Can We Start Again? (1)

Comincia dall'inizio
                                    

Ai hanya menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa dia bercerita? Terlalu banyak beban yang Ai dapat. Sampai dia sendiri juga bingung harus berbuat apa. Bagaimana cara mengurangi beban itu? Bagaimana cara berbagi beban ini bersama sang suami?

"sayang," panggilan Daaniyaal menggalih pikirannya, "tuh kan, melamun lagi."

"begini, sayang. Mas mau bicara," Ai menatap Daaniyaal yang terlihat serius, bahkan laki-laki itu sampai menarik napas dan mengeluarkannya, seperti cara untuk mengurangi kegugupannya

"mas mau…….. Meminta hak mas, sebagai suami," Ai menatap suaminya dengan ekspresi terkejut, "boleh kah?"

"mas….." ucapan Ai teropong

"mas pengen punya anak dari Ai. Mas pengen Ai melahirkan anak - anak untuk mas," lanjut Daaniyaal

"tapi……" kata Ai

"mau ya, Ai mau kan mengandung dan melahirkan anak, mas? Ai mau kan kasih adik untuk Nino, Nina dan Dion?" lanjut Daaniyaal

Tanpa menunggu jawaban Ai, Daaniyaal langsung menciumi wajah sang istri. Dari kening, kedua mata, hidung, pipi dan terakhir di bibir sang istri. Daaniyaal melepas kerudung yang dipakai Ai.

Ai memeluk sang suami setelah kerudungnya terlepas. Ai menangis di dada sang suami. Ai sebenarnya senang, saat suaminya mengatakan ingin mempunyai anak dari Ai. Tapi Ai sedih saat dia ingat ucapan dokter yang dia temui dulu.

"ada apa, sayang? Kenapa menangis?" tanya Daaniyaal dengan nada khawatir. Daaniyaal ingin melepas pelukannya dan menatap istrinya itu, tetap Ai mengeratkan pelukannya. Akhirnya Daaniyaal hanya pasrah dan mendengar keluhan Ai sambil membelai punggung sang istri dengan gerakan lembut.

"mas,... Ai… Seneng, akhirnya mas mau punya anak bersama Ai. Tapi mas…… Ai…." Ai melepas pelukannya dan menatap sang suami dengan Air yang membasahi pipinya

"Ai…. akan susah punya anak, mas," kata Ai sambil menangis, "kata dokter, umur Ai sudah lebih dari 30 tahun…. Hiks…...hiks…… kesuburan Ai sedikit demi sedikit berkurang…… Hiks….. Hiks….."

"kamu pergi ke dokter?" pertanyaan Daaniyaal dengan nada terkejut, membuat Ai berubah menjadi takut. Karena Ai konsultasi ke dokter tanpa sepengetahuan Daaniyaal.

Ai hanya bisa menganggukkan kepalanya. Melihat istrinya itu, Daaniyaal merasa sangat bersalah. Dia sudah menyakiti istrinya itu. Bahkan membuatnya menangis dan berjuang sendiri. Daaniyaal langsung memeluk istrinya itu untuk menenangkannya.

"maaf….mas minta maaf, sudah membuatmu jadi begini," kata Daaniyaal, "kita akan konsultasi ke dokter bersama - sama dan memulai program hamil, mau kan?"

Ai menganggukkan kepala dalam pelukan suaminya itu. Dia merasa senang karena sang suami tidak memarahinya. Bahkan suaminya itu mau berjuang bersama untuk memiliki anak.

"jadi, sekarang mas mau minta hak mas sebagai suami," kata Daaniyaal dan Ai menganggukkan kepalanya sambil tersenyum malu. Malam ini pun, Daaniyaal dan Ai melakukan hubungan suami istri yang sempat tertunda hampir setahun pernikahannya.

Daaniyaal menggeliat dalam tidurnya. Dia terbangun dan matanya langsung menatap langit - langit kamar. Pandangannya agak silau karena lampu di kamarnya. Dia melihat jam dinding yang terpasang di kamanya itu. Waktu menunjukkan pukul 12 malam. Tiba-tiba dia merasakan pergerakan di sampingnya. Terasa mendekat di tubuhnya.

Daaniyaal tersenyum kecil menatap seseorang yang tidur di sampingnya. Terlihat bahu yang putih tertutup sebagain selimut. Pemilik bahu itu adalah Ai, sang istri. Disingkirkannya rambut yang menutupi wajah cantiknya. Terlihat wajah istrinya yang tersenyum dalam tidurnya meski ada kelelahan disana. Daaniyaal merapatkan tubuhnya ke tubuh sang istri. Kemudian memeluknya dengan erat dan mencium kepalanya.

Pagi sudah datang kembali. Terlihat seseorang bergerak di kasur. Dia menggeliat dan merenggangkan otot tubuhnya. Orang itu mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan penglihatannya. Saat sepenuhnya sadar dan melihat jelas, orang itu bangun dengan selimut yang menutup tubuhnya. Orang itu melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 5.

"masih bisa shalat subuh," gumamnya

Orang itu langsung beranjak dari tempat tidurnya, meninggalkan seseorang yang tadi tidur di sampingnya. Dia memasuki kamar mandi untuk mandi besar. Orang yang memasuki kamar mandi adalah Ai. Maksudnya, mandi setelah melakukan hubungan suami istri. Setelah itu dia membangunkan seseorang yang tidur di sampingnya, yaitu Daaniyaal sang suami untuk mandi dan shalat subuh berjama'ah. Setelah salat, mereka tidur kembali, karena tubuh mereka kelelahan sehabis melakukan hubungan suami istri.

Ai terbangun dan berada di kamar sendirian. Kerutan di kening menandakan orang itu sedang berpikir. Seketika senyumnya mengembang saat mengingat apa yang terjadi tadi malam. Dia telah melakukan hubungan suami istri dengan suaminya. Mengingat hal itu, membuatnya tersenyum malu.

Dengan senyum yang tercetak di wajahnya, Ai berjalan keluar kamarnya setelah dia menata penampilannya agar terlihat rapi. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 7. Itu tandanya anak - anak sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Namun tidak dengan suaminya, dia sedang mengambil libur untuk beberapa hari kedepan.

To be continued....




















🌹🌹🌹🌹🌹




















Enough for today

Insha allah besok update lagi buat bonus tahun baru 😁😁😁✌️✌️✌️

Don't forget vote and comment

Follow this account fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuDove le storie prendono vita. Scoprilo ora