8

708 95 3
                                    

Mark menghela nafasnya kesal, memalingkan pandangannya dan mengangkat piringnya kala Haechan ikut duduk di meja makan.

" Loh kemana Mark?" Tanya Taeyeon heran pasalnya Mark tidak pernah membawa piringnya seperti itu.

" Mau makan sambil nonton" Ucapnya malas dan berjalan ke ruang tengah, sedangkan Haechan hanya bisa menghela nafas pasrah.

Sudah satu minggu sejak kejadian itu, Mark benar benar mendiamkan Haechan. Bahkan di sekolah, Mark meminta untuk ganti tempat duduk dengan alasan ia yang tidak bisa melihat papan tulis dengan jelas. Mark benar benar menganggap Haechan tidak ada.

Gue sehina itu ya....

Cicit Haechan sendu, menatap Mark dari meja makan.

" Kamu ngga ikut kesana? Biasanya nonton bareng tuh"

" Ngga bund disini aja nanti kotor...."

" Lagi berantem sama Mark? Bunda liat kalian belakangan ini saling diam" Haechan hanya tersenyum sendu dan menggeleng pelan.

" Oiya bund... minggu depan kan libur semester, Haechan mau ke tempat sepupu Haechan ya... soalnya dia nanyain terus karna papa mama cerai, Haechan ngga enak, jadi Haechan kayanya tinggal disana"

" Oh.. iya ngga papa, sepupu yang mana? Setau bunda katanya dulu ayah bunda kamu anak tunggal"

Haechan mengigit bibirnya kuat, ia lupa kalau ayah dan ibunya itu anak tunggal. Haechan sebenarnya tadi hanya berasalan untuk keluar dari rumah ini, ia tidak ingin membuat Mark tidak nyaman, karena itu Haechan memilih pergi, karena pada dasarnya ini memang bukanlah rumahnya.

" Ada kenalan ayah sebenarnya bund, cuma udah kaya keluarga jadi udah Echan anggap sepupu..."

" Ohh... yaudah... nanti kalau kenapa napa kabarin bunda ya " Haechan mengangguk pelan dan melanjutkan makan malamnya.

.

.

.

.

Mark dengan kesal membereskan meja belajarnya, karena Haechan yang akan pergi, ia dipaksa oleh ibunya untuk membantu Haechan beres-beres. Sebenarnya Mark tidak ingin membantu, bahkan Haechan sendiri sudah mengatakan untuk tidak perlu dibantu, tapi karena ibunya itu yang selalu mengomel, Mark terpaksa melakukannya.

Kala Mark memasukkan buku-buku dan barang Haechan lainnya, ia tidak sengaja menyenggol sebuah box. Mark pun dengan kesal mengemasi dan membereskan box itu. Ia sedikit terkejut pasalnya di dalam box itu ada beberapa obat dan sebuah buku bertulisan Rapport Konseling Lee Donghyuck.

Mark membuka buku itu, ternyata itu adalah laporan selama Haechan melakukan konseling dan konsul dengan psikolog. Disitu juga dituliskan nama psikolog dan psikiater yang menangani Haechan dan berapa kali Haechan melakukan konsul serta tanggalnya.

Kemudian Mark juga melihat, di buku itu, bagian halaman depannya, ada sebuah kolom yang meminta pasien untuk menuliskan harapan dan tujuan ia untuk melakukan konseling. Dan jujur Mark sakit hati melihatnya.

Aku ingin sembuh....Aku ingin kembali normal....Karena dia sahabatku....Dan aku tidak ingin mengecewakannya ... dengan begitu dia tidak akan membenci ku... Karna hanya dia

satu-satunya orang yang kupunya saat ini.

Begitulah tulis Haechan. Mark juga melihat tanggal pertama kali Haechan melakukan konseling itu jauh sebelum kejadian ini.

.

.

.

.

[Complete] What If....|| MarkHyuckWhere stories live. Discover now