Chapter 4.2: Penglihatan

8 3 0
                                    

Tubuhku seketika menjadi kaku. Pikiranku dipenuhi hal-hal aneh yang akan kulihat setelah mendengar seseorang memanggilku. Rasa takut dan penasaran berputar-putar di kepalaku. Aku memejamkan mataku. Suara derit lantai kayu membuatku mematung. Sampai pundakku ditepuk kemudian ditarik sampai tubuhku berputar ke arah sebaliknya.

"Lenan, ada apa? Apa kamu kerasukan? Buka matamu!" Seseorang memegang kedua pundakku dan menggoyangkan tubuhku.

Mataku seketika ku buka selebar-lebarnya. "Oh itu kamu Rio," ucapku lega.

"Iya ini aku, ada apa denganmu? Kenapa ketakutan begitu?" tanya Rio kemudian duduk di kursi.

Aku juga segera duduk di sebelah Rio. Aku memperlihatkannya sebuah buku dan menjelaskan semua padanya.

"Seram banget Lenan, apa ruangan ini memang ada penghuni yang lain ya selain kita. Apa yang di katakan Putri betul kalau hantu itu bisa berinteraksi dengan manusia?" ucap Rio bertanya-tanya.

"Entahlah aku juga bingung, apa mungkin itu cuma tikus atau angin yang bertiup sampai buku tebal ini bisa terjatuh dari tempatnya," jelasku.

Rio mengangguk, "Bisa jadi seperti itu juga sih."

"Lalu kenapa kamu malah kembali ke sini?" tanyaku.

"Aku mau mengambil mainan magnetku lalu langsung pulang. Tapi, aku melihatmu mematung di depan jendela," jelas Rio.

Aku memberikan magnet-magnet yang kumainkan dari tadi dan berkata, "Oh magnet-magnet ini punyamu. Kenapa waktu cepat sekali berlalu. Padahal aku merasa baru sepuluh menit. Aku berdiri di sana karena terus memikirkan apa maksud dari kata ini."

Aku menunjuk satu kalimat yang membuatku bertanya-tanya apa maksudnya.

Rio melihat kalimatnya dan mulai menopang dagu. "Apa kamu punya sesuatu yang ingin di tanyakan pada seseorang?"

"Hmm." Aku memegangi daguku sambil menggali ingatanku.

Aku terpikir satu hal. "Ah aku ingat!" kataku.

"Nah kamu mau bertanya pada siapa dan tanya apa kalau boleh tahu juga?" tanya Rio yang penasaran.

"Aku mau bertanya PADAMU!" teriakku di hadapan wajah Rio.

"Hah AKU?" Rio kaget sampai hampir terjatuh dari kursinya.

Tanganku menarik lengan Rio yang hampir terjatuh dari kursi.

"Iya aku ingin bertanya padamu tentang frekuensi yang kamu katakan tadi siang," jelasku.

Rio tiba-tiba berdiri dari kursi. Dia berjalan mengelilingi meja sambil berbicara.

Rio berkata, "Aku akan menjawabnya jika kamu menjawab pertanyaanku juga." Rio kemudian duduk di kursi. Sekarang dia berhadapan denganku.

Mengapa suasananya jadi begitu serius. Apa sepenting itukah informasi tentang frekuensi sampai aku harus barter dengannya. Tapi, bagaimana pun aku juga memang ingin tahu apa hubungan frekuensi dan hantu yang dia katakan.

"Oke setuju. Kalau begitu cepat jelaskan padaku," kataku.

Rio mengeluarkan sebuah kertas dan pensil dari dalam tas miliknya. Kemudian mulai membuat sebuah ilustrasi.

"Semua hal yang ada di dunia ini adalah energi, getaran dan frekuensi. Manusia tentu saja menghasilkan hal itu juga, bahkan sangat kuat. Lalu bagaimana dengan hantu? Tentu saja mereka juga mengeluarkan energi, getaran, dan frekuensi," jelas Rio sambil menggambarkannya di atas selembar kertas.

"Apa kamu bisa melihat frekuensi?" tanyaku dengan wajah yang serius.

"Kenapa kamu bisa menyimpulkan seperti itu Lenan?" tanya Rio.

Orion - Bagian 1 Batu BerhargaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang