15|another misunderstanding

356 74 0
                                    

Sudah lewat sehari, setelah sampai kembali ke Tokyo bukannya balik ke tempat yang udah dibuatkan beliau (senku) dengan susah payah. Manusia terkuat di sini, saat ini juga langsung menyeret tiga manusia yang sedang pura pura berduka untuk orang yang bahkan belum meninggoy, untuk tinggal bersama dirinya di area berbatu. Memang brengshake.

"Ditempat seperti ini maka tak akan mustahil jika kalian tak terkena rematik." Celoteh (Name) semenit yang lalu sebelum akhirnya pemuda itu berguling guling di atas setumpuk jerami yang harusnya telah dibuat menjadi kain ataupun benang biasa.

"(Name), Benang nya udah jadi belum?" Tanya Taiju yang kini bukannya melihat benang melainkan seekor keledai yang tengah bermalas malasan, bahkan untuk lanjut memanggilnya (Name) pun terasa berat sendiri perkara kawannya sudah sama kodrat nya dengan seekor binatang.

"Ah beb, nih 5 gulung, aku lanjut kerjain lagi yaw."

Ok waktunya pemuda itu terpana sejenak, padahal sohibnya cuma berguling guling, kenapa bisa dapat 5 gulung langsung? Apa ini paket cod? Emangnya uang masih ada?

Begitulah alasan tiba tiba kepala Taiju mulai berasap akibat memikirkan berbagai teori konspirasi mengenai bagaimana cara kawannya yang bukan anggota eskul klub kerajinan tangan malah telah membuat 5 gulung benang.

"Jangan natap aku seolah aku berbuat curang beb, aku memang bisa menggulung benang, aku cuma ga bisa memintalnya menjadi kain aja." Celutuk (Name) yang merasa sedari tadi dipelototi oleh Taiju.

Kini bukannya sibuk mendapatkan kepercayaan dari Tsukasa agar bisa hidup enak, pemuda yang sudah dikasih pesan oleh Senku agar ga lupa sama tujuannya pun, 100% telah melupakan rencana maupun tujuannya sendiri. Yang dia lakukan sekarang hanyalah planga plongo sambil berusaha menempel dengan Yuzuriha saja dan bukan dengan Tsukasa.

"(Name)."

"Ah, Tsukasa, ada apa?"

Akhirnya manusia satu ini menghampiri si banci yang lupa pada tujuan rencananya sendiri, pemuda itu kini menunjukkan satu patung yang tengah berdiri dalam posisi aneh, yang cukup aneh untuk membuat mereka berdua tak bisa berword word saking anehnya dilihat bersama.

"Apa apaan pose nya? Dia dulu mengintip seseorang dan berakhir di kutuk jadi batu?" Tanya (Name) sambil bergidik ngeri sendiri, mencoba membayangkan saat dirinya dan para anak lelaki pernah berganti baju terlihat sudah niat niat perempuan binal yang berusaha mengintip mereka berganti pakaian.

"Candaan mu akan membuat nya sedikit sedih ku rasa, dimana pakaian yang ku suruh kau bawa?" Tanya Tsukasa sembari melihat keatas dan kebawah tak melihat mahkluk satu ini membawa pakaian yang ia suruh bawa tadi.

"Ha'i ha'i nih, jangan ngeliat aku kayak ga bawa barangnya dong. Modelnya sedikit sama dengan punya ku, Yuzuriha kayaknya kehabisan ide." Celutuk si banci sambil mengeluarkan pakaian berwarna ungu yang dihasilkan dari pewarna bunga dan krem coklat standar yang bisa ditemukan saat mengeringkan kulit.

"Bukan kau yang buat?"

"Aku cuma bisa buat jika model nya tengah dalam kondisi berdiri sempurna, bukan dengan pose aneh. Apalagi dia lelaki..." Jelas (Name) sambil mulai menghela nafas sendiri menatap si pemuda satu ini dengan rasa sebal yang masih terasa di matanya. Sementara Tsukasa mulai berfikir sejenak sebelum paham maksud dari manusia di sampingnya itu.

Yah, itu reaksi normal perempuan, sepertinya. Yuzuriha juga begitu sebelumnya.

Pemikiran yang bagus wahai pak Tsukasa sudah jelas itu berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa banci satu itu adalah manusia segender dengan dirinya, dan tengah menahan tawa nya sendiri hingga membuat badannya bergetar layaknya sebuah ponsel yang berdering dalam mode getar yang sesungguhnya.

PLIS GA KUAT, GATEL BET PENGEN NAMPOL SAMBIL BILANG YANG SEJUJURNYA

Batin si banci yang ternyata masih punya nurani dan pikiran baik, tak seperti seorang manusia bawang yang kini dalam keadaan ditolack warga desa.

Crack

Ah cairan Nital nya ga sengaja tumpah, ke manusia yang harusnya masih jadi batu tadi. Bahkan dengan gelagat yang sus bahkan manusia yang seharusnya menghadap ke arah laut itu pun langsung menoleh ke belakang, dan melihat pemandangan seorang banci (yang masih di kira perempuan, apalagi dengan dada implan nya) dan seorang Primata terkuat di SMA, dalam posisi pelukan secara refleks dan menatap mentalist tersebut dengan ekspresi yang nyaris 11 12 sama.

"Aku ga liat apa apa kok." Celutuk manusia yang baru saja bangun itu sambil kembali merapikan retakan retakan batunya agar menempel balik ke tubuhnya dengan sempurna.

Salah paham, yah kalau ga ada ini, buku ini juga ga bakal berjalan dengan semulus pantat Taiju.

Untuk pertama kali akhirnya pemikiran Tsukasa maupun (Name) kini seiras dan langsung menendang patung abal abal si mentalist dengan tak berperikemanusiaan.

"Apa ini aku dijahili atau semacamnya? Manager ku bahkan tak menghentikan, padahal sudah dibilang aku ini mentalist, jadi kerjaan ku emang tukang jail."

Gumamnya sambil berusaha kembali dalam posisi duduk seperti semula dibanding berada dalam posisi berbaring dengan keadaan mengenaskan dengan seluruh tubuh yang memperlihatkan Indra peraba nya itu diseluruh bagian.

Lagian itu kayaknya karma karna kau tukang jail deh.

Batin (Name) sendiri sambil menarik nafas dalam dalam karna sekarang bukan saatnya dirinya bersinar lebih dahulu.

"Sekarang sudah tahun 5739. Tapi kau sendiri masih 19 tahun." Jelas Tsukasa sambil mengode agar (Name) pergi dulu sejenak, tangannya masih berusaha menghalangi pandangan (Name) walau aslinya bukan hal yang aneh membuat seorang pria melihat keperjakaan orang lain. Karna itu nyaris terlihat setiap ke WC.

Tolong siapapun yang buat narasi, lu mesum.

Walau anda tokoh utama harap jangan mengatai pembuat narasi, sebelum judul book ini sendiri diganti dari Shankara yang artinya beruntung menjadi Shankaran't yang
arti abal abalnya adalah tidak beruntung.

Patung patung di belakang sangat banyak ya, penasaran deh kalau ga sengaja jatuh kayak domino hancurnya bakal separah apa.

Baik abaikan percakapan antara pembuat dan pemeran utama pada beberapa kata yang sebelumnya terketik begitu saja, kini banci yang sudah cocok kalo dilempar ke taman Lawang pun tengah terlihat sedikit senang sendiri melihat patung patung yang ingin ia dorong sampai hancur total.

Tentu lamunan dengan penuh niat buruk itu terpaksa dipending sebentar melihat seorang pemuda dengan jubah kulit singa milik seseorang kini tengah meminta pakaiannya dengan senyuman yang sangat lebar dari mukanya sendiri. Baik pemirsa (Name) melihat ke arah Tsukasa yang jubahnya hilang, dan melihat kembali ke arah mentalist sebelumnya, sebelum batinnya menyimpulkan yang tidak tidak dengan muka yang hanya mengatakan 'oh'.

Shankara (Dr. STONE x Male! Reader)Where stories live. Discover now