📷 chapter e i g h t

Start from the beginning
                                    

"Geli amat bahasa lo, Rad, Rad." Jeremy mengembuskan napas lelah, kemudian ia beranjak keluar kamar seraya membawa sebungkus mi goreng instan dan sebutir telur untuk dimasaknya di dapur umum.

Selagi ditinggal sendiri di kamar kos Jeremy, Radya hanya fokus pada ponselnya saja sembari mendengarkan lagu yang terputar dari Spotify di laptop milik kawannya tersebut. Suara Alex Turner yang melantunkan lirik dari lagu berjudul Do I Wanna Know? memenuhi ruangan, merupakan sebuah lagu yang digadang-gadang memiliki intro yang terdengar ganteng sekali.

Sesekali Radya turut bernyanyi meski suaranya tak bagus-bagus amat. Namun, mau bagaimana lagi? Arctic Monkeys adalah salah satu band favoritnya sejak SMA dulu.

Di tengah-tengah lagu, kedua sudut bibir Radya tertarik secara otomatis karena apa yang terpampang pada layar ponselnya pada saat ini. Bukti transfer pembayaran atas hasil kerja kerasnya tadi sudah ia terima, yang berarti isi rekeningnya baru saja bertambah kembali. Yah, walaupun tidak seberapa, tetapi Radya tetap bersyukur mau berapa pun jumlahnya. Setidaknya, ia sudah bisa memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.

Ah, sesungguhnya bukan hanya untuk dirinya saja, karena Radya tidak benar-benar akan menikmati hasilnya sendiri. Saat ini pun Radya lekas mencari satu kontak yang sudah beberapa hari ini tidak menghubunginya. Namun, sebelumnya Radya sudah melakukan sesuatu terlebih dahulu sebelum mengirimkan chat padanya.

Mahameru Faradya
[Sent a photo]
Dah gue tf tuh
Awas aja klo lo bilang kureng

Tak sampai lima menit, Radya sudah menerima balasannya.

Rinjani Ferisha
Ya ampyuun tau aja sih loe w lagi bm bgt beli sepatu baru
Mkasih ea, emg da best kembaran w yg satu ini😘😘😘

"Gusti, sakit mata gue liat ketikan lo, Sha," gerutu Radya usai membaca chat dari Risha, kakak kembar yang hanya berbeda tujuh menit saja dengannya itu. Namun, pada akhirnya ia hanya tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepala.

"Dih, ngapain lo cengar-cengir gitu, Rad? Gue tebak pasti lagi chatting-an sama cewek, nih." Jeremy akhirnya kembali ke kamar dengan semangkuk mi goreng instan yang sudah jadi di tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegang sebungkus kerupuk yang belum dibuka. Radya berasumsi Jeremy membelinya terlebih dahulu usai memasak mi.

Radya kontan menoleh pada Jeremy sejenak, lalu mendengkus pelan. Aroma semerbak khas indomie goreng yang tercium seketika menggugah selera laki-laki itu meski perutnya sudah sempat terisi tadi. Namun, mengingat Jeremy tak punya stok mi instan goreng lagi, seketika Radya merasa malas kalau ia harus pergi ke warung terlebih dahulu untuk membelinya.

"Iya, lagi chatting-an sama cewek," sahut Radya kemudian uang tidak sepenuhnya bohong. Ia kemudian mencari foto Risha di galeri ponselnya, lantas ditunjukkannya kepada Jeremy. "Cantik, 'kan?"

Jeremy yang tengah mengunyah kontan saja gerakannya melambat kala melihat apa yang terpampang di ponsel Radya "Gile, cantik banget, anjir. Dapet di mana lo cewek kayak begitu?" Kedua matanya kemudian memicing kala menemukan sesuatu yang aneh di sana. "Eh, tapi, kenapa bisa mirip banget sama lo, Rad? Beneran kayak versi ceweknya lo."

"Tadi lo tanya dapet di mana?" tukas Radya. "Dari zaman gue masih berbentuk zigot juga gue udah barengan sama dia."

"Hah? Maksudnya, lo udah dijodohin sama dia dari sebelum lahir, gitu?"

"Ck. Kebanyakan baca cerita fiksi lo, Jer."

"Ya lo sendiri bilangnya kayak gitu, emang maksudnya gimana, dah?"

"Udah, udah, mending lo makan dulu aja sono, nggak usah dipikirin."

Jeremy pada mulanya masih tampak ingin melanjutkan pembahasan karena rasa penasaran yang tinggi, tetapi pada akhirnya ia memilih untuk lebih dulu menikmati makan malamnya yang begitu sederhana itu.

Sementara Radya yang kebetulan masih membuka galeri di ponselnya tetap bertahan di sana, sebab hampir setiap harinya selama beberapa minggu ke belakang, laki-laki itu selalu kembali mencari satu foto yang sama untuk ia lihat. Merupakan foto seorang gadis bertubuh mungil yang Radya suka sebut dengan si gigi kelinci sejak ia perhatikan lebih jelas bagaimana senyum lebarnya. Hanya saja, sampai saat ini Radya belum juga menemukan cara agar ia bisa mengenal sosok aslinya.

Satu-satunya percobaan yang ia lakukan atas saran Ojan sama sekali tak berhasil. Ojan bahkan sempat membantunya dengan bertanya secara iseng pada beberapa orang yang ia kenal, apakah mereka tahu siapa gadis di foto tersebut, tetapi memang tidak ada yang mengetahuinya. Hal itu segera menimbulkan keraguan dalam diri Radya. Sebab kemungkinan besar, ia takkan pernah bisa bertemu dengannya secara langsung, sampai kapan pun.

Radya kemudian menghela napas berat, lalu dengan tanpa sadar ia melontarkan sebuah tanya pada Jeremy. "Suka sama seseorang cuma karena sebuah foto, wajar nggak menurut lo, Jer? Apa ini cuma sebatas rasa penasaran gue yang perlu dipenuhin aja?"

"Astaga, itu beda cewek lagi, Rad?"

Saat itu Radya pun tersadar bahwa Jeremy tengah mengintip ponselnya, membuat ia buru-buru menjauhkannya dari jangkauan Jeremy.

"Ya jelas beda karena yang sebelumnya itu kembaran gue, bangsat," jelas Radya setelahnya dengan cara yang tidak santai.

"Ya mana gue tau, lo aja nggak jelas ngasih taunya, njir," balas Jeremy tak mau kalah. Ada jeda beberapa saat karena Jeremy masih mengunyah makanannya. "Tapi, kalau lo beneran minta tanggapan gue, gue bakal bilang kalau itu sesuatu yang wajar. Bisa suka sama orang yang belum pernah ketemu sama sekali bukan hal yang aneh. Lagian, ada yang namanya first impression. Kalau lo baru liat dia lewat foto, itu berarti first impression lo terhadap dia udah bagus. Walaupun cuma karena tampilan luar, ya itu wajar aja, namanya juga belum kenal, gimana lo bisa tau sifatnya?"

Radya berusaha mencerna tiap-tiap kalimat yang Jeremy tuturkan sembari menunggu apa yang akan kawannya itu katakan selanjutnya.

"Tapi itu balik lagi ke diri lo sendiri, Rad. Lo beneran suka atau cuma sebatas penasaran aja?"

Jeremy benar, pikir Radya yang saat itu langsung menyadarinya. Yang paling tahu mengenai perasaannya ya sudah jelas hanya dirinya sendiri. Kenapa pula ia harus memastikannya pada orang lain?

Namun, di satu sisi, mendengar penjelasan Jeremy membuat sebuah rasa penasaran justru timbul dalam diri Radya. "Lo kayaknya paham banget soal beginian. Lagi suka sama cewek, lo?" tanya Radya langsung pada intinya.

Sesaat Jeremy terdiam, tampak memikirkan sesuatu. Kemudian kedua sudut bibirnya pun tertarik membentuk sebuah senyum kecil.

"Maybe? Ada satu cewek yang bikin gue tertarik sejak awal gue kenal sama dia, Rad. Dan dia temen sekelas gue sendiri."

📷

bandung, 13 september 2022

Through the Lens [END]Where stories live. Discover now