Bab 3

3K 552 17
                                    

Happy reading, semoga suka.

Cerita ini sudah available di Playstore ya.
Ketik aja : Carmen labohemian boss

 Ketik aja : Carmen labohemian boss

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Juga tersedia di Karyakarsa ya, juga ada paketnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Juga tersedia di Karyakarsa ya, juga ada paketnya.

Dan karena KK sekarang pakai koin, kalian better buka dari website saja : www

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan karena KK sekarang pakai koin, kalian better buka dari website saja : www.karyakarsa.com

Karena kalau via aplikasi, harga koinnya mahal, kalau via web, lebih murah.

Lebih gampang buka di web, beli di sana dan baca dsana, bisa tetap pakai e-wallet juga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lebih gampang buka di web, beli di sana dan baca dsana, bisa tetap pakai e-wallet juga.

Ga perlu donlot aplikasinya.

Enjoy

Luv,
Carmen

__________________________________________

Salah satu keputusan terbaik Dalton, juga yang tersulit, adalah menjadikan Charlotte sebagai asisten pribadinya.

Ia mengatakannya sebagai keputusan terbaik karena Charlotte memang tidak pernah mengecewakannya dalam hal pekerjaan, malah selalu melebihi ekspektasinya. Tapi mengapa ia menyebutnya sebagai keputusan tersulit? Karena Dalton tahu akan sangat sulit baginya untuk bersikap professional, namun sejauh ini ia berhasil melakukannya dengan cukup baik. Memang masih sulit, terutama ketika ia tak mampu menahan godaan untuk menatap Charlotte lebih lama, atau menahan godaan untuk menatap wanita itu di tempat-tempat yang tak semestinya.

Contohnya seperti saat ini, ketika duduk di sebelah wanita itu, Dalton diam-diam mencuri pandang dan memperhatikan Charlotte, memikirkan apa yang dipikirkan wanita itu dan memikirkan betapa menggodanya bibir sang asisten pribadinya tersebut.

Tentu saja itu adalah pikiran berbahaya, apalagi posisi wanita itu sering membuat mereka harus menghabiskan waktu bersama, namun godaan tersebut memang terlalu besar untuk bisa ditampik. Setiap ada kesempatan, Dalton memang selalu mencuri kesempatan, entah itu menatap wajah Charlotte, tubuhnya, bahkan ia membayangkannya. Sial, bukan? Bayangkan betapa hal itu terkadang sangat mengganggu konsentrasinya.

Jika saja Charlotte bukan asisten pribadinya, mungkin cerita mereka akan sedikit berbeda. Dalton mungkin tidak akan berusaha menyembunyikan ketertarikannya dan mencoba merayu Charlotte seperti yang akan dilakukan oleh seorang pria pada wanita yang menarik minatnya. Tapi masalahnya adalah ia bos langsung wanita itu. Dalton tidak menyukai keribetan yang akan timbul karenanya dan terlebih ia tidak punya waktu untuk hubungan serius, jadi ia tidak mungkin berkata pada Charlotte bahwa ia ingin tidur dengan wanita itu satu malam dan besoknya, hubungan mereka akan kembali seperti semula – bos dan asisten. Impossible, isn’t it? So the best is to stay away.

Well, Dalton pernah memiliki hubungan serius di satu waktu dulu. Ketika ia masih muda, terlalu muda. Saat itu ia masih berstatus sebagai mahasiswa hukum dan Shelby adalah seorang mahasiswi jurusan seni. Mereka bersama utuk waktu yang lama. Namun ketika Dalton lulus dan mulai mengejar karirnya, ketika ia menyadari betapa melelahkannya pekerjaan yang dilakoninya, betapa ia nyaris tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri apalagi Shelby, ia tahu momok itu yang pada akhirnya menghancurkan hubungan mereka.

Shelby yang awalnya bangga pada dirinya, bangga pada karir yang dikejarnya, mulai berubah, wanita itu mulai sering memprotes, mulai sering marah, mereka lebih sering bertengkar dan hubungan mereka mulai terasa melelahkan. Suatu hari ia pulang ke apartemen yang mereka tinggali bersama dan mendapati wanita itu telah pergi.

Saat itu, sebagian dari dirinya tentu saja merasa sedih, bagaimanapun Shelby adalah cinta pertamanya dan mereka pernah memiliki impian untuk membina rumah tangga bersama – namun sebagian besar diri Dalton justru merasa lega, ia merasa terbebas dari hubungan yang sulit dan rumit dan menyadari bahwa ternyata ia tidak cocok untuk hal-hal seperti ini, Dalton tidak cocok menjalin hubungan romantis, ia lebih cocok memiliki hubungan yang tak terikat. Baginya berhubungan dengan wanita adalah untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, selain dari itu, Dalton tidak benar-benar tertarik.

Well, ia tidak akan sudi menjalani hal yang sama lagi untuk kedua kalinya, bukan? Membuang-buang waktunya untuk seseorang, mencintai, menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk saling membenci dan menyalahkan pada akhirnya. Fuck! He would never go through that again. Dan sejauh ini, tanpa hubungan permanen dalam hidupnya, ia malah lebih sukses dari dirinya yang dulu.

Tapi… tapi ketika Charlotte memasuki hidupnya, ia sadar bahwa wanita itu berbahaya. Charlotte adalah sang buah terlarang, godaan konstan dalam hidupnya dan ia harus selalu berjuang untuk mengatasi ketertarikan tersebut.

Dan sekarang, mereka ada di sini, bersama, tepat ketika ia membutuhkan lebih banyak konsentrasi untuk kasus yang sedang ia tangani – maka Dalton harus berusaha lebih keras, untuk berfokus pada pekerjaannya – tidak apa-apa, mereka tidak akan bersama sepanjang waktu, mereka akan tinggal di kamar hotel terpisah, mereka tidur sendiri-sendiri dan Dalton hanya perlu memikirkan kasusnya dan betapa pentingnya keberhasilan kasus ini untuk firma hukumnya juga untuk dirinya sendiri. Bagaimanapun, obsesinya pada Charlotte tidak akan pernah bisa mengalahkan kecintaannya pada karirnya.

Taking The Boss to The BedWhere stories live. Discover now