04. identitas

18 5 18
                                    

d i s c l a i m e r !

cerita ini adalah fiktif. foto dan gambar yang diambil dari pinterest dan google hanya digunakan sebagai pemanis. semua yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata hanya digunakan untuk kelancaran jalan cerita.

•••

“Dimas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Dimas.”

“Siap, Komandan.”

Lelah. Wajah Wisnu tampak layu di jam dua siang ini. Jika ditanya mengapa, mungkin karena menu makan siang yang kurang cocok di lidahnya, mungkin juga karena lembur semalam, atau mungkin juga karena beberapa urusan yang ia hadapi hari ini. Sedangkan yang bisa Dimas simpulkan, pekerjaan atasannya akhir-akhir ini menguras lebih banyak tenaga dan pikiran sang pria paruh baya. Itu benar. Lagipula, namanya orang kerja, tentu beberapa aspek dalam diri pekerjanya akan terenggut. Sebagai pengayom masyarakat, sudah menjadi kewajiban Wisnu untuk melakukan tugas, itu salah satu motivasinya tekun bekerja, sedangkan alasan lain yang tidak bisa diabaikan adalah kenaikan pangkat dan gaji.

“Sekar,” sebut Wisnu sambil menyodorkan sebundel berkas di hadapan Dimas yang telah menaruh pantat pada kursi depan meja kerja.

Dimas menarik berkas yang ada di atas meja, membuka halaman pertama yang menampilkan identitas Sekar yang sempat ia baca kemarin. Ada sedikit tarikan di wajah Dimas ketika melihat foto perempuan berambut keriting di lembaran kertas. Pikirnya, mungkin sang pemilik semesta sedang merencanakan sesuatu sejak malam yang mempertemukan mereka, walau ia sendiri tidak tau ujung atas peristiwa itu. Ya, apapun itu, Dimas bisa merasakan adanya tali tak kasat mata yang seakan menghubungkan dirinya dengan si perempuan asing.

“Dia bebas hari ini,” ungkap Wisnu kemudian memaparkan. “Hasil tes napza-nya negatif, dia juga tidak tertangkap tangan membawa narkoba, tidak ada bukti transaksi atas namanya, pengacara dia juga sudah menjamin ketidakterlibatannya.”

Dimas mengangguk-angguk kecil, mengerti akan kemungkinan bahwa Sekar adalah seseorang yang berada di waktu dan tempat yang salah. Hal tersebut memang bisa terjadi di beberapa kasus.

“Saya mau kamu awasi dia.”

Sebaris kalimat itu membuat Dimas beralih menatap Wisnu. Firasat yang menggelanyuti Dimas benar adanya, bahkan sekarang ia tak perlu menebak wujud dari tali takdir yang mengikat dirinya dengan Sekar. Dimas meyakini, pekerjaan adalah jawabannya.

“Informasi apa yang Komandan cari?” Tanya Dimas, paham bahwa dia sedang diberi perintah tugas.

“Asumsi saya, Sekar mungkin benar tidak bersalah,” cetus Wisnu menarik napas, mengutarakan hasil analisisnya. “Keberadaannya di lokasi dan kedekatannya dengan pengguna dan bandar yang saya curigai.”

Dimas mengangguk, senang bahwa bukan hanya ia yang menduga demikian.

“Jadi, saya mau kamu cari tau orang-orang yang ada di dekat Sekar. Kemungkinan, kita bisa menangkap setidaknya pengguna lain kenalan orang itu.”

roth elTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang