07🍃MA:sld🍃- KECEWA DAN KENYATAAN?

Start from the beginning
                                    

"ASTAGFIRULLAHALLAZIM! APA YANG KALIAN LAKUKAN!!" pekik Mbak Nai seraya menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

•••••


Brak!

"Apa? Kok bisa?!" Pekik Zara shock.

Sekarang Zara, Arsy dan Iraya sedang berada di dapur karena hari ini adalah jadwal mereka masak. Satu jam berada di toilet umum akhirnya mereka memutuskan untuk keluar karena merasa bahwa kondisi sudah aman, tapi saat mereka ingin mencari Tsabina, Zara dan Arsy malah bertemu Iraya yang baru saja pulang dari pasar bersama salah seorang pengurus pesantren bagian dapur.

Namun, belum juga lama berada di dapur mereka sudah di kejutkan dengan berita tentang santriwati baru yang kepergok berbuat zina di gudang ndalem. Kalian pasti tau kan siapa dia? Ya, santriwati baru itu adalah Tsabina.

"Aku tau dari Rara, katanya Mbak Nai yang lihat." ujar Arsy.

Zara mengetuk-ngetukkan wortel di tangannya ke meja, raut wajah gadis itu terlihat berfikir.

"Terus sekarang Tsabina dimana?" tanya gadis itu kemudian.

Menghela nafas sejenak sebelum gadis bercadar itu menjawab, "Ruang dewan pesantren, aku juga denger katanya orang tua Tsabina dipanggil."

"Kok aku enggak percaya ya, kan Gus Syam orang nya antisosial. Masa sih dia berbuat zina? Kaya....mustahil aja gitu." pendapat Zara ragu.

"Santriwati baru nya aja gatel, mungkin dia godain Gus Syam." sahut seorang santriwati yang sedang memotong-motong bawang yang diangguki cepat oleh santriwati di setelahnya.

"Biasalah orang kota mah memang begitu." timbal santriwati itu dengan nada congak.

"Keliatan dari pertama dia masuk juga." sahut santriwati lainnya.

"Kalau aku jadi Kyai Faruk, aku gak-"

Brak!

Iraya, gadis cuek yang sedari tadi hanya mendengarkan merasa jengah. Gadis itu menatap tiga santriwati tadi bergantian, sorot dingin nya bertambah apalagi saat salah satu santriwati itu mengatakan 'Orang kota mah memang begitu', Iraya tersindir, karena kenyataannya ia juga berasal dari kota.

"Kalian suka makan bangkai saudara sendiri?, kalian gak ada di tempat kejadian, kalian juga gak tau apa yang sebenarnya terjadi. So, gak usah beropini yang enggak-enggak sementara kalian saja gak tau apa-apa." Cetus Iraya sedikit menusuk.

Zara dan Arsy melongo, kedua gadis itu tanpa sadar mengacungkan dua ibu jari mereka seraya geleng-geleng kepala takjub.

"Kalau kata Mbak Nai sih... 'DAEBAK!!'" Ujar Zara menggebu-gebu.

Iraya memutar bola matanya malas, lantas gadis itu menaruh pisau nya ke meja, lalu membersihakan tangannya dengan lap sebelum melenggang pergi.

"RAYA MAU KEMANA?" teriak Arsy.

Iraya menghentikan langkahnya di ambang pintu, tanpa membalikkan tubuhnya ia pun menjawab, "Tsabina"

•••••

Plak!

Satu tamparan Tsabina dapatkan, gadis itu menunduk dengan tubuh yang bergetar. Setelah dibawa ke ruang dewan pesantren, Ustadz Danu- wakakesiswaan pesantren langsung menghubungi kedua orang tua Tsabina dan memberi tahu atas apa yang Tsabina lakukan di gudang bersama anak Kyai Faruk.

"Bikin malu! Mau taruh dimana muka Ummi sama Abah, hah? Belum juga satu minggu di sini kamu sudah buat masalah besar." amarah Ummi, wanita paruh baya itu menangis, ia memegang pundak Tsabina lalu mengguncang nya kencang.

"Zina, Tsabina! Zina! Kenapa kamu berani melakukan hal menjijijikan itu?! Kenapa....kenapa-"

"Kenapa aku enggak kaya Syadina, iya 'kan Ummi?" lirih Tsabina memotong ucapan Ummi, gadis itu mendongak menatap Ummi dengan mata berair.

"Kenapa Ummi enggak mau dengerin Tsabina dulu? Kenapa Ummi selalu kaya gitu?! Kenapa Ummi...Ummi enggak mau percaya sama Tsabina, walau cuma untuk kali ini?" jeda gadis itu, ia menatap Ummi dengan tatapan kecewa.

"Mereka enggak mau dengerin cerita Tsabina, setidaknya Ummi sama Abah mau dengerin cerita Tsabina dulu, kenapa kalian langsung percaya? Karena Tsabina selalu bikin masalah, makanya kalian enggak mau dengerin penjelasan Tsabina dulu, iya?" Tsabina kesal dengan keadaan seperti ini, kenapa hal seperti ini selalu terjadi padanya, mengapa semua orang tidak ingin mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu? Mengapa mereka menghakiminya seolah-oleh yang terjadi adalah sebuah kesengajaan.

"Tsabina-"

"Tsabina anak Ummi bukan sih, kenapa Ummi enggak pernah percaya sama Tsabina?" Pertanyaan tersebut membuat Ummi terdiam, wanita itu hendak memegang tangan putrinya, namun segera di tepis oleh sangempu.

"Ummi enggak bisa jawab kan? Tsabina bukan anak-" belum juga Tsabina menyelesaikan ucapannya, tubuh gadis itu tiba-tiba saja dibalikkan secara paksa, lalu...

Plak!

Lagi, Tsabina mendapatkan tamparan ditempat yang sama namun dengan tangan yang berbeda.

Gadis itu terkakeh, seolah yang baru saja terjadi adalah sebuah lelucon. Sementara nafas sosok pria paruh baya yang baru saja menampar putri nya itu naik turun, tangan yang ia gunakan untuk menampar Tsabina bergetar.

Untuk kedua kalinya Abah Irsyad menampar Tsabina.

"Tanpa Ummi jawab juga, Tsabina udah tau jawabannya." Ucap gadis itu sembari menghapus air matanya.

"Kamu benar, Tsabina. Kamu bukan anak Ummi dan Abah-"

"Faiz-"

"Enggak, Bah. Tsabina harus tau, kalau dia memang bukan anak Abah dan Ummi."

Jatuh, Tsabina sangat-sangat jatuh saat mengetahui fakta itu.

••••••

Gak jelas ya? Sama aku juga mikirnya gitu wkwkwk....

Yaudah intinya aku senang bisa Up chaper dan bisa nyapa kalian!!!

Jangan lupa Vote dan komen ya!!!
Tandain kalau ada Typo, oke?



Lampung, 03, November, 2022

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 06, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Change of Tsabina's |On Going Where stories live. Discover now