Pertemuan Pertama

6 2 1
                                    

Di Kota Atlas 4 tahun yang lalu

Pertama kalinya, Nala di izinkan bundanya untuk hidup mandiri di kota orang.

Anak perempuan satu-satunya ini, berhasil meyakinkan orang tuanya, khususnya bundanya untuk melanjutkan studi di kota Atlas. Kota yang bisa ditempuh selama 3 jam dari rumahnya.

Pukul 06.30 tepat, Nala tiba di kampus. Menelusuri gedung berlantai tiga itu. Berjalan melihat sekeliling tampak beberapa mahasiswa sedang asyik mengobrol. Menaiki tangga, menuju lantai dua. Akhirnya ia menemukan ruangan bertuliskan B203.

"Assalamualaikum." Tersenyum mengangguk, tampak dua mahasiswi menyambutnya dengan senyuman juga.

"Boleh duduk di sini?" Nala menunjuk bangku yang kosong, diantara dua bangku yang diduduki mereka.

"Kenalin, Nala". Sambil menjulurkan tangannya ke arah bangku sebelah kanan.

"Salam kenal, saya Tesa." Sambil tersenyum menjabat tangan Nala. Gadis manis berambut keriting ini ternyata berasal dari daerah Indonesia bagian timur.

Beralih ke bangku sebelah kiri, Nala menjabat tangan gadis yang postur tubuhnya tak jauh beda dengannya. Sama sama bertubuh mungil dan memakai hijab.
"Halo Nala, panggil aja aku Zahra." Gadis satu ini berasal dari Kota Wali.

Satu persatu teman baru Nala berdatangan. Sebagian besar di dominasi kaum perempuan. Sudah 17 mahasiswi hadir di ruangan.

Tak lama tiba dua sosok laki-laki berjalan masuk, sembari mengobrol dengan bahasa Sunda. Mereka menyapa dan menyalami satu persatu mahasiswi yang ada.

"Hai saya Pian." Laki laki berkulit sawo matang, memiliki badan yang berisi ini mengulurkan tangan ke Nala.

"Eh iya, aku Nala." Sambil tersenyum, mempertemukan dua telapak tangan Nala, gestur bersalaman tanpa bersentuhan.

Pian pun membalas senyum sambil menarik tangan dan ikut menutup kedua telapak tangannya.

Dibelakang nya, sosok laki-laki dengan wajah datar tanpa senyum. Memperkenalkan diri. "Saya Gema."
Melihat Pian yang tidak bersalaman dengan Nala. Kali ini ia ikut menutup kedua telapak nya.

"Halo aku Nala." Ucapnya sambil tersenyum.
Mata Nala tak bisa berhenti memperhatikan laki-laki itu, memperhatikan postur tubuhnya yang hampir sama dengan tinggi pintu ruangan. Sepertinya ia yang tertinggi di kelas ini.

Sudah 19 orang yang hadir di ruangan. Itu artinya tinggal satu orang saja yang belum datang.

Tak terasa sudah pukul 07.00, bapak dosen memasuki ruangan, beliau datang bersama laki-laki berkemeja putih.

Laki-laki berkulit putih itu duduk di bangku paling depan. Tepat di depan Nala.
Siapa dia? Asisten dosen kah? Ucap Nala dalam hati.

Hari ini masih masa orientasi, masih saling berkenalan satu sama lain antara mahasiswa dan dosen.

Saat jeda pergantian mata kuliah, laki-laki yang duduk di depan Nala membalikan badan memperkenalkan diri. Laki-laki yang Nala kira asisten dosen itu ternyata merupakan seorang mahasiswa.

"Eh kenalin aku Ilham." Sambil bersalaman dengan Gema yang duduk di pojokan, namun ketika berhadapan dengan mahasiswi ia mempertemukan dua telapak tangannya. Sama seperti Nala, Ilham tak bersalaman dan tak bersentuhan dengan yang bukan mahramnya.

Nala mengangguk memperkenalkan diri dan juga kagum. Selama di kota Atlas, baru kali ini ia bertemu dengan sosok laki-laki seperti Ilham.

***

𝟔 𝐑𝐚𝐛𝐢'𝐮𝐥 𝐀𝐰𝐚𝐥 𝟏𝟒𝟒𝟒 𝐇

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hijrah Dari Cinta Yang SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang