecemasan dalam wajahnya.

" Iya, bener kok. Tadi malem gue ke plaza. Dan dia bukan sembarang om-om, dia bapak gue Sarah!!!"

"Satu fakultas juga tahu kalo Lo itu yatim piatu Guin. Jadi Lo mau ngeles apalagi? Udah jelas kan guys siapa yang sugar baby sebenarnya disini. "

Plak

Suara tamparan keras menggema di kantin fakultas pertanian. Sarah meringis kesakitan, bibirnya sobek dan mengeluarkan darah segar. Lantas ia menoleh untuk mengetahui siapa yang menamparnya.

Jennifer El Rhodes menjambak rambut gadis tidak tahu diri dihadapannya. Matanya menyorot tajam.

"Mulut kamu ini perlu diberi peringatan, anak saya adalah gadis yang baik tidak seperti kamu" dengan kasar Jennifer menghempaskan Sarah ke lantai. Gadis itu tersungkur kasar.

Guin segera berdiri menggiring ibunya. Gawat sekali jika satu fakultas heboh karena dirinya. Sudah beruntung rekaman rekaman dirinya diselamatkan oleh Alexander kemarin telah diamankan dan tidak tersebar. Jika tidak Guin pasti sudah menjadi sorotan.

"Mom, calm down." Guin membuka air mineral dan menyerahkannya kepada ibunya.

"Mom sudah tidak bisa diam, bagaimana dong" Jennifer hanya mengendikkan bahu acuh.

Sarah dan teman-temannya langsung pergi dari kantin, ia berjalan terseok-seok karena kakinya terkilir. Jennifer yang melihatnya bersikap masa bodoh.

"Halo, teman-temannya Guin ya. Saya Jennifer, mommy kandung Guin. Dan pria genit yang dibilang tadi adalah suami Tante, Daddynya Guin. Oh ya Siapa yang namanya Melly dan Rani?"Jennifer membuka obrolan terlebih dahulu membuat Rani dan Melly langsung mengulurkan tangannya memberi salam.

"Saya Melly Tante"

"Saya Rani, hehe. Tante keren sekali tadi. Langsung gercep banget"

"What's gercep?"

Guin tertawa melihat ibunya kebingungan. Maklum bahasa Indonesia Jennifer belum berkembang ke tahap singkatan gaul.

"Gerak cepat Mom" Jennifer manggut-manggut. Ia kemudian mengajak ketiganya pergi ke restoran yang sedang ingin ia kunjungi.

"Come on girls, Tante sedang ingin makan soto ayam Lamongan. Kita makan sama-sama yuk" ketiganya mengangguk mengikuti Jennifer.

Hari ini Jennifer sebenarnya datang dengan Ibrahim. Pria itu nampak santai dengan kaos polo hitam dan jeans denim. Wajah baratnya tidak terlalu mencolok, ia agak mirip dengan Guin jika sedang tertidur. Itu kata ayahnya yang sangat dia ragukan kebenarannya.

"Ewhh, mirip apanya" ucapnya bergidik.

Namun faktanya dari ketiga anak-anak Alexander. Hanya Guin yang wajahnya tidak terlihat seperti gadis Eropa. Wajah Guin mewarisi wajah nenek buyutnya, Djah Pratiwi yang berasal dari Jawa. Wajah mereka sama persis. Bedanya Guin memiliki bentuk mata yang sama dengan Alexander.

"Halo sayangku, sini peluk dulu. Muah" Ibrahim turun lalu memburu Guin. Ia memeluk Guin seperti seorang kekasih, menggiringnya ke kursi samping kemudi.
Sedang Melly dan Rani hanya mengikuti Jennifer duduk di kursi belakang.

"Resek Lo kak, bau jigong juga." Guin menonyor lengan kakaknya. Ia tahu Ibra hanya bersikap protektif tetapi sifat posesif kakak-kakaknya kadang menyeramkan baginya.

________________________________

Kenapa Airlangga jarang muncul?
Yah realistis aja sih, doi kan jadi menteri guys. Nggak mungkin dong bisa njemput istrinya apalagi makan bareng.
Btw udah bab 27 aja iihh...wkwkwk ..teman teman request sampai bab berapa?
Hehehehehe

The Minister is MineWhere stories live. Discover now