Chapter 1

1K 118 68
                                    

Kematian Namjoon menghantam kehidupan Yumi bak angin menerjang kapal yang tengah berlayar. Menenggelamkan Namjoon dan impiannya bersama sang puteri. Ini yang dikatakan sebagai kiamat karena seluruh dunia seperti luluh lantak di hadapan Yumi dan tak menyisakan satupun harapan di dalam lubuk hatinya untuk meneruskan hidup, kendati ia telah berjanji kepada ayahnya. Hadapi kenyataan, dan bertahanlah.

Maka di sinilah Yumi saat ini, berdiri diam tanpa air mata, masih dalam balutan pakaian serba hitam. Memandangi foto Namjoon tersenyum lebar, foto berbingkai hitam tersebut diletakkan di atas makam bersama beberapa tangkai bunga. Matanya kering. Dia sudah janji untuk tidak menangis lagi karena ayahnya tidak akan suka melihat air matanya.

Setelah nyaris setengah jam berlalu yang dihabiskan untuk memandangi gundukan tanah itu, seseorang berdeham memecah hening.

"Kita harus pergi," kata Jungkook. Yumi tersadar dan menoleh ke arah pria itu. Yumi bahkan tidak sadar Jungkook masih ada di sana.

"Kemana aku harus pergi?" tanya Yumi, seolah dia lupa pria ini adalah satu-satunya orang yang diinginkan Namjoon untuk bersamanya. Pria ini, pria yang baru dikenalnya dua hari lalu, tetapi dia tidak punya pilihan lain untuk menolak.

Jungkook melangkah mendekat dan merangkul pundaknya dengan gerakan ringan. Yumi terlalu lemah untuk menolak. "Ke rumah," kata Jungkook.

"Aku tidak punya rumah," balas Yumi lirih. Kembali menatap figura Namjoon.

"Kau punya," kata Jungkook lagi. "Hujan akan turun," dia mengingatkan. Menunjuk langit sejenak. "Aku benci hujan. Hujan sangat menyebalkan."

Baru saja berkata demikian, nahasnya titik-titik basah mengenai hidungnya. Dan perlahan hujan pun turun. Seperti Jungkook barusan terkena karma karena mengejek hujan.

"Shit," pria itu mengumpat pelan. Kedua alis tebalnya bertautan menandakan dia mulai kesal. Lalu dia meremat pundak Yumi lembut, "Ayo, kau juga perlu makan. Kapan teakhir kali kau mengisi perutmu?" lalu dia harus sedikit menarik bahu Yumi supaya menurut. Yumi diam saja, meski tatapannya masih kepada gundukan makam ayahnya selama beberapa saat lagi. Lalu kemudian barulah dia bersedia menyamai langkah Jungkook yang dipercepat hingga mereka tiba di mobil.

Wiper bergerak kesana kemari menyapu derai hujan dan embun yang menghujam kaca mobil. Jungkook memandangi tetes-tetesnya yang bergulir sebelum dia melirik gadis itu sesekali. Tampak gelisah. Jungkook tidak bohong perihal dirinya yang membenci hujan. Dia sangat membencinya.

Sementara isi kepala Yumi dipenuhi berbagai hal. Yumi tidak tahu dia harus pindah kemana bersama Jungkook. Dimana rumah pria itu, kenapa dia mau-mau saja membawanya, dan kenapa dia bersikap seolah mengenalnya dalam waktu yang lama.

Kendati Ayahnya berpesan bahwa dia harus tinggal bersama Jungkook, banyak hal yang masih dipertanyakan Yumi perihal keputusan ayahnya itu. Yumi tidak tahu siapa pria bertato yang selalu berpakaian rapi ini. Yumi tidak tahu bagaimana ayahnya dan pria ini bisa saling bersahabat. Dan, Yumi sangat bersedih dia tidak bisa tinggal di rumah lama mereka untuk menghabiskan waktu bersama kenangan indah dengan ayahnya. Yumi cukup mengerti, tujuan ayahnya adalah untuk melindungi Yumi dari pamannya yang seorang kriminal dan pecandu alkohol itu, yang suatu hari dikhawatirkan akan datang dan mengganggu hidupnya lagi, dengan niat mencuri uang yang didepositkan Namjoon atas nama Yumi untuk biaya kehidupannya setelah ia dewasa.

Ayahnya adalah orang baik. Saat pamannya lari usai meminjam uang kepada rentenir, Namjoon lah yang menjadi sasaran lintah darat itu. Selama sisa waktu, Namjoon harus berjuang untuk melunasi utang-utang adiknya yang kurangajar, sehingga hidup mereka menjadi sedikit mengalami kesulitan. Orang-orang jahat itu beberapa kali datang ke rumah sakit dan membuat Yumi marah.

MY MISTERWhere stories live. Discover now