17| Kuro Neko.

357 73 7
                                    

"tte? Sekarang kau kenapa?"

Ujar Yuzuriha sembari menatap horor ke arah temannya yang tengah menyamar menjadi perempuan itu, ia yakin membiarkan pemuda tulen yang telah sunat ini untuk bersama Tsukasa adalah hal buruk. Bukan bermaksud mengejek muka atau bagaimana, tapi Tsukasa benar benar seperti seseorang yang mampu menjadi penjahat kelamin sekarang.

Sementara itu yang diajak berbicara cuma tersenyum lebar penuh makna kehidupan, mengelus seekor kucing dengan tenang dan bahkan tak peduli dengan lendir yang keluar dari hidungnya.

"Yuzuriha! Aku membawa beberapa kulit hewaAAAAAAAAA! (NAME)! INGAT! UCAP ASHYADU! KAU ALERGI KUCING WOE!"

Dengan begitu Taiju yang baru datang, alhasil pemuda tersebut langsung mengambil kucing hitam yang tengah duduk di pangkuan (Name) dalam keadaan nyaman.

"Lah BEB BALIKIN!"

"INGAT (NAME) KAU KE AMERIKA KARNA GA TAHAN SAMA KUCING!"

"ITU CUMA BUALAN MAMI KU TAIJU!"

Dengan kedua pria yang tengah mengadu mata, si kucing item yang sudah dilepas itu pun lebih memilih duduk dan menjilat jilat kakinya dengan tenang. Tak mau ambil pusing dengan percakapan dari kucing kucing raksasa dengan wajah buruk rupa di depannya.

"HUAKCHEMM"

Suara menggema, seolah seperti suara bapak bapak yang telah menahan tenaga dalamnya selama mungkin, banci tersebut pun langsung mengelus hidungnya seusai bersin dengan suara yang bisa membuat burung burung gagak yang bertengger terbang kabur.

"LIHAT! KAU BERSIN! JIKA SENKU MASIH ADA DIA AKAN MEMUKUL MU MEMAKAI SAPU LIDI!" pekik Taiju sambil memasang muka murung sekarang, bukan karena mengingat Senku gagal menemui malaikat maut, malah ketahuan banget kalo bisa saja Senku justru di usir malaikat maut.

Alasan Taiju memasang muka lesu hanya satu, karna kucing tadi mulai duduk enteng di atas kepala (Name).

Sementara itu, Yuzuriha yang dari tadi sudah selesai menjahit baju berbahan dasar kulit pun pada akhirnya melihat ke kedua manusia itu lagi. Padahal dia baru tinggalkan sejenak untuk menjahit dalam beberapa menit, dan pemandangan yang terlihat sekarang adalah muka dan badan si banci yang sudah penuh dengan bentolan.

"Maa maa... (Name) ada baiknya kau langsung mandi, jika sampai badan mu gatal akan menjadi masalah lain.."

Celutuk gadis tersebut sambil menendang kucing tadi keluar, andai saja perempuan itu tau kucing hitam yang ia tendang sampai terpelanting itu malah mendarat di atas kepala Tsukasa yang sedang mengumpulkan seluruh patung lainnya yang ingin dia bangkitkan.

.

.

.

"Hfrurrrr, sial. Berendam di air dingin saat musim panas memang bagus." gumam (Name) sambil menenggelamkan dirinya sendiri ke dalam danau, beruntung sekali dirinya menemukan satu danau kecil yang enak untuk dipakai saat berendam, jangan lupakan sedikit potongan sabun yang tertinggal di rumah lama almahrum Senku Ishigami.

Air yang tenang memang menyeramkan, tapi was was kalau ada buaya itu terlalu gila. Pada akhirnya ini bukan hutan tropis dimana dia selalu digigit nyamuk, ini hanya hutan normal di Jepang, yang paling parah cuma digigit singa ataupun ular kobra.

Pandangan yang menatap langit yang tertutup rindangnya pepohonan tersebut pun langsung melotot ketika mendengar suara Tsukasa dan Yuzuriha yang tengah berjalan ke tempatnya berendam.

'SIAL HARUSNYA AKU BIKIN TANDA DULU!' pekik nya panik, bukan karna akan diintip oleh dua gender, tapi Karna dirinya belum siap di geprek oleh Tsukasa yang tak mau menerima kenyataan nantinya.

Padahal batinnya sudah cukup ketar ketir karna lupa dengan tugasnya agar memenangkan hati primata terkuat dengan muka nya yang no make up sama sekali.

Sementara itu Yuzuriha yang seolah mendapat sinyal langsung melihat ke sekitar, Tsukasa berada di dekatnya alhasil suffix -chan harus keluar dari mulut perempuan tersebut mau tak mau.

"Eh? Baju (name)-chan? (Name)-chan kau disini?"

Beruntung bagi Yuzuriha yang aslinya tak tau si banci berjalan sedang ada di dekat tempat ini, jadi ia hanya harus ditambahkan hanyalah suffix Chan, bukan sebuah kebohongan yang mungkin saja tak bisa diucapkan oleh dirinya sendiri.

"Ah Yuzu! Iya aku disini kenapa?" cetus (Name) dengan nada banci nya, bahkan yang aslinya perempuan itu sendiri pun sedikit ingin memuji suara yang bersih nan lembut itu bisa keluar dari mulut seorang pemuda yang telah ditolak cintanya.

"Harusnya kau tak melempar baju mu sembarangan, kebiasaan rumah jangan kau bawa dong, kalo kemasukan ular atau ulat bisa gawat."

"Dan danau kecil ini... Hm kapan kau menemukannya?"

"Eh Tsukasa di sini juga? Kalau bertanya soal kapan, aku baru ketemu danau ini saat jalan sama almahrum Senku dulu."

dusta, pemuda ini penuh dengan dusta. Dia baru saja menemukannya, bahkan danau kecil ini sangat murni tanpa sedikit pun jentik ataupun ikan ikan kecil didalamnya, sangat cocok untuk berendam karna kondisi nya yang bersih.

(Name) langsung diam diam mulai mengambil kain goni yang ia buat setelah menghancurkan alat tenunnya sendiri. Kain kecil yang cukup untuk menjadi handuk itu pun lantas sesegera mungkin ia gunakan supaya bisa memakai kembali pakaiannya dengan aman damai tanpa hambatan.

"Oh begitu, kalau aku tak salah dengar, kau dan senku itu teman masa kecil?"

Gerakan yang sedang buru buru mengeringkan badan apalagi bagian bawah nya itu, langsung terhenti ketika pemuda tersebut dengan lantang bertanya mengenai masa lalu si bencong.

Sementara itu Yuzuriha yang sudah lama berbestiean dengan si bencong yang bersangkutan pun langsung melongo menatap si Tarzan jahanam yang memotong rambutnya dengan semberono. Kedua insan yang terdiam, sementara satu insan lagi yang bingung dimana letak kebingungan mereka dalam pertanyaannya pun ikut diam seribu bahasa, menanti jawaban pasti dari si narasumber.

'bukankah ini sudah memasuki tahap kepo? Secepat ini?!' batin Yuzuriha sembari menahan mukanya untuk menunjukkan emosi seperti senyum merekah maupun senyum prihatin. Membayangkan jika Senku Ishigami telat dalam pelaksanaan perang dengan kerajaan Tsukasa adalah opsi utama yang terlalu mendebarkan.

Bahkan si bencong yang mulai memakai pakaiannya pun perlu waktu beberapa detik untuk kembali normal dan merespon pertanyaan tersebut dengan cekatan, sebelum si primata yang layak dijuluki Tarzan baru tersebut malah mengambil asumsi jika dirinya dan Senku bukan teman masa kecil.

"Ya, gitu lah. Tapi kalau boleh menambah opsi, Senku sudah ku anggap keluarga ku. Lagian kenapa kau membahas seseorang yang kau bunuh di depan mataku?" cetus (Name) sambil keluar dari area semak semak yang menutupi danau mini tadi, memperlihatkan badannya yang kini telah kembali berpakaian.

Ayo berikan tepuk tangan pada semak semak yang tingginya mencapai 2 meter. Entah seperti sengaja atau memang keajaiban alam, pada akhirnya kerajaan Tsukasa mendapatkan bathtub pribadi yang luasnya bisa dimasuki 20 orang jika dipaksa.

"Tidak, hanya mencari topik. Apa di area sana ada patung seorang wanita yang kau rasa familiar?"

"Wanita? Yah tak heran kalau tipe mu yang sudah dewasa sih." gumam (Name) sambil mulai kembali masuk ke dalam semak semak, mencoba melihat seksama adakah patung diarea dasar maupun sekitar danau. Sembari dirinya mengabaikan Tsukasa semudah mengabaikan sayur yang akan dia makan untuk diet. 

'Senku, kalau sampai Tsukasa doyannya yang dewasa, harap bersabar, rencana ini bakal gagal total, mungkin keberuntungan ku sedang mengalami cooldown.'_(Name)

Shankara (Dr. STONE x Male! Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang