Bab 8

2.8K 531 11
                                    

Happy reading, moga suka.

Ebook sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.

Untuk di Karyakarsa, pembelian seperti biasa (via shopeepay, dana, dll) bisa dilakukan di website : www

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Untuk di Karyakarsa, pembelian seperti biasa (via shopeepay, dana, dll) bisa dilakukan di website : www.karyakarsa.com

Top up koin juga via website supaya lebih murah.

Enjoy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Enjoy

Luv,
Carmen

__________________________________________

Saat bangun keesokan paginya, Charlotte merasa segar dan bertenaga. Cukup mengejutkan karena ia ternyata bisa tidur dengan nyenyak. Begitu nyenyaknya sampai-sampai ia tidak terbangun saat pria itu berangkat. Saat mendekati meja kerja di sudut kamar, Charlotte mendapati kalau pria itu meninggalkan catatan untuknya. Ada banyak sekali list to do yang dituliskan pria itu dan di akhir catatan, pria itu juga menuliskan:

Tolong reservasi meja untuk makan malam kita, jam 8 malam. Dan tolong tanyakan pada front desk, apakah ada kamar available untukmu.

Have a great day.

Dalton

Tidak biasanya Dalton memintanya untuk memesan meja di restoran, pria itu lebih suka sesuatu yang praktis, misalnya layanan kamar. Dan tentu saja, bahkan tanpa permintaan pria itu, Charlotte akan berusaha mencari kamar lain untuk dirinya tapi ia harus kecewa karena lagi-lagi, belum ada kamar kosong yang tersedia.

Saat ia menatap keluar pintu balkon, Charlotte mendesah pelan. Langit di atasnya mendung, dengan awan gelap yang tebal sejauh mata bisa memandang. Tidak ada hujan, tapi cuaca seperti ini yang terasa menakutkan, ketenangan menegangkan sebelum badai itu benar-benar menghantam.

Saat Charlotte turun ke lobi, ia melihat tempat itu nyaris sepi, tidak seperti kemarin, seluruh kekacauan dan keramaian itu seolah menghilang. Hanya ada beberapa orang yang tampak mengecek laporan cuaca sementara di sofa lobi, terdapat beberapa kelompok yang sepertinya terdampar karena tidak mendapatkan kamar di hotel manapun.

Charlotte kemudian berjalan menuju front desk dan bertanya pada salah satu staf yang sedang bertugas di sana. “Hai, apakah masih belum ada kamar yang available untuk malam ini?”

“Maaf, belum ada, Miss,” jawab pria itu sambil memasang senyum ramah.

“Oh, baiklah. Ehm… apakah restoran tetap buka malam ini?”
“Ya, tetap. Para staf hotel malam ini juga tidak akan meninggalkan hotel. Jadi restoran akan buka sampai tengah malam.”

“Kau boleh membantuku memesan meja, jam 8 malam ini, untuk dua orang, atas nama Charlotte Herrera dari kamar 1855.”

Pria itu mengangguk sigap lalu menjawab, “Baik, tunggu sebentar.”

Ia mendengar pria itu menelepon restoran dan membuat reservasi untuknya. Setelah selesai, Charlotte kembali bertanya, “Bagaimana dengan spa? I plan to get a massage, apakah masih sempat?”

“Ya, tapi spa center akan tutup lebih cepat, jam 3 sore. Anda ingin aku membuatkan appointment untukmu sekarang?”

“Yes, please. Atas nama yang sama, Charlotte Herrera, satu orang saja.”

“Baik.”
***
Setelah selesai dari sesi pijat yang panjang dan memuaskan, Charlotte kembali ke kamar dan memesan layanan kamar untuk makan siang. Ia kemudian meneruskan menyelesaikan tugas yang diberikan Dalton padanya. Ketika akhirnya selesai dan tidak ada lagi yang bisa dilakukannya selain berbaring di kamar, Charlotte akhirnya memutuskan untuk mendatangi pantai.

Rasanya sia-sia saja jika sudah datang ke resort tapi tidak menikmati waktu luang yang ada. Sementara badai masih belum mendekat, ia masih memiliki waktu untuk menikmati pantai. Dalam balutan bikini, Charlotte akhirnya turun ke pantai.

Laut sangat tidak bersahabat saat ini. Gelombang besar berturut-turut memecah garis pantai, memberi signal bahwa akan ada badai besar yang sedang menuju ke sini. Charlotte duduk di sana dan memandang laut, mendengarkan suara ombak yang sedang meradang.

Sejak dulu ia memang selalu menyukai pantai dan laut, bahkan ketika bersama Benjamin, mereka sering menghabiskan waktu berjalan-jalan di pantai. Setelah berpisah, butuh waktu lama bagi Charlotte untuk datang kembali ke pantai dan menikmati keindahan laut.

Tapi sekarang ketika duduk di sini, ia menyadari kenangan-kenangan bersama pria itu tak lagi benar-benar menghantuinya, sudah sangat samar sehingga ia tak lagi bisa merabanya. Mungkin pada akhirnya, waktu memang benar-benar telah menyembuhkan luka hati Charlotte. Tapi bekas lukanya mungkin masih bercokol di hati Charlotte karena hingga sekarang ia masih menyimpan trauma berhubungan dengan pria, bahkan ia membiarkan Benjamin membayangi ketertarikannya pada Dalton.

Ia duduk di sana untuk waktu yang lumayan lana, sampai badai mulai terasa mendekat dan ia merasakan titik-titik hujan yang besar. Baru setelah itu ia bangkit dan kembali ke kamarnya. Charlotte juga sudah membulatkan tekad, ia kini tahu apa yang diinginkannya dan apa yang harus dilakukannya. Bukan saja malam ini, tapi untuk ke depannya.

Taking The Boss to The BedWhere stories live. Discover now